PEKANBARU - Pilkada serentak di Riau telah selesai dilaksanakan dengan hasil yang mengejutkan. Berdasarkan hitungan cepat dan data dari lembaga terpercaya, Partai Golkar mengalami kekalahan signifikan di banyak daerah. Bahkan, calon yang diusung Golkar di Pilkada Riau untuk posisi gubernur, Syamsuar, yang juga petahana dan Ketua DPD Golkar Riau, harus mengakui kekalahannya.
Merespons kondisi ini, Suparman, salah satu kader senior Golkar Riau, angkat bicara. Ia menegaskan bahwa kekalahan ini bukanlah kekalahan partai, melainkan kegagalan individu yang mengelola partai.
"Sebetulnya ini bukan kekalahan partai, tapi kekalahan orang yang mengurus partai. Ada bedanya orang dan partai," ujar Suparman tegas, Kamis (28/11).
Suparman mengibaratkan kondisi Golkar Riau saat ini dengan pesan dalam lagu tradisional Lancang Kuning. "Pesan lagu itu jelas, kalau kapten kurang paham, jangan berlayar di malam hari," ujarnya.
Ia menambahkan, Partai Golkar sebenarnya adalah partai yang kokoh dan teruji. Namun, tanpa kepemimpinan yang tepat, kapal besar seperti Golkar pun bisa terombang-ambing.
"Golkar itu bagaimanapun hempasan badai tak pernah tenggelam, tetapi untuk menahkodai kapal sebesar ini, perlu pemimpin yang paham jalur pelayaran," tambah Suparman.
Lebih lanjut, Suparman mengkritik pengurus Golkar saat ini yang dinilainya tidak memahami dinamika internal partai. Ia menyoroti penggantian orang lama dengan orang baru yang dianggap merusak stabilitas partai.
"Pengurusnya tidak paham jalur berlayar. Mereka membawa saudara sendiri, membawa orang baru, lalu meninggalkan orang lama. Bahkan kamar-kamar untuk orang lama ditukar. Ini jelas mengganggu perjalanan partai," kata Suparman.
Dari 13 Pilkada serentak di Riau, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, Golkar hanya mampu unggul di dua daerah, yaitu Indragiri Hilir dan Siak. Selebihnya, banyak calon yang diusung, termasuk petahana, tumbang di medan pertempuran politik.
Kondisi ini dinilai menjadi pukulan berat bagi Golkar Riau, yang selama ini dikenal memiliki kekuatan politik yang solid di daerah. Kekalahan ini juga memunculkan evaluasi mendalam mengenai strategi dan kepemimpinan partai ke depan.
Suparman berharap momentum kekalahan ini menjadi titik balik bagi Golkar untuk berbenah. Ia mengingatkan bahwa Golkar memiliki sejarah panjang dalam dunia politik Indonesia, sehingga tidak seharusnya kehilangan arah hanya karena kesalahan manajemen.
"Golkar itu partai besar. Jangan sampai masa depan partai yang sudah teruji ini dikorbankan karena kesalahan segelintir orang," pungkasnya dikutip dari tribunpekanbaru.
Dengan hasil Pilkada ini, Partai Golkar Riau menghadapi tantangan berat untuk membangun kembali kekuatannya, baik di tingkat daerah maupun nasional. (*)