Haruskah Pemimpin Riau Orang Melayu? Syahril Abubakar: Melayu adalah Nilai, Tak Hanya Suku
PEKANBARU - Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Riau serentak tahun 2024, isu mengenai Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) merebak di tengah-tengah masyarakat.
Beredar opini dan isu-isu yang menyasar beberapa nama bakal calon kepala daerah Riau sehubungan dengan hal tersebut seperti harus orang Melayu Riau atau harus berasal dari dalam Riau.
Belakangan, hal ini menyeret nama calon Gubernur Riau M Nasir yang ditolak Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) dan Persebatian Pemuka Masyarakat Riau (PPMR) karena dianggap tak memiliki historis Melayu.
Menanggapi itu Ketua Umum Dewan Pimpinan Agung Lembaga Adat Melayu Riau Syahril Abubakar mengimbau agar masyarakat mampu berpikir bijaksana dan terbuka.
"Melayu dalam konteks adat Melayu Riau adalah nilai, bukan hanya suku. Jadi kita tidak boleh terjebak persoalan suku karena ini menyangkut SARA," kata dia, Selasa (23/7/2024).
Menurut Syahril, nilai-nilai filosofi orang Melayu antara lain ditandai dengan orang tersebut berbudaya Melayu, menjaga adat dan bahasa Melayu, serta beragama terkhususnya Islam.
"Kemudian lembaga adat ini sudah dijadikan payung besar masyarakat Riau, terlepas dari dia bersuku apapun, beragama apapun, tetapi bilamana dia sudah menjadi orang Riau apalagi dia sudah beranak pinak di Riau, maka dia adalah anak kemenakan Provinsi Riau. Itulah pesan orang-orang tua yang sudah disampaikan kepada kita sebagai pewaris dari masyarakat adat Melayu ini sehingga di Riau ini sudah terjalin hubungan yang sangat harmonis baik dengan suku-suku yang berasal dari provinsi Riau maupun suku-suku yang berasal dari luar provinsi Riau setelah itu, semua sudah bersebatin menjadi orang Riau. Itu sudah komitmen kita bersama," jelasnya.
Kemudian dalam rangka menghadapi Pilkada, lanjut Syahril, karena ini adalah pesta demokrasi selama lima tahunan yang sudah biasa diikuti masyarakat Riau ini, maka dikembalikan pada aspirasi dan hati nurani masyarakat siapa yang mau dipilih.
"Tidak perlu kita persoalkan lagi, biarlah masyarakat yang memilih. Tapi kita meminta di dalam bingkai NKRI, ini yang kita kuatkan apalagi kita berada di bumi tanah Melayu, tentu hal Ikhwal yang berkaitan dengan pesta demokrasi ini sesuaikan dengan adat Melayu sehingga nanti pilkada bisa terlaksana dengan baik tidak meninggalkan luka atau cacat di hati masing-masing kita," sebutnya.
Seterusnya, Syahril meminta semua pihak mengedepankan persatuan dan kesatuan.
"Marilah sama-sama kalau memang betul kita ingin memilih pemimpin yang amanah, cerdas, yang punya komitmen terhadap daerah ini, silahkan nilai dan evaluasi. Tidak usah kita matikan seperongkeng lawan kita, mari sama-sama kita hidupkan lampu. Jangan matikan lampu orang. Kita kembalikan ke masyarakat, tak usah ragu, masyarakat kita cerdas. Dia akan memilih pemimpin yang terbaik," tuturnya.
Terakhir, Syahril menegaskan bahwa Lembaga Adat Melayu Riau tidak membela individu.
"(LAMR) kita akan berada di tengah-tengah. Semua yang bertarung itu (di Pilkada) adalah anak kemenakan kita. Dari nama-nama yang telah beredar selama ini, tidak ada satupun yang kita anggap orang lain. Mohon maaf saya tidak membela individu, tapi kalau bicara soal M Nasir, bicara tentang Abdul Wahid, Andy Rachman, ini adalah tokoh-tokoh kita yang berjuang di lembaga legislatif (DPR RI) , wabil khusus yang memperjuangkan blok Rokan, masalah PI ini, ditambah dengan anggota-anggota DPR yang lain macam pak Achmad, Syamsurizal, hingga Syamsuar yang kala itu gubernur, sesuai dengan tupoksinya masing-masing," tegasnya.
Penulis: Rinai
Editor: Barkah
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :