Pelestarian Budaya dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Batik: Upaya Berkelanjutan APRIL-APR
Senin, 25 November 2024 - 10:40:11 WIB
PELALAWAN - Seni batik sebagai warisan budaya Indonesia terus berkembang dan bertransformasi menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas nasional.
Tidak hanya berfungsi dalam ritual adat, batik kini merambah ke dunia fesyen global, bahkan mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada tahun 2009.
Untuk mendukung pelestarian tradisi ini sekaligus memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan, Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) melalui Asia Pacific Rayon (APR) kembali mengadakan pelatihan batik di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, pada 18-21 November 2024.
Program ini diikuti oleh tujuh kelompok rumah batik dari tiga kabupaten di Riau, yakni Pelalawan, Siak, dan Kuantan Singingi (Kuansing).
Dengan tema 'Pelatihan Desain Pola dan Komposisi Warna Batik', APRIL-APR menghadirkan Yosepin Sri Ningsih MDS dan Eka Afirianti Puspita MDS, akademisi sekaligus praktisi fesyen dari Universitas Kristen Maranatha.
Pelatihan ini bertujuan memperkaya keterampilan kelompok batik binaan, sekaligus memperkuat daya saing mereka di pasar nasional dan internasional.
Salah satu peserta, Ayu Ningsih (37), dari Rumah Batik Andalan Pelalawan, menyampaikan manfaat yang dirasakannya dari pelatihan ini.
“Agar corak batik yang dihasilkan di Riau tidak monoton, perlu peningkatan kreativitas desain, pemilihan komposisi warna, dan penempatan motif sehingga nantinya bisa lebih bervariasi dan batik-batik Riau memiliki ciri khas tersendiri,” ujar Ayu.
Motif unggulan Rumah Batik Andalan, seperti Ombak Bono menjadi simbol kebanggaan budaya lokal yang melambangkan harmoni alam dan masyarakat Pelalawan. Usaha ini telah berkembang sejak 2015 dan berhasil mematenkan motif-motif khas lainnya seperti Timun Suri dan Akasia.
Peserta lain, Sesri Umami (35) dari Rumah Batik Lebah, Desa Kebun Lado, Kuansing, juga merasa terbantu dengan pelatihan ini.
Ia mengungkapkan, kelompoknya berdiri untuk memberdayakan perempuan lokal dan membantu perekonomian keluarga.
“Bagi saya pelatihan ini sangat bermanfaat dan menyenangkan. Kami dapat bertemu dengan trainer yang ahli di bidangnya. Teman-teman yang mengikuti pelatihan juga saling mendukung satu sama lain,” jelas Sesri.
Rumah Batik Lebah telah menciptakan berbagai motif seperti Mandulang Ome yang mencerminkan tradisi masyarakat Kuansing dalam mendulang emas. Filosofi motif ini menekankan harmonisasi antara tradisi dan keberlanjutan.
Sementara itu, CD Operational Manager RAPP, Sundari Berlian menyatakan, program ini merupakan bagian dari komitmen APRIL dan APR untuk mempromosikan batik sebagai simbol budaya sekaligus sarana pemberdayaan ekonomi.
“Kami telah mendorong pertumbuhan batik di Riau sejak 2013. Saat ini perkembangan batik kelompok binaan semakin baik, tetapi perlu terus beradaptasi dengan tren pasar untuk bertahan di tingkat nasional dan internasional,” tutur Sundari.
Komitmen ini sejalan dengan program APRIL2030 dan APR2030, yang mendukung kesetaraan gender serta pertumbuhan inklusif melalui pemberdayaan perempuan di sekitar operasional perusahaan.
Batik tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga pendorong kemajuan ekonomi bagi masyarakat.
Langkah-langkah seperti pelatihan ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara korporasi dan komunitas dapat mendorong kemajuan ekonomi lokal sekaligus menjaga kelestarian tradisi.
Dengan inovasi yang terus berkembang, kain batik Riau diharapkan semakin dikenal dan dihargai, baik di dalam negeri maupun di panggung internasional.
“Kami percaya ibu-ibu peserta pelatihan ini akan membawa kreativitas batik Riau ke tingkat yang lebih tinggi,” tutup Sundari.(rilis)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :