MOJOKERTO – Guru menjadi kunci untuk mempersiapkan peserta didik Indonesia bergabung dengan era revolusi industri 4.0. Kontribusi guru terletak pada penguatan pendidikan karakter manusia Indonesia agar tanggap terhadap segala tantangan.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Supriano mengatakan, nilai-nilai pendidikan karakter Indonesia haruslah muncul dari seorang guru agar dapat menjadi figur andalan di masa depan.
“Guru ini masih memiliki kekuatan. Apapun perubahannya, guru ada di garis depan,” ujarnya pada Pekan Hari Pendidikan Nasional 2019 di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (20/4/2019).
Seorang guru menjadi seorang role model dari pendidikan karakter, pendidikan moral, dan kerja sama. Guru tidak hanya berperan sebagai pendidik, tapi juga sebagai fasilitator, katalisastor, dan motivator bagi para siswa.
Kontribusi ini, lanjut dia, tak tergantikan oleh kemajuan teknologi sebagai inti dari perkembangan era industri 4.0. Pada sisi lain, guru haruslah tetap meningkatkan kompetensi agar dapat menghadapi tantangan di era industri 4.0. Supriano mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan mekanisme pelatihan kompetensi bagi guru, yaitu melalui sistem zonasi.
Mengacu pada data Ditjen GTK Kemendikbud, sistem ini menyiapkan kompetensi guru dengan strategi pembangunan pendidikan yang terintegrasi secara vertikal dari satuan pendidikan di kabupaten/kota, provinsi hingga pusat sesuai dengan ruang lingkup kewenangannya sehingga berkesinambungan dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Sistem ini menggantikan mekanisme pelatihan sentralisasi yang dilakukan Kemendikbud selaku pemerintah pusat.
“Pelatihan guru melibatkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dengan 81 jam sistem in out sehingga terdapat koordinasi dan sinkronisasi antar guru untuk membahas kondisi dan permasalahan di tiap-tiap sekolah,” jelasnya, dikutip okezone.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menjelaskan, perluasan akses dan penguasaan seni dan budaya oleh peserta didik menjadi target pemajuan kebudayaan. Langkah ini diperlukan untuk mendukung implementasi pendidikan karakter siswa dalam memasuki era revolusi Industri 4.0.
“Tahun ini kita mengembangkan untuk tolak ukur kemajuannya, salah satu tolak ukurnya adalah akses dan penguasaan anak-anak terhadap kebudayaan” ujarnya di Pekan Hardiknas 2019 di Denpasar, Bali. Hilmar sebelumnya menjelaskan bahwa perluasan nilai-nilai pendidikan karakter berada pada level capaian kognitif para peserta didik.
“Tahun kemarin, fokus pendidikan karakter untuk pemajuan kebudayaan masih berupa perluasan kepada daerah-daerah agar menjangkau ke seluruh sekolah,” ujarnya. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :