www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
Penyesuaian Tarif Tol Pekanbaru-XIII Koto Kampar Mulai Berlaku 11 Januari 2025, Berikut Rinciannya
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Kisah Kepala Sekolah dan Guru di Pendalaman Riau: Puluhan Tahun Mengabdi untuk Anak Suku Akit
Senin, 13 November 2017 - 11:11:16 WIB

MENGABDI di daerah pedalaman dan terisolir tentunya bukan pilihan utama bagi sebagian besar Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tapi lain halnya dengan Suardi (50), seorang kepala sekolah yang patut ancungi jempol karena usaha beliau yang membuat anak anak suku Akit di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, pandai menulis dan membaca.

Pukul 06:00 WIB pagi, ketika para guru di sekolah lainnya masih berada di rumah, dia bersama para guru seperjuangan dengannya sudah berada di pelabuhan bersiap-siap menyusuri Sungai Suir yang panjang dengan Perahu Pompong miliknya dan dengan biaya operasional sendiri. Perahu itu dibeli dengan menggunakan uang pribadinya seharga Rp8 juta, selama mengabdi sudah lima perahu dia gunakan. Tak jarang mereka membuka perbekalan dan makan bersama, karena tidak ada kesempatan bagi mereka untuk sarapan di rumah.

Setelah mengarungi sungai Suir yang panjang, perahu kecil yang dikemudikan oleh kepala sekolah itu sendiri kembali menyusuri anak sungai yang bernama Batang Buah, hambatan tidak sampai di situ, terkadang mereka harus menunggu air permukaan sungai naik, karena jika tidak perahu mereka akan sangkut karena dangkalnya dasar sungai.

"Kalau Pompong ini rusak, kami bersama para guru dipastikan tidak bisa pergi mengajar, karena ini merupakan satu-satunya transportasi menuju ke sana," kata Suardi.

Selama mengabdi sudah banyak suka duka pria yang menjadi guru sejak tahun 1988 ini, mulai dari perahunya tenggelam, mesin rusak di tengah perjalanan, sampai dengan kipas perahu tersangkut sampah yang berada di dasar sungai.

"Kalau kipas perahu tersangkut, terpaksa saya sendiri yang menyelam ke bawah dasar sungai," kata Suardi.

Hambatan perjalanan menuju sekolah tempat mendidik anak-anak suku Akit tidak sampai disitu, setelah menyusuri sungai yang ditempuh selama 1,5 jam perjalanan sejauh 20 KM panjangnya membelah hutan mangrove sudah menanti dengan kondisi jalan berlumpur yang membenamkan hingga di atas mata kaki.

Agar bisa melewati jalan tersebut, mereka juga harus melepas sepatu dan menyingsingkan celana mereka hingga ke lutut.

"Kalau sepatu tidak dilepas, tidak bisa jalan karena lengket oleh lumpur tanah liat. Tidak ada base ataupun semenisasi, hanya tanah liat yang berlumpur," ujarnya.

Tak jarang mereka saling bercanda untuk menghilangkan lelah, sesekali mereka berpegangan tangan satu sama lain agar tidak tergelincir akibat jalan licin dan tidak tercebur ke dalam sungai ketika melalui jembatan yang rapuh dan berlobang.

"Di dalam perjalanan, kami bersama guru lainnya selalu bercanda, ini sengaja dilakukan untuk mengusir rasa penat kami," cerita Suwardi.

Sekolah Dasar Negeri 10 Lukun yang terletak di Dusun Keridi Desa Batin Suir, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti ini hanya bisa dilalui jalur sungai, ini merupakan sekolah satu-satunya yang ada di desa tersebut.

Perjuangan kepala sekolah yang sudah mengabdi sejak tahun 1996 ini tidak hanya saat menuju sekolah, lahan seluas 3240 m2 tempat sekolah ini berdiri pun dibelinya seharga Rp250 ribu pada tahun 2000 silam.

Suardi mengungkapkan, sebelum mengajar di SDN 10 Lukun, Desa Batinsuir, ia mengajar di sekolah SDN 6 Desa Lukun, Kecamatan Tebingtinggi Timur.

Namun, saat itu ia mendengar jika desa tetangga, Desa Batinsuir tidak memiliki guru dan sekolah untuk mengajar membaca, menulis dan menghitung bagi anak-anak Suku Akit.

"Saat saya mengajar dulu, tanah ini sengaja saya beli untuk dibangun sekolah, agar anak-anak di sini bisa bersekolah. Pembangunannya kami ajukan proposal pada zaman Bengkalis tahun 2002, kalau tidak ada kami di sini siapa lagi, tidak ada yang sanggup bertahan mengajar di sini," ungkap Suardi.

Saat ini kondisi sekolah sangat memprihatinkan, dimana lantai tempat belajar mengajar itu sudah dalam kondisi retak. Ruangan kelas sebanyak 3 ruangan dibagi dua, dimana hanya ada rak buku sebagai tempat pemisah. Di sekolah ini hanya terdapat 52 orang siswa, mayoritas merupakan anak-anak dari suku Akit dimana 27 siswa laki laki dan 25 siswa perempuan.

Ia menuturkan, kebanyakan orangtua suku Akit menolak anaknya sekolah lantaran anaknya dibutuhkan keluarga untuk mencari nafkah dan sebagian lagi mereka tidak menganggap sekolah adalah kebutuhan untuk hidup.

"Banyak yang tidak mau meski gratis, tapi setelah tiga hari keliling dusun saya dapat murid juga," ujar Suardi.

Awalnya kata Suardi, memiliki 82 murid anak suku Akit dan gubuk berukuran 5 x 10 meter sebagai sekolah.

"Saat itu hanya saya yang mengajar di situ. Kalau tidak salah awal berdiri sekolah itu pada tahun 1995, setahun saya terima SK PNS sebagi guru," kenang Suardi.

Hampir 5 tahun Suardi mengajar sendiri di sekolah itu.

Ia sempat dibantu beberapa kali oleh sejumlah guru, namun tidak ada yang bertahan mengajar di daerah pedalaman tersebut.

"Beberapa tahun kemudian saya dibantu oleh Bu Desi Susanti dan Nuraini. Saya tarik menjadi guru disana. Mereka mau, meskipun saat itu gaji per bulan hanya Rp 350 ribu," ujarnya.

Saat ini kata Suardi, ia sudah memiliki 7 guru untuk mengajar anak-anak Suku Akit di SDN 10 Lukun, Desa Batinsuir.

"Alhamdulilah, empat guru saya sudah masuk sebagai honor daerah. Sedangkan yang lainnya masih honor sekolah," ujar Suardi.

Suardi juga merasa bersyukur, sebab saat ini sekolah yang ia kelola sudah menyandang status sekolah negeri.

Para guru sekolah dasar di daerah pedalaman tersebut tidak memerlukan kurikulum saat proses belajar dan mengajar anak-anak pedalaman Suku Akit di sekolahnya.

Sebab, sistem pendidikan terhadap warga pedalaman harus disesuaikan dengan kearifan lokal di sana.

"Sistem pendidikan berdasarkan kurikulum tidak bisa diterapkan di sana. Kalau diterapkan, muridnya tidak ada yang datang," ujar Kepala SDN 10 Lukun, Desa Bathinsuir, Suardi.

Anak-anak Suku Akit di sana bisa menghitung, membaca dan menulis saja, Suardi sudah bersyukur.

Suardi menuturkan mengajar murid-murid dari Suku Akit tidak dapat disamakan dengan mengajar murid pada umumnya.

Sebab, warga pedalaman masih beranggapan tidak memerlukan pengetahuan seperti itu.

"Mereka hanya membutuhkan pengetahuan praktis yang berguna untuk kelangsungan hidup saja. Sebab itu bisa saja mereka membaca, menulis dan berhitung sudah cukup bagi mereka," ujarnya.

Kendati demikan, setiap kali Ujian Nasional digelar, murid-muridnya lulus semuanya.

"Sejak sekolah ini berdiri anak-anak peserta UN lulus semua, namun hanya beberapa saja yang sampai ke kelas VI. Sebab, sebagian sudah berhenti karena malu sekolah karena sudah dewasa," ujar Suardi.

Suardi menjelaskan saat ini sekolahnya memiliki 52 murid, mayoritas murid-muridnya adalah anak suku Akit.

Kendati demikian, ia tidak membeda-bedakan murid dari suku Akit dengan murid lainnya.

"Meskipun tidak ada dibedakan, namun ada perlakuan khusus bagi anak-anak Akit. Sebab, murid dari Suku Akit, sekolah kalau sedang ingin saja. Kalau bosan mereka libur dulu dengan alasan membantu orangtua cari kayu atau ke kebun," ujar Suardi.

Ia juga tidak bisa menerapkan kedisiplinan dengan tegas bagi murid-muridnya, sebab ketegasan itu akan mengakibatkan anak-anak Suku Akit takut untuk pergi ke sekolah.

"Kalau tegas, mereka tidak ada yang datang dan tidak mau lagi sekolah," ujarnya.

Semenjak kabupaten ini berdiri baru pada tahun 2016 sekolah ini mendapatkan bantuan berupa perumahan untuk guru, sebelumnya mereka hanya membeli peralatan sekolah menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan CSR sari PT NSP.

Salah seorang guru yang mengabdi, Lismayani mengatakan yang membuat dirinya bertahan memberikan pendidikan bagi anak anak pedalaman disana bisa mengecap pendidikan.

"Yang membuat saya bertahan, saya kasihan dengan anak anak di sana. Walaupun penat, tapi mereka lah penghibur bagi saya, lagi pun hanya ada satu sekolah disana," kata Lismayani.

Penulis : Ali Imroen
Editor : Yusni Fatimah

   


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Per 11 Januari 2025 mendatang, tarif tol Pekanbaru-XIII Koto Kampar alami penyesuaian harga. (Foto: Hutama Karya)Penyesuaian Tarif Tol Pekanbaru-XIII Koto Kampar Mulai Berlaku 11 Januari 2025, Berikut Rinciannya
Bhabinkamtibmas Bukit Selamat, Bripka Ahmad Sazali Hasibuan saat menerapkan program Cooling System di Kelurahan Simpang Kanan. (Foto: Afrizal)Pasca Pilkada 2024, Bhabinkamtibmas Simpang Kanan Aktif Giatkan Cooling System
Ilustrasi zodiak. (Foto: Int)Ramalan Zodiak Hari Ini: Kejutan untuk Aries, Optimisme Taurus, dan Awal Baru bagi Gemini
Mendikdasmen RI, Prof. Abdul MuBRK Syariah Raih Penghargaan Mitra Terbaik UMRI, Diserahkan Langsung oleh Mendikdasmen
Wartawan Halloriau.com liputan Kabupaten Pelalawan, Andy Indrayanto, meraih juara 1 dalam Lomba Karya Tulis Jurnalistik Polda Riau Cooling System Pemilu Kada 2024. (Foto: Andy Indrayanto)Lomba Karya Jurnalistik Cooling System Pilkada Damai 2024: Wartawan Halloriau Raih Prestasi Gemilang
  Bidang Aset BPKAD Kepulauan Meranti temukan aset daerah berupa lahan kosongBidang Aset BPKAD Kepulauan Meranti Temukan Aset Tanah, Dulunya Eks Lapangan Bola Klub Torpedo
Ilustrasi coretax. (Foto: Int)DJP Pastikan Tak Ada Sanksi di Masa Transisi Coretax, Berikut Penjelasannya
FITRA Riau melaporkan hasil Indeks KIA dan SILEGDA untuk tahun 2024. (Foto: Istimewa)Indeks SILEGDA dan KIA 2024: FITRA Dorong Daerah Tingkatkan Transparansi
Ilustrasi hujan. (Foto: Int)Prakiraan Cuaca BMKG Sabtu 11 Januari, Pekanbaru Diprediksi Turun Hujan Pada Pagi Dini Hari
ilustrasi: demo tolak penghapusan bbm subsidi.Pemerintah Siapkan Skema Baru Subsidi BBM, Progres Sudah 98%
Komentar Anda :

 
 
 
Potret Lensa
DPMPTSP Riau-PT BSP Permudah Perizinan Pelaku Usaha UMKM
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2025 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved