PELALAWAN – Banjir yang melanda Jalan Lintas Timur (Jalintim) tepatnya di Kilometer (KM) 83, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, terus menjadi perhatian. Sudah sepekan terakhir, banjir ini tidak hanya mengganggu kelancaran lalu lintas, tetapi juga melumpuhkan berbagai aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan tersebut.
Ketinggian air yang semakin mengkhawatirkan memaksa pembatasan kendaraan. Saat ini, hanya truk yang diizinkan melintas di jalur tersebut, sementara kendaraan jenis roda empat lainnya dilarang melintas karena dikhawatirkan akan mengalami kerusakan mesin akibat terendam air.
Menanggapi situasi ini, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Riau, Yohanes Tulak, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengambil sejumlah langkah penanganan darurat. Sistem buka-tutup lalu lintas telah diterapkan di lokasi banjir, dan tanda pembatas dipasang untuk memastikan keamanan pengguna jalan.
"Sebagai langkah antisipasi, jalur alternatif melalui Simpang Japura menuju Kuantan Singingi telah disiapkan, khususnya untuk menghadapi potensi lonjakan kendaraan saat libur panjang," ungkap Yohanes, Jumat (24/1/2025).
Lebih lanjut, BPJN Riau juga berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui rapat virtual. Dalam pertemuan tersebut, dibahas modifikasi cuaca dan pengaturan pintu air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang sebagai upaya mengurangi dampak banjir.
Namun, Yohanes mengingatkan bahwa penurunan pintu air PLTA membutuhkan waktu sekitar 3–4 hari untuk memberikan hasil, bergantung pada intensitas curah hujan di wilayah tersebut.
Sebagai solusi permanen, Yohanes mengusulkan pembangunan flyover di jalur lintas yang kerap dilanda banjir ini. Menurutnya, pembangunan flyover dapat menjadi langkah strategis untuk mengatasi banjir yang berulang sekaligus meningkatkan efisiensi transportasi di jalur utama tersebut.
"Jika banjir ini terus menjadi masalah tahunan, maka pembangunan flyover adalah solusi terbaik yang telah kami usulkan kepada Kementerian PUPR," tegas Yohanes dikutip dari MC.Riau.
Banjir di Jalintim KM 83 menjadi pengingat nyata tentang pentingnya penanganan infrastruktur di daerah rawan bencana. Dampak sosial dan ekonomi akibat terganggunya akses transportasi tidak bisa diabaikan. Aktivitas masyarakat, distribusi logistik, hingga sektor usaha kecil menengah (UKM) di kawasan ini terhambat secara signifikan. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :