JAKARTA - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) menuntut Resimen Mahasiswa (Menwa) di kampus mereka dibubarkan menyusul meninggalnya Gilang Endi Saputra saat mengikuti Diklatsar. Keberadaan Menwa dinilai sudah tidak relevan dengan iklim akademik di universitas negeri di Solo itu.
Sejak kasus Gilang menjadi sorotan, pihak Menwa justru menghindar dari perhatian publik. Salah satu mahasiswa Fakultas Hukum, Zakky Musthofa menyayangkan pihak Menwa yang sama sekali tidak bersuara setelah Diklatsar yang menelan korban jiwa tersebut.
"Kami lihat tidak ada iktikad baik dari Menwa," katanya, dikutip dari CNN Indonesia.
"Jangankan muncul di publik, ucapan belasungkawa atau permohonan maaf juga tidak ada," lanjutnya.
Zakky yang juga menjabat Presiden BEM UNS menuntut Menwa UNS dibubarkan jika terbukti ada tindak pidana dalam kasus meninggalnya Gilang. Menurutnya Menwa sudah tidak relevan di lingkungan akademis yang seharusnya lebih mengedepankan pemikiran ketimbang fisik.
"Urgensi akademiknya agak kurang," katanya.
Zakky mengaku banyak mendengar anggota Menwa yang menceritakan kuatnya kultur senioritas di organisasi tersebut. Akibatnya, banyak terjadi kekerasan dan intimidasi di dalam Menwa sendiri.
"Hal-hal seperti itu sudah tidak layak di ruang lingkup akademis seperti di kampus," katanya.
Hal senada disampaikan mahasiswi Fakultas Ekonomi, Laras Sekar Kinanthi. Selama ini, Menwa dianggap sebagai organisasi mahasiswa yang melambangkan bela negara. Citra tersebut rusak setelah Gilang meninggal saat mengikuti kegiatan Menwa.
"Menurut saya bela negara bisa dalam bentuk lain, apalagi di masa globalisasi yang semuanya sudah serba digital seperti ini," katanya.
"Kalau sudah tidak ada urgensinya mending ditiadakan saja. Apalagi selama ini kalau diklat sering memakai kekerasan dan budaya senioritas," lanjutnya.
100 Lilin Simpati Untuk Gilang
Tuntutan pembubaran Menwa UNS juga disuarakan saat ratusan mahasiswa menggelar aksi 100 Lilin Solidaritas untuk Gilang, Selasa (26/10) malam. Aksi yang digelar di boulevard UNS setelah hujan deras mengguyur Kota Solo itu diikuti mahasiswa dari semua fakultas dan sekolah vokasi UNS.
"Kami atas nama Mahasiswa UNS melalui surat ini mendesak UNS untuk segera membubarkan Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa karena tidak memiliki urgensi pada kegiatan akademis," demikian tertulis dalam pernyataan sikap aksi tersebut.
Sikap tersebut muncul merespon keterangan Polda Jawa Tengah yang menyimpulkan Gilang meninggal karena pukulan di bagian kepala. Kesimpulan tersebut didasari atas hasil otopsi atas jenazah Gilang.
Mereka juga menuntut pertanggungjawaban dari UNS dan Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa (nama resmi Menwa UNS) atas meninggalnya Gilang. Tak hanya itu, mereka juga mendesak Polresa Surakarta agar melakukan penegakan hukum. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
BERITA LAINNYA |
|
|
MSU Medical Centre Perluas Jangkauan ke Riau, Tawarkan Layanan Kesehatan Terjangkau Pegadaian Kanwil Pekanbaru Catat Kinerja Positif Awal 2025, OSL Tembus Rp3,72 T Tol Riau Dorong Wisata One Day Tour, Travel Agent Ikut Bergeliat Pelabuhan Penyagun di Pulau Rangsang Belum Bisa Beroperasi Meski Rampung 100 Persen, Alasannya Hanya Soal Etika 14 Terdakwa Kasus Pidana Pilkada di Kampar Divonis 2,5 Tahun Penjara
|
|
Honda Care Riau Solusi Cepat Atasi Motor Mogok di Jalan Terlantar di Rumah Reyot, Nenek Zaimah Bakal Dievakuasi ke Panti Jompo Pekanbaru Puluhan Kendaraan Terjaring Razia Gabungan di Pekanbaru, Ini Pelanggarannya In Riau, Fresh Palm Fruit Bunches Cost IDR 3,492 per Kilogram, Here are the Specifics Tanpa Jhon Mena, PSPS Pekanbaru Siap Hadapi Persiraja Banda Aceh di Laga Penentu Menuju Liga 1
|
Komentar Anda :