PEKANBARU- Seiring perkembangan zaman, dunia pesantren kian menunjukkan eksistensinya sebagai bagian integral dari kekuatan bangsa. Tak hanya sebagai basis pendidikan, pesantren dalam sejarahnya berkontribusi nyata menggalang kekuatan rangka merebut kemerdekaan Indonesia.
Keberadaan pesantren bertahan hampir 5 abad. Jebolannya banyak berkecimpung di berbagai sektor, baik pemerintahan maupun swasta. Hal ini ditopang karakter santri yang memiliki kecakapan, kearifan serta kompetensi ilmu, terutama keagamaan.
Kementerian Agama (Kemenag) mencatat, saat ini jumlah pesantren di seluruh Indonesia mencapai 39.403. Sedangkan santri aktif sebanyak 4,08 juta dan pengajar hampir 370 ribu. Dengan angka demikian, pemerintah terus berupaya memajukan pesantren tanah air dengan menggandeng berbagai stakeholder, termasuk Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI).
Mengutip situsnya, visi BKsPPI bertujuan menciptakan ukhuwah islamiyah dan ta’awun antar pondok pesantren guna mewujudkan pendidikan dan pembangunan dienul Islam dalam arti luas. Adapun misinya membina ukhuwah Islamiyah dan meningkatkan ta’awun antar pondok pesantren serta masyarakat lingkungannya, menyelenggarakan usaha bersama antar pondok pesantren, meningkatkan kualitas tarbiyah wat ta’lim pondok pesantren, menggali sumber dana untuk pengembangan pondok pesantren, membina kemandirian pondok pesantren, membina serta menjalin hubungan kerjasama dengan organisasi dan lembaga Islam dengan berbagai elemen, seperti dengan Ponpes Aufia Global Islamic Boarding School (GIBS) Riau.
"Ponpes Aufia Riau dalam perannya diharapkan menjadi mitra strategis dan membawa penyegaran kemajuan dunia pendidikan Islam, khususnya Bumi Melayu. Terutama menyiapkan calon ulama entrepreneur (santripreneur) yang berakhlak mulia dan siap memimpin," ujar Pimpinan KH. Misran Agusmar, Lc usai pengukuhan dirinya sebagai Ketua BKsPPI Riau periode 2023-2028 beberapa waktu lalu.
Lebih jauh, Kyai Misran menuturkan, visi Aufia adalah menyiapkan calon ulama- entrepreneur berakhlak mulia dan siap memimpin. "Untuk mewujudkan tujuan ini, Aufia menuangkan dalam misinya; menyelenggarakan pendidikan berbasis pesantren modern yang nyaman dan berkualitas, mendidik santri sebagai calon ulama dengan tarbiyah islamiyah yang benar, komprehensif dan terintegrasi, menyiapkan calon entrepreneur tangguh dan mampu menjadi pemberdaya umat, melatih kepemimpinan yang kuat, bekerjasama dengan mitra strategis yang memiliki kepedulian sama di bidang pendidikan, dakwah dan entrepreneurship," tutur Kyai.
Prihal santri dengan dunia enterpreneur, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menggulirkan Program Santripreneur sejak tahun 2013 silam, dengan membina 84 pondok pesantren di berbagai wilayah Indonesia melibatkan 10.149 santri. Tujuannya mendorong pertumbuhan dan pengembangan wirausaha industri baru di lingkungan pondok pesantren. Bentuk kegiatan dalam implementasi Program Santripreneur, antara lain memacu kompetensi teknis para santri serta memfasilitasi bantuan mesin dan peralatan produksi.
Ketua Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) Pusat Prof. DR. KH Didin Hafidhuddin M.Sc, mengaku bersyukur atas Program Santripreneur yang telah digagas untuk para santri. "Tentu kita bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah melalui Wapres (sebagai Dewan Penasehat BKsPPI) yang telah membantu upaya peningkatan kualitas lulusan pesantren dari mengajar ngaji atau meneruskan kuliah juga membangun jiwa usaha dan kemandirian melalui bantuan Program Santripreneur," ujar KH Didin suatu ketika dalam sebuah iven.
Lalu, bagaimana dengan kualitas lulusan pondok pesantren di Provinsi Riau? Media Center Riau mengungkap, dari tahun ke tahun jumlah pondok pesantren di Bumi Lancang Kuning mengalami peningkatan. Kuantitas ini mesti dibarengi kualitas. Maka, Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar menancapkan harapan, kualitas sumber daya manusia di pesantren harus meningkat dari waktu ke waktu.
Data Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Provinsi Riau menyebut, pondok pesantren di Provinsi Riau meningkat pesat. Jika tahun 2017 ponpes di Riau berjumlah 176, pada Mei 2023 sudah berjumlah 451 pesantren. Peningkatan ini seiring perkembangannya, baik kualitas infrastruktur ataupun fisik pesantren. Dan, Aufia pun tak luput dari yang tengah berbenah, yakni menggesa pembangunan masjid dan asrama.
Terkait hal itu, Aufia bakal menggelar Pelantikan Pengurus BKsPPI Riau, Sarasehan Kebangsaan sekaligus Peletakan Batu Pertama Masjid Karomatul Aufia pada Agustus nanti. Adapun tokoh yang dijadwalkan hadir di antaranya; Drs. H. Syamsuar, M.Si (Gubri), Prof. DR. KH Didin Hafidhuddin M.Sc (Ketua Umum BKsPPI Pusat), DR. Hidayat Nur Wahid, Lc. MA (Wakil Ketua MPR RI), DR. KH. Akhmad Alim (Sekjen BKsPPI Pusat), KH. Misran Agusmar (Pimpinan Ponpes Aufia) serta undangan lainnya.
Untuk diketahui, Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) dideklarasikan oleh alim ulama se-Jawa Barat pada 20 Muharram 1392 H, bertepatan 5 Maret 1972 M, bertempat di Cianjur, Jawa Barat dengan nama Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKsPP) Jawa Barat. Kemudian dikukuhkan kembali pada Sya’ban 1414 H/16 Januari 1994 M dengan nama Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia, disingkat BKsPPI. (rls)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)