www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
BRK Syariah-Kejari Kuansing MoU Sinergi Pendampingan Hukum
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Selaksa Senyum Sagiman: Bangun Harapan & Mimpi Anak-Anak Talang Mamak
Selasa, 29 Oktober 2024 - 10:51:00 WIB
Program CSR Pertamina yang mensupport secara penuh SDN 028 Talang Sei Limau dimana siswanya hampir seluruhnya anak-anak Suku Talang Mamak.(foto: istimewa)
Program CSR Pertamina yang mensupport secara penuh SDN 028 Talang Sei Limau dimana siswanya hampir seluruhnya anak-anak Suku Talang Mamak.(foto: istimewa)

Baca juga:

Rapat Integrasi Penataan Aset dan Akses Tim GTRA Pelalawan, Ini Pembahasannya
Kapolres Pelalawan Pantau Keamanan Sortir dan Lipat Surat Suara Pilkada 2024
Selaksa Senyum Sagiman: Bangun Harapan & Mimpi Anak-Anak Talang Mamak

"Bermimpi dan Berdoalah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu itu."
Andrea Hirata, Sang Pemimpi

Oleh: Andy Indrayanto

SAGIMAN melajukan motornya pelan, melibas jalan tanah becek dan berlumpur. Dihindarinya tanah liat yang membentuk gundukan berlumpur dan kubangan air kecoklatan yang keruh di sana-sini, agar roda bannya tak selip. Dia harus hati-hati, karena beberapa hari lalu dirinya hampir jatuh dari kuda besinya karena rodanya terselip gundukan lumpur.

Hujan yang mengguyur Kecamatan Rakit Kulim tadi malam, membuat akses jalan menuju sekolah marginal di Desa Talang Sei Limau, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) semakin parah jika tak mau disebut hancur. Jalan berupa tanah liat itu membuat akses menuju sekolah marginal tempatnya mengajar harus ekstra hati-hati saat mengendarai motornya. Belum lagi kubangan di sana-sini yang membentuk kolam-kolam mini berair keruh, jika tak waspada akan menjerembabkan motornya dalam kubangan air kecoklatan.

Tawa kanak-kanak terdengar di depan Sagiman yang masih melajukan motornya dengan pelan. Dia tahu, itu suara tawa anak didiknya yang tengah berjalan menuju arah yang sama: sekolah marginal yang berada di tengah hutan. Dilihatnya ada delapan, sembilan, oh, sepuluh anak didiknya baru keluar dari jalan setapak hutan.

Anak-anak umur belasan milik masa depan Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) itu begitu riang bercanda sesamanya, seolah-olah tak pernah terbayang jika ratusan kilo dari mereka, anak-anak seusia mereka tengah bergulat dengan buku pelajaran di kelas-kelas yang nyaman bahkan mungkin ber-AC dan dengan buku-buku pelajaran yang lengkap dan bersepatu bermerk.

Tapi lihatlah mereka - anak-anak suku Talang Mamak itu - harus menempuh jarak 5 sampai 8 kilo untuk sampai ke tempat belajar. Bangunan mereka belajar bukan layaknya sekolah berdinding tebal dan kaca-kaca mengkilat serta bangku duduk nyaman yang ada tempat tasnya, namun dinding sekolah mereka terbuat dari buluh bambu dengan atap rumbia dan beralas tanah.

Kondisi mengenaskan hati ini tak membuat semangat anak-anak Suku Talang Mamak menjadi luntur. Mereka tetap bersemangat menempuh jarak yang jauh menembus hutan untuk bersekolah, melewati jalur setapak diapit hutan adat yang rimbun di kiri-kanannya, tapi tetap riang menemui Sagiman dan tutor yang lain untuk mendapatkan pendidikan.

Semangat anak-anak Suku Talang Mamak itulah yang membuat Sagiman mengenyahkan rasa lelah dan bosan meski harus menempuh jarak 25 kilo dari rumahnya menuju sekolah marginal.

Dibenak laki-laki lulusan Universitas Terbuka Pokja Kelayang Kabupaten Inhu ini, anak-anak suku Talang Mamak itu bagai "Laskar Pelangi" di kabupaten yang dijuluki Bumi Serumpun Sebalai ini. Novel anak-anak Laskar Pelangi besutan Andrea Hirata bagai menjelma dalam diri anak-anak suku Talang Mamak yang rela menempuh jarak dan akses yang tak memadai itu hanya untuk mendapatkan ilmu.

Semangat tak pantang menyerah dengan kondisi dan situasi yang dialami anak-anak suku Talang Mamak inilah yang membuat ghirah atau semangat itu menulari Sagiman dan rekan-rekan lainnya yang mengajar di sekolah marginal untuk terus gigih dan konsisten memberikan layanan pendidikan yang baik dan terbaik, sebatas kemampuan mereka.

"Kehadiran kami sangat dinanti oleh anak-anak suku Talang Mamak itu. Bagi saya, mereka bagai anak-anak "Laskar Pelangi" dari Talang Mamak. Mereka punya potensi besar, juga punya harapan dan mimpi, sama seperti anak kota lainnya seusia mereka." Ada sinar optimis keluar dari mata Sagiman, saat menceritakan anak didiknya dari suku pedalaman itu.

Sosok guru Sagiman yang membangun harapan dan mimpi anak-anak Suku Talang Mamak yang mengajarkan pendidikan pada mereka, saat masih mengajar di SDN 028 Talang Sei Limau. (istimewa)

Tiba di sekolah, Sagiman disapa dan disambut sejumlah murid yang menghampirinya. Ada yang mengenakan seragam sekolah, banyak juga yang mengenakan baju bebas. Tak ada satu pun yang memakai sepatu bermerk, beberapa ada yang memakai sendal bahkan tak beralas kaki. Sagiman menghampiri mereka dan menyalaminya satu-persatu. Riang tawa khas dunia anak-anak menembus langit Inhu di pagi akhir September itu, bersama kilat kebanggaan yang terpancar dari mata Sagiman melihat semangat anak-anak didiknya dari suku pedalaman itu.

Sejak berdiri di tahun 2004, Sagiman sudah mengabdi di sekolah marginal yang berada di tengah hutan itu. Sekolah yang dulu saat berdiri masih beratap rumbia dan beralas tanah itu, masih belum tersentuh listrik apalagi internet. Sekolah yang jauh dari pemukiman penduduk, berada di tengah hutan, dikepung hutan-hutan adat milik Suku Talang Mamak. Karena itu, nyaris 100 persen siswa di sekolah tersebut adalah anak-anak pedalaman Suku Talang Mamak.

Dilansir dari Wikipedia, suku Talang Mamak merupakan sekumpulan masyarakat yang terasing dan hidup masih secara tradisional di hiliran Sungai Indragiri, Provinsi Riau, Indonesia. Kelompok masyarakat ini tergolong Proto Melayu (Melayu Tua) yang merupakan suku asli Indragiri Hulu yang tinggal di pedalaman kabupaten tersebut. Sampai saat ini, Suku Talang Mamak masih hidup dengan tradisi leluhurnya.

"Waktu awal sekolah marginal berdiri tahun 2004-2005, kondisinya masih memprihatinkan sekali. Lantai sekolah masih tanah, atap rumbia dan dinding dari bambu. Anak-anak Talang Mamak yang mau bersekolah pun tak ada yang memakai seragam, bahkan sepatu pun tak ada," kenang Sagiman menceritakan kisah sedihnya di awal-awal pendirian sekolah marginal bagi anak-anak suku Talang Mamak itu pada penulis, akhir September lalu.

Pada awalnya, dia bersama sembilan rekan-rekan guru lainnya ditugaskan Dinas Pendidikan Provinsi untuk memberantas anak buta atau mengajarkan Calistung di pinggiran atau di pedalaman pelosok desa termasuk Desa Talang Sungai Limau. Murid-muridnya bukan hanya anak-anak tapi orang dewasa bahkan orang tua mereka juga yang merupakan asli orang-orang suku Talang Mamak.

"Mungkin mereka penasaran dengan Calistung, sekolah atau pendidikan itu," terang Sagiman pada Halloriau.com, dalam suatu kesempatan.

Masyarakat pedalaman Suku Talang Mamak saat itu masih memiliki penolakan yang kuat untuk bidang pendidikan. Mereka khawatir pendidikan justru akan melunturkan nilai-nilai adat istiadat yang selama ini dipegang teguh oleh mereka. Karena mereka beranggapan bahwa anak-anaknya akan terpengaruh budaya luar setelah mengenal pendidikan.

"Ada adagium yang mereka pegang teguh, yakni Lebih baik Mati Anak daripada Mati Adat! Itu artinya, kalaulah mati anak bisa dilihat kuburannya tetapi kalau mati adat kemana hendak kita cari. Itu prinsip masyarakat Talang Mamak," tegas Sagiman.

Anak-anak Suku Talang Mamak harus menempuh perjaan 5-8 kilo hanya untuk mendapatkan pendidikan di SDN 028 Talang Sei Limau. (Istimewa).

Dari situ bisa dilihat betapa suku Talang Mamak begitu khawatir pendidikan akan mengubah perilaku anak-anak mereka ke depannya. Kekhawatiran yang begitu dalam, seolah-olah pendidikan menjadi momok yang menakutkan bagi suku asli Riau itu. Di samping itu, garis kemiskinan yang hampir mendera semua masyarakat suku Talang Mamak membuat mereka lebih rela menyerahkan anaknya membantu orangtuanya di ladang ketimbang sekolah.

"Itu memang masuk akal, karena hampir semua suku Talang Mamak pekerjaannya sebagai peladang atau penderes karet. Faktanya, karena dengan bekerja mereka akan langsung mendapatkan hasil sementara pendidikan adalah investasi jangka panjang yang baru akan dituai hasilnya nanti," tegas suara Sagiman, saat berkata seperti itu.

Karena itulah, bersama tutor lainnya Sagiman gigih melakukan pendekatan dari hati ke hati pada anak-anak suku Talang Mamak, berikut orang tuanya. Diperlukan proses yang lama bagi Sagiman dan tutor-tutor lainnya memberikan pengertian dan menjelaskan, betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

"Setidaknya mereka bisa dasar kemampuan literasi saja yakni membaca, menulis dan berhitung, itu sudah bagus. Kalau mereka sudah bisa Calistung, mereka akan penasaran dan berkeinginan untuk sekolah," ujarnya.

Strategi seperti itu yang diterapkan Sagiman beserta rekan-rekannya sesama pengajar, karena menurutnya karakteristik masyarakat Talang Mamak jelas berbeda dengan masyarakat di perkotaan, yang sudah menyadari pentingnya pendidikan. Sementara masyarakat pedalaman suku Talang Mamak mungkin baru berjumpa dengan pendidikan itu di awal-awal tahun 2000-an.

"Ketimpangan lainnya adalah masyarakat suku Talang Mamak hidup dengan kondisi miskin, jadi bagaimana mereka memikirkan sekolah jika kehidupan keseharian mereka saja sudah susah. Makanya, banyak masyarakat suku Talang Mamak yang rela menyerahkan anaknya untuk ikut dengan mereka di ladang tenimbang sekolah," ujarnya.  

Bahkan jika tahun ajaran baru, Sagiman dan rekan-rekannya harus menjemput bola alias door to door ke warga Talang Mamak. Mengambil hati dan memberikan pengertian bagi warga Talang Mamak dan anak-anaknya untuk bersekolah, dengan mengatakan jika bersekolah itu banyak kawan-kawannya, dan alasan-alasan positif lainnya.

"Kami harus door to door ke rumah masyarakat Talang Mamak, meminta agar anak-anak mereka dapat ikut bersekolah di sekolah marginal. Kami jelaskan dan berikan pengertian pada warga suku Talang Mamak akan pentingnya sekolah yang kelak justru akan mampu menjaga adat istiadat mereka," ujarnya.

Kondisi medan jalan seperti inilah yang harus ditempuh Sagiman dari rumahnya sejauh 25 kilo untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak suku Talang Mamak. (Istimewa)

Perjalanan belum usai, perjuangan masih panjang menyadarkan pentingnya arti pendidikan bagi anak-anak suku Talang Mamak. Namun kegigihan Sagiman mengangkat derajat anak-anak suku Talang Mamak tak pernah lelah meski kondisi dan situasi tak memadai.

Tak pernah ada kata putus asa keluar dari mulutnya demi pengabdian pada pendidikan anak-anak suku Talang Mamak. Meski sarana dan prasarana di sekolah marginal tersebut memprihatinkan, meski akses jalan yang sulit harus ditempuh, meski gambaran kenyamanan menjadi seorang guru takkan dia dapatkan di sekolah marginal itu, namun beban moril dan tanggung jawab profesi guru dalam membangun dan memberikan mimpi bagi anak-anak "Laskar Pelangi" suku Talang Mamak, tak terhenti meski dihadapi berbagai kendala.

"Sekolah marginal ini sekolah spesial, karena itu kami harus memperlakukannya secara spesial pula," Sagiman tertawa kecil, hingga barisan giginya terlihat.

Laki-laki yang sudah mengajar di sekolah marginal selama enam (6) tahun ini yakin dan optimis, meski dengan kondisi yang serba memprihatinkan namun sekolah marginal ini pasti akan berkembang dengan mimpi dan harapannya sendiri, meski harus memakan proses waktu yang lama dan pelan.

Mimpi dan Harapan Itu Datang

Kelelahan yang menggayut Sagiman dan rekan-rekan lainnya perlahan sirna, saat sekolah marginal yang berubah menjadi SDN 028 Talang Sungai Limau dan bagian dari sekolah jauh SDN 019 Sungai Limau, didefinitifkan menjadi sekolah mandiri. Masih terekam jelas dalam benak Sagiman saat salah seorang Perwira Pertamina EP Field Lirik akan membantu sepenuhnya SDN 028 jika sekolah tersebut mandiri.

"Saat itulah saya merasakan puncak prestasi menjadi seorang pendidik setelah sekian lama mengabdi di sekolah marginal yang berubah menjadi SDN 028 Talang Limau dan menjadi kelas jauh SDN 019. Bayangan sekolah mandiri SDN 028 Talang Limau, tergambar jelas dibenak saya perkembangannya ke depan," Sagiman mengenang. Matanya menerawang entah kemana.  

Sagiman mengakui, berdirinya SD N 028 Talang Sungai Limau itu tak lepas dari bantuan program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina EP Asset 1 Lirik Field. Masih teringat dalam benak Sagiman saat berhubungan dengan pihak Pertamina awal meminta bantuan dalam bentuk CSR untuk pengembangan SDN 028 itu.

Katanya, pihak Pertamina akan membantu sepenuhnya jika SDN 028 sudah mandiri dan tidak berinduk lagi di SDN 019.

"Dan janji itu ditepati, saat SDN 028 defenitif mandiri, Pertamina membantu sepenuhnya SDN 028," Sagiman menyebut sejumlah nama Perwira Pertamina EP Field Lirik yang berjasa di awal berdirinya SDN 028 Talang Limau.

Kelas inspirasi masih digulirkan PEP Field Lirik lewat program Pengembangan Masyarakat pilar pendidikan bagi anak-anak suku Talang Mamak di SDN 028. (Istimewa)

Meski sampai di titik itu, perjuangan Sagiman dan rekan-rekan tak otomatis berhenti sampai di situ. Kegigihan Sagiman menyadarkan pentingnya pendidikan bagi anak-anak Suku Talang Mamak terus berlanjut. Sistim jemput bola masih terus dilakukan, door to door pada masyarakat suku Talang Mamak agar anaknya mau bersekolah masih terus dijalankan dan kegigihan Sagiman serta rekan-rekan guru yang lain, tak surut.

"Pendekatan dari hati ke hati terus kami lakukan pada masyarakat suku Talang Mamak hampir saban hari," ujarnya.

Ada peristiwa konyol dialami Sagiman, saat dirinya masih guru di SDN 028, dan  mencoba untuk tidak menjemput bola ke warga pedalaman suku Talang Mamak ketika tahun ajaran baru. Apa terjadi? Ternyata cuma dua orang anak-anak suku Talang Mamak saja yang daftarkan diri jadi siswa. Pengalaman berharga diambil pelajaran oleh Sagiman sehingga tiap ada kesempatan dia bersama rekan-rekan guru lainnya makin intens menyambangi warga suku Talang Mamak.

Kiat lain Sagiman menarik anak-anak Suku Talang Mamak bersekolah adalah dengan  mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yakni seni tari Rentak Bulian yang dikembangkan dari kebudayaan asli masyarakat setempat Suku Talang Mamak.

Dengan adanya kegiatan ini, dia ingin menunjukkan pada masyarakat suku Talang Mamak bahwa sekolah takkan mencabut akar budaya suku pedalaman itu malah justru mempertahankan adat istiadat Talang Mamak yang sudah ada.

"Alhamdulillah, pelan namun pasti warga suku Talang Mamak mau membawa anaknya untuk bersekolah," senyum Sagiman mengembang. "Namun jangan bayangkan jumlah anak murid kami sama seperti sekolah-sekolah besar yang ada," sambungnya.

Tak dipungkiri Sagiman, perjuangan dan kegigihannya dalam memperkenalkan dunia pendidikan bagi anak-anak suku Talang Mamak tak lepas karena adanya support sepenuhnya dari Pertamina EP Field Lirik yang terus membantu, baik itu sarana dan prasarana maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan kata lain, PEP Lirik Field ambil bagian secara nyata bukan hanya sekedar lips service saja dalam mendorong terwujudnya akses pendidikan yang layak bagi anak-anak Suku Talang Mamak sejak tahun 2016.

"Mulai dari perbaikan infrastruktur hingga perbaikan kualitas tenaga pengajar dilakukan PEP Lirik Field secara bertahap," katanya.

Kata Sagiman, ada prasarana jalan menuju SDN 028 yang dibantu Pertamina sejauh 5 kilo. Akses jalan tersebut meski saat penghujan masih tetap parah namun sedikit banyak masyarakat terbantu terutama anak-anak sekolah suku Talang Mamak.

"Musim hujan memang masih parah jalannya, tapi Pertamina mau peduli dan memperbaiki jalan itu," ujar laki-laki yang kini jadi pengajar di SDN 009 Sungai Parit, Kabupaten Inhu, Provinsi Riau.

Saat awal program CSR PEP Lirik yakni sekitar tahun 2016, Pertamina membantu merehab ruang renovasi guru dan pembangunan ruang pustaka. Bangunan yang direnovasi itu semula hanya setengah bangunan yang terbuat dari papan, adanya program CSR Pertamina membuat bangunan setengah jadi itu direhab jadi permanen.

"Kepedulian Pertamina pada dunia pendidikan anak-anak suku Talang Mamak sangat besar dan nyata bantuannya. Di tahun 2019, karena belum ada bangunan musholla di SDN 028 PEP Lirik Field memberikan bantuan berupa bangunan Musholla dan di tahun itu juga Pertamina Lirik memberikan bantuan solar cell untuk memenuhi kebutuhan listrik di sekolah," terang Sagiman.

Bahkan tak hanya SDN 028 Talang Sei Limau saja sebagai institusi pendidikan yang mendapatkan sebuncah harapan dan sejumput impian bagi anak-anak suku Talang Mamak yang bersekolah di sana, Sagiman sendiri yang notabene pengajar dan perintis awal yang memberikan pendidikan bagi anak-anak yang terbelakang dalam segi ilmu itu mendapat ganjaran anugerah Local Hero kategori Cerdas tahun 2020 yang digelar PT Pertamina (Persero) dalam rangkaian acara Pertamina Voluntary Day.

"Anugerah Local Hero dari PT. Pertamina Persero itu tak pernah terpikirkan oleh saya, kalau ada surprise seperti itu dari Pertamina, bahkan saya tak tahu soal adanya pemberian reward berupa local hero-local hero itu," Sagiman tertawa kecil.

Namun ia tak memungkiri perasaan syukurnya atas penghargaan Local Hero yang disematkan padanya di tahun 2020 lalu, apalagi saat meraih penghargaan itu Sagiman harus bersaing dengan 20 orang penggiat pendidikan yang juga mitra binaan Pertamina di seluruh di Indonesia.

"Penghargaan itu memang tak saya sangka kali," katanya tanpa bermaksud menyombongkan diri. "Keinginan saya dulu mengajar anak-anak suku Talang Mamak di sekolah marginal itu sederhana, hanya ingin mereka juga mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak-anak kota lainnya. Pendidikan bukan monopoli anak-anak kota saja tapi juga milik anak-anak pedalaman yang jauh dari hiruk pikuk kota, mereka berhak mendapatkan hal yang sama. Anak-anak suku Talang Mamak juga sama seperti anak-anak kota lainnya yang berpendidikan maju, mereka punya harapan dan mimpi yang sama. Saya yakin itu," sambungnya sedikit berfilosofis.

Kepala Sekolah SDN 028 Talang Sei Limau, Asril, S.Pd, mengakui bahwa sampai saat ini Pertamina EP Lirik memiliki peran yang besar dalam mendukung dan memajukan SDN 028 yang mayoritas murid-muridnya anak-anak suku Talang Mamak.

Sedikit demi sedikit peran Pertamina EP Field Lirik yang konsisten membantu pengembangan pendidikan di SDN 028, membuat stake holder lainnya juga ikut membantu.

"Di bidang lingkungan misalnya, di tahun 2016 SDN 028 melakukan studi banding ke salah satu sekolah SD di Pekanbaru untuk melihat implementasi kegiatan berbasis lingkungan yang bisa diterapkan di sekolah ini," kata Asril seraya menyebutkan bahwa kegiatan tersebut dalam upaya langkah besar SDN 028 memulai untuk sekolah Adiwiyata.

Dia menyebutkan upaya memulai sekolah adiwiyata untuk SDN 028 Talang Sei Limau ini merupakan inisiasi dari PEP Field Lirik dengan pihak sekolah. Artinya, secara luas di sini Pertamina EP Field Lirik memang dari awal tak setengah hati mendukung pendidikan anak-anak suku Talang Mamak yang mayoritas sekolah di SDN 028.

Meski saat ini jumlah siswanya berkisar kurang dari lima puluh (50), namun untuk peningkatan anak-anak Suku Talang Mamak tiap tahunnya bertambah. Dirinya berharap penambahan anak-anak suku Talang Mamak untuk mau mendapatkan pendidikan yang layak dan mau bersekolah terus meningkat tiap tahunnya.

"Kalau ajaran baru yang terakhir, masih stabil," ujar Asril yang memulai menjadi Kepala Sekolah SDN 028 Talang Sei Limau di tahun 2023.  

Kepala Desa Talang Sei Limau, Gerno, dikonfirmasi soal peran PEP Field Lirik dalam mendukung pendidikan di SDN 028, tak memungkiri hal itu. Menurutnya, perhatian PEP Field Lirik dalam mendukung pendidikan SDN 028 yang mayoritasnya anak-anak suku Talang Mamak, konsisten sejak awal.

"Banyak bantuan yang sudah diberikan Pertamina, baik sarana maupun prasarana juga tenaga pengajar yang berkualitas sehingga perlahan sekolah tersebut tak terlalu jauh berbeda dengan sekolah lainnya," katanya.

Dirinya sendiri selaku Kades Talang Sei Limau turut membantu sesuai kapasitasnya sebagai orang nomor satu di desa tersebut, yakni menghimbau dan mengajak warga suku Talang Mamak untuk bersekolah. Bahkan dia berharap anak-anak Suku Talang Mamak yang sudah lulus SDN 028 bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, meski masih terkendala akses tempuh yang jauh.

"Selaku Kepala Desa, saya senang Pertamina EP Field Lirik sudah peduli, memperhatikan dan mendukung pengembangan pendidikan di SDN 28 berupa sarana dan prasarana," tandasnya.

Disinggung soal bentuk dukungan Pemdes sendiri agar anak-anak suku Talang Mamak mau bersekolah, pihak desa juga memberikan bantuan dari anggaran desa untuk seragam, sepatu dan buku-buku.

"Meski belum seberapa, insha Allah ada tiap tahunnya," katanya.

Field Manager PEP Lirik, Luqman Arif mengatakan, bahwa dukungan yang diberikan PEP Lirik Field adalah untuk selalu menyalakan energi Anak Suku Talang Mamak dalam pendidikan. Anak-anak suku Talang Mamak harus belajar dan mereka memiliki potensi yang besar untuk meraih harapan dan mimpi-mimpi mereka, jangan sampai terputus karena keterbatasan.

"Pertamina peduli terhadap pendidikan dan tidak ingin membiarkan Anak Suku Talang Mamak tertinggal," jelas Luqman yang menyebutkan hal tersebut selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Anak-anak Talang Mamak asyik membaca di perpustakaan yang dibangun oleh PEP Field Lirik.

Menurutnya, dengan bergerak bersama pemerintah dan masyarakat adat setempat, PEP Lirik Field mendorong terwujudnya kemerdekaan akses belajar bagi anak-anak Suku Talang Mamak, yang juga mendukung tercapainya dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs yakni tujuan pendidikan berkualitas, air bersih dan sanitasi layak, energi bersih dan terjangkau, berkurangnya kesenjangan serta kemitraan untuk mencapai tujuan.

Terpisah, Comrel & CID Officer Pertamina Hulu Rokan Zona 1, Renita Yulia Kuswindriati, menambahkan bahwa program Pertamina EP Lirik di SDN 028 Talang Sungai Limau yang dimulai tahun 2016, saat ini sudah selesai.

"Namun, kami masih terus berkontribusi lewat beberapa kegiatan, misalnya kelas inspirasi tahun 2023 lalu," kata Renita yang akrab dipanggil Ninit ini.

Dia mengatakan bahwa Program Pengembangan Masyarakat (PPM) pilar pendidikan masih digulirkan Pertamina EP Lirik di wilayah operasi Pertamina EP Lirik lewat kegiatan kelas inspirasi.

"Di kelas inspirasi itu kami memberikan gambaran kepada para siswa  mengenai industri hulu migas dan profesi-profesi apa saja yang ada di dalamnya. Dengan adanya kelas inspirasi ini, diharapkan mereka jadi termotivasi ke depannya menjadi anak bangsa yang meneruskan pengelolaan industri hulu migas di daerahnya sendiri," tandasnya.

Ada banyak cara dan jalan suatu perusahaan dalam mengungkapkan rasa cinta pada bangsa dan negara ini. Selain taat membayar pajak, kewajiban perusahaan dalam menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) pada masyarakat tempatan, adalah salah satu pengungkapan dari rasa cinta itu sendiri.  

Inilah yang dilakukan Pertamina EF Field Lirik sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero) sekaligus Kontraktor Kontrak Kerja Sama di bawah pengawasan SKK Migas, pada anak-anak masyarakat suku Talang Mamak lewat sentuhan pendidikan.

Cahaya pendidikan yang diberikan perusahaan pada anak-anak suku pedalaman asli Riau lewat selaksa senyum kegigihan Sagiman yang mengajarkan pengetahuan pada mereka, sedikit banyak mampu membawa perubahan yang berarti bagi mereka.

Andaikata perusahaan adalah manusia maka perusahaan terdiri dari dua unsur utama yakni tubuh dan jiwa, begitu pula PEP Field Lirik. Bagi perusahaan yang tergabung dalam SKK Migas ini, tubuh perusahaan adalah bisnis yang dijalankan sementara jiwanya adalah kegiatan tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) pada masyarakat tempatan.

Dan kini, simpati dari investasi CSR yang dilakukan Pertamina EF Field Lirik sejak awal turut membangun SDN 028 Talang Sei Limau, akan dituai hasilnya beberapa tahun ke depan. Kelak, dari merekalah akan lahir generasi terbilang dari sukunya yang mampu menjaga adat istiadat, berkat selaksa senyum Sagiman yang tak henti membangun harapan dan mimpi anak-anak "Laskar Pelangi" suku Talang Mamak. Semoga***

   


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Jajaran direksi BRK Syariah dan Kejari Kuansing.(foto: sri/halloriau.com)BRK Syariah-Kejari Kuansing MoU Sinergi Pendampingan Hukum
Titik panas di Sumatera.(ilustrasi/int)126 Hotspot Menyala di Sumatera Pagi ini, Riau Hanya Tersisa 4 Titik Panas
Rapat Koordinasi Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Bengkalis, membahas berbagai capaian pembangunan, pada Rabu (30/10) di Aula Inspektorat Kabupaten Bengkalis.Rakor Forkopimda Bengkalis, Pj Gubernur Riau Puji Capaian Pembangunan
ilustrasi All New Honda Scoopy.Undangan Terbaru Disebar AHM, Peluncuran All New Honda Scoopy Tinggal Menghitung Hari?
Kapolresta Pekanbaru Kombes Jeki Rahmat Mustika.4 Kabupaten Debat Pilkada di Pekanbaru, Polisi Siapkan Pengamanan Khusus
  Terdakwa Marisa Putri minta maaf pada suami korban saat sidang lanjutan di PN Pekanbaru.(foto: tribunpekanbaru.com)Sidang Lanjutan Kecelakaan Maut di Pekanbaru: Marisa Putri Sujud Minta Maaf ke Suami Korban
Cuaca ekstrem di Riau.(ilustrasi/int)Cuaca Riau Hari ini: Waspada Hujan dan Angin Kencang di Sejumlah Wilayah
MotoGP Malaysia 2024.Ini Jadwal lengkap MotoGP Malaysia 2024
ilustrasi.537 Perusahaan Sawit Nihil HGU, BPKP Hitung Potensi Denda
Lomba foto Astra dan anugerah pewarta Astra 2024.Lomba Foto Astra dan Anugerah Pewarta Astra 2024 Kembali Digelar
Komentar Anda :

 
 
 
Potret Lensa
Nomor Urut Pilgubri: Wahid-SF 1, Nasir-Wardan 2, Syamsuar-Mawardi 3
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved