PEKANBARU - Hubungan antara Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar dan Wakil Gubernur Riau (Wagubri), Edy Natar Nasution tengah memanas. Apalagi Gubri memotong bantuan CSR yang diberikan kepada masyarakat dalam safari Ramadan yang dilakukan Wagubri.
Pengamat politik dari Universitas Riau (Unri), Tito Handoko mengatakan, perseteruan ini dinilai dapat mengganggu penyelenggaraan pemerintah daerah. Apalagi berlangsung di akhir masa jabatan keduanya.
"Kita juga harus lihat backgroundnya, kenapa jatah safari itu lebih banyak di Dapil Riau 1 oleh gubernur. Ini kan berkaitan dengan upaya gubernur yang ditugaskan partai maju anggota DPR RI, ini harus dimasukkan variabelnya itu. Jadi tak heran gubernur lebih banyak dapat porsi dibanding Pak Wakil, terutama di Dapil Riau 1," kata Tito, Selasa (11/4/2023).
Tito menilai, ada dua hal yang saling terkait dalam persoalan ini. Pertama, jatah dana safari Wagub kemudian lebih sedikit dari jatah gubernur. Sekaligus safari Ramadan dan politik berjalan beriringan, persiapan menuju 2024.
Dari pemotongan itu pula, ada ketersinggungan dari Wagub akan kesepakatan yang dilanggar. Artinya ada yang tidak memegang teguh komitmen dalam kesepakatan.
"Tapi memang karakter gubernur seperti itu, partai koalisinya saja di 2018 ditinggalkan, apalagi yang lain. Memang karakternya begitu. Kita harus juga reminder ke belakang," ujarnya.
Dampak dari sifat tersebut, kata Tito lagi akan berpengaruh kepada banyak hal. Mulai dari kondusifitas pemerintahan, organisasi politik tempat bernaung, dan sebagainya.
"Yang paling berdampak itu pada cara pandang publik terhadap sosok gubernur sendiri, yang tak konsisten dan komitmen. Lagi-lagi kan menyoal pada dukungan publik pada beliau sendiri, baik itu maju DPR RI, maupun jika nanti ada agenda maju lagi di Pilgubri 2024 mendatang," ujarnya.
Disinggung mengenai dengan diungkapkannya persoalan tersebut ke publik langsung oleh Wagub, Tito belum membaca apakah ada agenda politik dari kejadian tersebut.
"Saya belum bisa membaca arah politik Wagub ke depannya, apakah DPR RI atau maju Gubernur. Hanya kita lihat baru dari dorongan partai. Kalau sudah pasti dia akan maju, nanti juga konsolidasinya bakal berdampak," kata dia.
Jika yang dicari adalah simpati dari masyarakat akan agenda politik Wagub ke depannya, kata Tito bisa jadi dapat dan bisa jadi tidak.
"Tergantung dari agenda politik Wagub ke depannya. Dari peristiwa itu, jika Pak Wagub mengambil posisi sebagai lawan politiknya gubernur, mungkin saja orang akan bersimpati. Tapi kita belum tahu ni, karena belum ada penjelasan langsung oleh Wagub maupun timnya akan agenda politiknya ke depan," pungkasnya.
Penulis: Bayu Derriansyah
Editor: Riki
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :