PEKANBARU - Siapa mengira ternyata biji karet atau yang biasa disebut buah para ternyata bisa jadi kudapan. Bukan cuma digoreng, biji dari pohon karet itu dijadikan tepung yang menjadi bahan kue kering.
Itu telah dibuktikan Dewi Melinda, S.Pd, Guru SMPN 1 Bantan, Kabupaten Bengkalis, Riau. Kini produk olahan biji getah yang diberi nama DewRa, sudah populer dan menjadi oleh-oleh khas Bengkalis.
Dewi menceritakan ketertarikannya pada buah para itu tak lepas dari semakin turunnya penghasilan dari getah karet. Padahal di daerahnya masih banyak yang menggantungkan hidup sebagai penyadap karet atau penakek getah, termasuk kedua orang tuanya.
Lalu saat ke kebun karet orang tuanya, Dewi melihat banyak biji getah berserakan, cuma menjadi sampah. Kalaupun ada yang mengambil paling anak-anak yang menjadikannya mainan.
Setelah lama merenung, Dewi mengutip buah para, untuk eksperimen menjadi panganan. Ia memisahkan daging buah dari cangkang. Daging biji karet itu kemudian direbus, untuk kemudian diolah jadi kerupuk.
Ternyata kerupuk biji getah buatannya dirasa cukup lezat. Selain dibuat kerupuk, biji getah juga diolah untuk menjadi tepung kue, untuk menggantikan tepung terigu. Lambat laun, lulusan FKIP Universitas Riau (Unri) itu menambahkan varian lain seperti sambal balado biji getah, brownis coklat biji getah, biskuit biji getah, dan sebagainya.
"Sejak tahun 2007 kami baru berani menjual cemilan dari biji getah ini. Karena sudah diikutkan dalam olahan makanan di Balitbang Bengkalis dan produk kami juga sudah diuji dan layak konsumsi," kata Dewi ketika dihubungi Selasa (30/4/2024).
Makanan buatannya ini kemudian dengan cepat menjadi pembicaraan. Sehingga mengharumkan nama Desa Berancah, Bantan setiap mengikuti berbagai event dan pameran.
Seperti tahun 2020, Dewi menjadi perwakilan dari Riau sebagai UMKM Kreatif tingkat nasional dan berkesempatan ngobrol secara online dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis juga turut membantu DewRA mendapatkan sertifikat halal dari MUI dan mereknya juga sudah dipatenkan.
Seiring berkembangnya usaha Dewi, turut berdampak pada masyarakat sekitar. Karena kebutuhan bahan baku cukup tinggi, Dewi menerima jika warga menjual biji getah.
"Kami membeli biji getah dari petani Rp5 ribu per kilogram. Karena keterbatasan produksi, DewRa baru bisa menampung 1 ton hingga 1,5 ton. Mudah-mudahan ke depan kami bisa berkembang dan dapat membeli lebih banyak lagi," katanya.
Selain itu, DewRA kini sudah memiliki lima orang karyawan. Karena selain membuat kue, untuk memecahkan cangkang biji getah juga butuh tenaga. Untuk cangkang biji getah sendiri bisa dijadikan kerajinan dan pupuk organik.
Kegigihan Dewi dalam berinovasi, menarik perhatian BRI dan menjadikan DewRa sebagai UMKM binaan tahun 2019. Kemudian DewRa perwakilan dari Riau untuk mengikuti Lomba Brilian Interpreniur di tingkat nasional pada tahun 2020.
Tidak hanya sampai di situ, Dewi juga mendapat pinjaman modal usaha dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp25 juta. Dana segar ini dipakai untuk menambah modal usaha, apalagi untuk stok bahan baku, Dewi harus selalu siap modal untuk membeli dari para petani.
"Kami bersyukur juga sudah menjadi binaan BRI dan mendapat KUR. Apalagi kalau ada event kami juga sering diajak BRI. Semoga ke depan BRI bisa terus membantu UMKM, kalau ada dana bantuan usaha agar bisa disalurkan ke kami, supaya bisa terus berkembang dan berdampak luas," sebut Dewi.
Dirinya berharap apa yang dilakukannya ini bisa menginspirasi yang lain. Dari hal yang sering diremehkan seperti biji karet, ternyata bisa bernilai ekonomis. Bahkan DewRa sudah diganjar banyak penghargaan tingkat nasional. Terbaru Dewi Melinda mendapat penghargaan dari OASE Kabinet Indonesia Maju dalam rangka Peringatan Hari Kartini tahun 2023.
"Terpenting jangan pernah ragu dan gengsi atas usaha yang kita bangun. Harus yakin, sampai akhirnya berbuah manis. Dan jangan pernah sombong, tetap terus rendah hati," pesannya.
Sebelumnya Regional CEO Office BRI Pekanbaru, Kicky Andre Davetra mengatakan pihaknya terus meningkatkan portofolio pembiayaan untuk segmen UMKM. Upaya ini dilakukan sebagai cara memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
“Fokus BRI ke UMKM tidak perlu dipertanyakan lagi. Karena secara bisnis portofolio kami, di Riau khususnya itu 90 persen penyaluran kredit kita di sektor UMKM. Semua produk layanan kami bisa dinikmati di unit kerja BRI yang tersebar di 12 kabupaten dan kota di Riau,” ujarnya belum lama ini.
Kicky menambahkan pihaknya terus mendorong realisasi KUR selain menambah debitur baru, juga bisa membuat UMKM naik kelas. Artinya UMKM yang sudah menikmati KUR tiga atau empat kali, bisa kemudian meningkatkan kelas masuk kredit Kupedes yang memiliki plafon sampai dengan Rp 250 juta.
Apalagi UMKM punya dampak ke masyarakat sekitar cukup besar. UMKM bisa mengurangi pengangguran dan meningkatkan ekonomi rumah tangga. Menjadi sentral perputaran ekonomi di mana ada arus barang dan uang di tengah UMKM tersebut.
Penulis: Riki Ariyanto
Editor: Satria
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :