Tingkatkan Kesadaran Kekayaan Khasanah Sejarah
Puluhan Mahasiswa STAIN Bengkalis Kunjungi Museum SSQ
Selasa, 20 September 2016 - 16:22:55 WIB
BENGKALIS - Untuk meningkatkan kesadaran akan potensi budaya dan pariwisata daerah, sebanyak 50 mahasiswa STAIN Bengkalis, Selasa (20/9/2016) berkunjung ke Museum Sultan Syarief Qasim (SSQ) di kompleks Disbudparpora jalan Jendral Sudirman, Parit Bangkung Bengkalis.
Dalam kunjungan singkat tersebu, mahasiswa yang berasal dari Program Studi (prodi) Siyasah Syariyyah (Hukum Tata Negara) itu diberi kesempatan untuk melihat-lihat koleksi museum, mulai benda-benda purbakala hingga fosil berusia Ratusan Tahun, seperti Baju Took/Pudu yang terbuat asli dari Kulit Pohon.
Ketua Prodi, sekaligus Dosen STAIN, M Subli, M.Si, mengatakan kunjungan mahasiswa asuhnya ke museum satu-satunya di Bengkalis adalah dalam rangka peningkatan kesadaran akan kekayaan negeri Melayu yang ada di Bengkalis, seklaigus untuk mempromosikan budaya Melayu yang semakin hilang ditelan bumi.
"Kita tidak boleh melupakan sejarah. Di museum ini banyak terdapat benda purbakala yang memberi petunjuk tentang asal usul hingga sejarah perjalanan panjang nenek moyang kita," ujar M Subli.
Usai mengunjungi museum, para mahasiswa juga diajak untuk melihat dari dekat Rumah Peninggalan Sultan Syarief Qasim yang berada di kompleks Taman Budaya Daerah, hanya berjarak puluhan meter dari museum.
Pihak Disbudparpora Bengkalis sendiri merasa senang atas kunjungan calon insan pendidik tersebut guna mengeksplorasi khasanah budaya dan kekayaan alam Melayu. Salah seorang penjaga mengatakan, bahwa museum berisi banyak benda-benda purbakala bernilai sejarah yang akan memberi petunjuk tentang perjalanan masyarakat Riau atas perjuangan sang Sultan dari masa ke masa.
Dikatakan, ada fosil baju yang terbuat dari kulit kayu, kemudian ada juga meriam yang dijadikan senjata untuk melawan Belanda. Ini memberi petunjuk kalau Sang Sultan sudah memiliki pengaruh besar dalam memeprjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
"Juga benda-benda kuno seperti senjata tajam yang terbuat dari logam. Senjata itu digunakan untuk berburu hewan liar di hutan. Dari sini kita tahu kalau nenek moyang kita memang pemburu ulung," ujar petugas itu lagi.
Sesaat sebelum melepas mahasiswa kembali ke kampus, Pihak Disbudparpora berpesan agar kunjungan serupa dapat dilakukan secara kontinyu. "Kita sendirilah yang harus bertanggung jawab atas sejarah dan perjalanan peradaban di tanah leluhur kita. Kami bangga melihat calon intelektual memiliki wawasan memadai tentang asal usul mereka," katanya.
Penulis : Zulkarnaen
Editor : Yusni Fatimah
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :