www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
Surat Suara Pemilu Tiba di Gudang KPU Pekanbaru, Pengamanan Diperketat
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Dihempas Badai Covid-19, Dibangkitkan Para Perwira Pertamina Field Lirik
Rabu, 23 Oktober 2024 - 11:55:45 WIB

Oleh: Andy Indrayanto

Ramin Sunarto (58) terpekur dalam diam. Matanya masih menatap sepuluh (10) reaktor cacing yang tertanam di halaman belakang rumahnya. Hembusan napas kekesalan keluar dari mulutnya, entah ditujukan pada siapa. Dia masih pandangi reaktor cacing dengan tinggi 1,5 meter yang terbuat dari bambu itu.

Dia kini memperhatikan Adi (40), salah satu anggotanya di Kelompok Tani Berkat Usaha (KTBU), yang tengah mengais-ngais tanah hitam berisi cacing dalam reaktor yang terbuat dari bambu. Ratusan cacing saling berkelindan satu sama lain, menyusuri jari jemarinya yang masih mengaduk kompos dari kotoran ternak yang mengisi reaktor cacing.

Reaktor cacing hasil karya Puji Heru Sulistiyono dari Yogyakarta yang dimiliki Ramin dengan KTBU-nya itu siap dipanen, dan akan dijual di pengepul cacing di Pekanbaru. Ini panen kedua yang dihasilkan kelompoknya, pasca pelatihan dan pengembangbiakan cacing untuk kompos yang diberikan penemu reaktor cacing dari Jawa Tengah itu.

"Saat itu cacing sudah kami panen, hasilnya 20-25 kg dan siap dikirim ke pengepul di Pekanbaru, tapi tiba-tiba saja pengepul itu tak terima cacing lagi karena Covid-19," kenang Ramin mengungkapkan rasa kecewanya saat itu, pada penulis, yang menyambangi kediamannya di Dusun Ampel Gading, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau, akhir September lalu.

Peristiwa mengecewakan yang terjadi enam tahun lalu itu masih terekam dalam benak Ramin. Padahal dia dan anggotanya yang tergabung dalam Kelompok Tani Berkat Usaha (KTBU) sudah membayangkan lembaran kertas merah yang akan diterima dia dan kelompoknya dari hasil usaha beternak cacing ini.

"Jadi panen kedua itu gagal total penjualannya gara-gara Covid-19," lagi-lagi Ramin mengulas kembali kenangan di tahun 2019 yang menghempaskannya ke sudut-sudut keputusasaan.

Tahun itu, badai covid-19 memang meluluhlantakkan semua sektor usaha tak terkecuali usaha ternak cacing untuk kompos yang baru dirintis Ramin bersama KTBU-nya. Saat panen pertama beternak cacing dengan tehnik vertikultur itu, hasilnya tak mereka jual tapi untuk percontohan. Baru panen kedua inilah Ramin dan KTBU-nya berencana menjual sekaligus merasakan hasil jerih payah mereka setelah bekerja sekian lama.

"Itu terjadi di bulan Mei 2019, awal-awal dunia diluluhlantakkan Covid termasuk usaha yang kami rintis," kata Ramin yang masih ingat babak-babak kekecewaan dalam hidupnya.

Ramin dan kelompoknya tak merasakan hasil jerih payah mereka kala itu. Namun syukurnya Ramin memiliki anggota yang tangguh, yang tak ikut-ikutan kecewa terlalu dalam akibat panen yang tak jadi dijual itu.

"Ya wis, Ketua, syukuri bae (Ya sudah, Ketua, syukuri saja,-red)," kata salah satu anggotanya dengan logat Jawa-nya yang kental.

Ramin terhenyak. Cetukan anggotanya kala itu bagai menyadarkannya tujuan awal mengikuti pelatihan dan pengembangan beternak cacing yang merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina EP Field Lirik itu.

Diakui Ramin, bahwa awal ketertarikannya mengikuti pelatihan beternak cacing yang merupakan implementasi dari program CSR PEP Field Lirik ini karena kompos yang dihasilkan dari beternak cacing itu. Artinya, bukan beternak cacing itu yang menjadi tujuan utama namun hasil beternak cacing berupa kompos organik itu yang menjadi dasar ketertarikannya menerima tawaran dari Pertamina.

"Jadi kalau cacing laku ya alhamdulillah, kalau gak ya komposnya bisa dipergunakan untuk perkebunan," katanya.

KTBU dimana Ramin didaulat jadi Ketua-nya kembali semangat. Rasa putus asa lenyap dalam diri Ramin dan KTBU-nya. Mereka sepakat putuskan untuk melanjutkan usaha ini apalagi dalam kondisi galau seperti itu, para perwira Pertamina EP Field Lirik bagian CSR terus memberikan motivasi dan semangat pada mereka untuk terus jalankan usaha ini dengan support sepenuhnya dari Pertamina EP Field Lirik.

"Ditambah lagi orang Pertamina Field Lirik terus memompa semangat kami, sehingga kami bangkit lagi tambah kenceng," Ramin tertawa lepas.

Para perwira PEP Field Lirik dari tim CSR terus memberikan semangat dan motivasi pada Ramin dan kelompoknya. Mereka tak ingin Ramin larut dalam kekecewaan yang dalam hingga tak ingin melanjutkan usahanya lagi.

Pasalnya, menurut mereka, Ramin dan KTBU-nya justru memiliki inovasi yang baru yakni mengumpankan cacing-cacing yang tak laku dijual itu pada ternak ayam, bebek dan lele yang dimiliki KTBU. Ini yang membuat Pertamina makin respon karena meski cacingnya tak laku dijual tapi Ramin dan KTBU-nya masih bisa inovasi ke tempat yang lain.

"Kami saat itu dapat reward dari Pertamina berupa modal 10 juta yang dibelikan ayam untuk diternakkan," kata laki-laki kelahiran tahun 1966 awal Januari ini.

Ramin bercerita pada penulis, sebelum menyentuh usaha ternak cacing, dia hanyalah seorang petani biasa yang fokus di bidang perkebunan dan kelapa sawit. Di lahan seluas 2 hektar, Ramin sudah menanam pohon kelapa, sawit, buah naga, jeruk dan beberapa pepohonan lainnya. Nama kelompok tani Ramin saat itu, Kelompok Tani Perkebunan Swadaya.

Di awal tahun 2019, sebelum Covid-19 melimbungkan dunia, datang tawaran CSR dari Pertamina EP Field Lirik. Kegiatan CSR itu diberikan setelah Tim CSR Pertamina melakukan pemetaan potensi dan masalah sosial masyarakat di sekitar wilayah produksi, termasuk masyarakat di Distrik II perusahaan yakni Kecamatan Ukui.

Diakui Ramin saat pertama mendapat tawaran itu, dirinya hanya tertarik dengan kompos yang dihasilkan dari budidaya cacing itu. Pasalnya, latar belakang dirinya sebagai petani membuat dia tahu persis betapa pentingnya kompos organik untuk kesuburan tanaman di ladang miliknya.

Tak lama, Ramin dan KTBU-nya mendapatkan pembinaan dari narasumber yang didatangkan Pertamina untuk budidaya cacing dengan kotoran sapi dicampur limbah sawit. Narasumber bernama Puji Heru Sulistiyono yang didatangkan dari Yogyakarta oleh Pertamina EP Field Lirik itu memberikan pelatihan dan pembinaan terkait pengolahan sampah dengan metode Reaktor Cacing.

"Ada kurang lebih 19 hari Pak Puji mengajari kami cara membuat reaktor dengan bambu kemudian cara mengisi cacing, sampai proses menjadi kompos," ujarnya.

Cara Kerja Reaktor Cacing

Berbagai inovasi dan inovatif untuk kesuburan tanah dari reactor cacing mulai tergambar dalam benak Ramin. Penjelasan dan pemaparan dari mentor Puji Heru Sulistiyono, pencipta sekaligus pemilik hak paten reactor cacing yang sengaja didatangkan tim CSR Pertamina EP Field Lirik dari Yogyakarta, makin melecut semangat Ramin mempraktekkan ilmu yang didapatnya itu.

"Jadi kata Pak Heru, semua sampah bisa dimasukkan dalam reaktor tanpa harus dicacah atau dibelah bahkan jika ada kandungan plastik pun tidak masalah, soalnya kandungan kimia dan berbagai kotoran bisa terurai oleh cacing dan mikroorganisme lain," Ramin mengutip kembali ucapan sang mentor Puji.

Dalam pelatihan selama dua minggu lebih itu, Ramin dan kelompoknya diajarkan semuanya oleh pencipta reaktor cacing itu. Reaktor cacing yang diajarkan oleh Puji hakekatnya berfungsi sebagai sarana mengolah sampah, baik organik dan anorganik. Meski terbilang sederhana namun inovasi yang dibuat oleh Puji sangat diperlukan oleh Ramin.

"Selain bisa menyelesaikan masalah sampah, juga pupuk alam yang dihasilkan dari reactor cacing mampu menambah kesuburan tanah," kata laki-laki yang memiliki empat anak dan empat cucu ini.

Kata Ramin, mereka dilatih detil cara membuat reaktor cacing dari bilah bambu. Dimana bilah bambu yang berisi tanah tempat cacing-cacing itu berdiam, tingginya 90 cm atau 1 meter. Kemudian bilah bambu yang dibentuk melingkar atau tabung itu diikat erat dengan tali, dan ditopang oleh empat bambu yang tingginya 2 meter.

"Bahan makanan cacing lalu kita masukkan dari atas. Sedangkan ruang kosong di bawah tabung bambu setinggi 50 cm adalah untuk memanen cacing dan tanah kascing atau kompos yang berasal dari kotoran cacing," kata laki-laki yang menikah di tahun 1989 ini.

Lalu Ramin atau anggota kelompoknya secara bergantian akan melakukan penyiraman ke dalam reaktor itu tiap 2 hari sekali. Penyiraman ini dilakukan untuk menjaga kelembaban di dalam reaktor cacing. Dalam 45 hari, Ramin baru memanen cacing yang dibudidayakan itu.

Sebagian cacing, dia gunakan untuk pakan ternak ayam yang dipelihara sementara kotorannya dipakai sebagai pupuk alam. Berbagai tanaman yang tumbuh subur di lahan seluas 2 hektar miliknya menjadi saksi bukti keberhasilan pupuk alam dari budidaya cacing yang dikelola dia dan kelompoknya.

"Alhamdulillah, tanaman buah Naga dan tanaman lainnya, kita gunakan pupuk alam dari kotoran cacing ini, dan semua tanaman tumbuh subur," raut muka Ramin begitu riang, senyumnya sumringah saat menunjukkan hasil berupa berbagai tanaman yang ditanam dia dan kelompoknya di lahan seluas 2 hektar.

Kisah Ramin beserta kelompoknya terus bergulir. Keberhasilan mereka dalam mengembangkan budidaya cacing dengan tehnik vertikultur itu, kembali menarik perhatian Pertamina EP Field Lirik sebagai mitra bina mereka. Kelompok Ramin kembali ditawari usaha untuk mengembangkan inovasi dari produk reaktor cacing yang menghasilkan pupuk alam.

Bahkan karena keberhasilannya, Ramin didaulat memberikan ilmu budidaya cacing dengan tehnik vertikultur pada dua kelompok petani di dua desa di Indragiri Hulu yakni Desa Candirejo dan Rejosari.

Selama dua tahun dia membina kedua kelompok itu, meski kini hanya satu kelompok saja yang bertahan. Namun tak urung, terselip bangga dan haru di dada laki-laki berperawakan tegap ini karena dinilai berhasil oleh Pertamina EP Field Lirik dalam mengembangkan budidaya cacing dengan tehnik vertikultur, sehingga keberhasilannya ini diharapkan bisa menularkan pada dua kelompok petani di Inhu tersebut.

"Saya bersyukur jika dinilai berhasil, karena yang terpenting bagi saya adalah bisa bertanggungjawab atas apa yang diberikan oleh Pertamina EP Lirik," kata Ramin merendah, namun tak urung suaranya bergetar saat berbicara barusan.

Didukung Pertamina EP Field Lirik, Ramin Akan Wujudkan Agrowisata di Ukui

Siang tak terlalu menyengat di akhir September itu. Di sana-sini langit Kecamatan Ukui tersaput warna hitam. Meski udara tak begitu panas namun tetap saja peluh penulis berceceran saat Ramin mengajak ke lahan miliknya seluas 2 hektar yang masih berada di Dusun Ampel Gading, Kelurahan Ukui. Jaraknya kurang-lebih 1 kilo dari rumah Ramin, lokasinya di sebuah perbukitan yang cukup jauh dari rumah penduduk.

Di sanalah, di hamparan lahan 2 hektar, Ramin bersama KTBU-nya menerjemahkan kelanjutan harapan dan mimpi-mimpi mereka. Lahan bekas kebun karet miliknya itu disulap menjadi lahan berisi berbagai jenis tanaman dan pepohonan. Saat penulis pertama kali datang di lokasi itu tahun 2020, lahan itu hanya berisi tanaman buah naga, jeruk, kelapa sawit, kelapa muda serta dua pondok, tempat Ramin dan kelompoknya beristirahat.

Namun saat kunjungan kedua di akhir September lalu, berbagai jenis tanaman dan pepohonan sudah makin bertambah di lahan mimpi Ramin dan anggotanya itu. Sejumlah pohon diantaranya pohon durian dengan jenis musangking dan montong ada 11 batang, juga tanaman jeruk sebanyak 450 batang masih mendominasi di lahan itu, sementara buah naga tersisa buahnya yang masih belum siap dipetik.

"Buah naga baru beberapa hari lalu panen, jadi sudah hampir habis. Untuk pohon durian kita men-stek sendiri, alhamdulillah jadi," katanya seraya menyebut jika tanaman yang ada di lahannya ini semuanya menggunakan pupuk alam dari kotoran cacing.

Delapan buah pondok kini mengambil tempat di sudut-sudut lahan Ramin. Konsep agrowisata pertanian memang tengah dikembangkan Ramin saat ini di lahan seluas 2 hektar itu. Di depan pondok Ramin melepas lelah dari sengatan matahari dan hujan, ada plang tertulis nama kelompoknya dengan huruf kapital, persis di bawah logo Pertamina EP.

KELOMPOK BERKAT TANI USAHA

Menyediakan:

Reaktor Cacing

Cacing Merah (Pheretima)

Pupuk Kascing (Vermikompos)

"Saya banyak menghabiskan waktu di sini, dari mulai pagi sampai malam bahkan terkadang menginap di pondok. Kalau ada perlu saja, saya baru pulang. Memberi pupuk, memberi makan ayam dan memasukkannya ke kandang jika sore," kata Ramin.

Ada senyum kepuasan terpancar di wajahnya melihat pengembangan inovasi dari budidaya cacing dengan reactor cacing yang dikelolanya perlahan namun pasti sudah menunjukkan hasil yang nyata. Apalagi saat ini, mimpi barunya adalah membuat dan mengembangkan Agrowisata pertanian.

"Saat ini, mimpi saya adalah mengembangkan usaha Agrowisata di lahan ini. Saya ingin lahan ini jadi tempat wisata Agro yang berisi tanaman buah-buahan siap petik sehingga masyarakat bisa ikut merasakan hasil dari semua ini," mata Ramin menerawang menatap hamparan lahan yang akan jadi mimpinya.

Ada selarik doa melesat menuju langit, seiring tatapan Ramin yang memancar harapan pada hamparan lahan miliknya itu.

Lurah Ukui, Suwardi, diminta tanggapannya soal ini mengakui, bahwa dirinya tahu persis semangat dan keuletan Ramin beserta kelompoknya dalam menjalankan program CSR dari Pertamina EP Field Lirik. Menurutnya, konsistensi yang dilakukan Ramin sebagai Ketua KTBU sedikit banyak dapat membantu perekonomian para anggotanya.

"Dan saya lihat, sepertinya berhasil juga," katanya.

Suwardi menilai dengan adanya Ramin beserta KTBU-nya ini secara langsung atau tidak berdampak pada lingkungan sekitar. Seperti misalnya, lingkungan jadi adem dan yang terpenting bisa mencegah banjir dari pepohonan yang ditanami.

"Kami dari Kelurahan sangat mendukung apa yang dilakukan Pak Ramin beserta kelompoknya," ujarnya.

Field Manager Pertamina EP Lirik, Luqman Arif, mengatakan bahwa program budidaya cacing dengan teknik vertikultur (reactor cacing) yang berada di Dusun Ampel Gading, Kecamatan Ukui, Pelalawan ini merupakan yang pertama di Pulau Sumatera. Artinya, keberhasilan yang mulai ditapaki Ramin diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Dia menjelaskan, selaku ketua Kelompok Tani Berkat Usaha (KTBU), Ramin menjadi salah satu individu yang teridentifikasi memiliki potensi besar untuk dikembangkan berdasar kegiatan Social Mapping di tahun 2018.

Dari hasil pemetaan sosial tersebut disimpulkan bahwa Kelompok Tani Berkat Usaha yang diketuai Ramin merupakan salah satu aktor yang memiliki potensi besar untuk berkembang dan rendah kepentingan.

"Dalam prosesnya kemudian, kita merangkul mereka untuk bersama menyelesaikan masalah lingkungan yang terdapat di sekitarnya. Apalagi Kecamatan Ukui tempat bermukim Pak Ramin merupakan wilayah yang termasuk dalam Ring I perusahaan, tepatnya berada di sekitar distrik 2 Pertamina EP Asset 1 Lirik Field," katanya.

Tak hanya itu, kelompok Ramin juga dinilai merupakan kelompok tani yang masih aktif secara kelembagaan dan kegiatan produksi. Input kegiatan yang telah dilaksanakan oleh KTBU antara lain memenangkan lomba okulasi tanaman karet, juga beberapa kali mengikuti kegiatan studi banding ke kelompok tani di berbagai daerah lain, serta menjadi salah satu yang mendapat bantuan stimulan sarana produksi (saprotan) budidaya karet dari Dinas Perkebunan Kabupaten Pelalawan.

"Kita dari perusahaan kemudian bermitra dengan Lembaga Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (L4PLH) untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan. Dari serangkaian diskusi dan pemetaan ide bersama anggota KTBU, kemudian dipilih program pemberdayaan masyarakat melalui budidaya cacing dengan teknik vertikultur," ujarnya.

Program Pulsa Cacing sendiri merupakan salah satu program berkelanjutan yang dapat bermanfaat tidak hanya lingkungan, bahkan kepada masyarakat sekitar. Program budidaya dan pengembangan Pulsa Cacing ini merupakan bagian dari sustainable goals, diantaranya peningkatan kapasitas dan kapabilitas individu, produktivitas masyarakat meningkat, produk-produk siap jual dan bernilai ekonomis (Reaktor, Cacing, dan Vermikompos), inisiasi pertanian organik terintegrasi, berkurangnya emisi akibat tidak dilaksanakan pembakaran limbah sawit, pemanfaatan limbah ramah lingkungan, dan aktualisasi diri anggota kelompok di masyarakat.

"Ini artinya, program vermikultur atau proses pembiakan cacing tanah dan konsep Pulsa Cacing merupakan terobosan yang baik dan patut dicontoh sebagai salah satu solusi untuk mengurangi emisi dan berpeluang menjadi Agrowisata. Ia juga memiliki dampak manfaat langsung bagi keberlanjutan lingkungan, peningkatan ekonomi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar," ujarnya.

Dalam skala kecil, program CSR yang dilakukan suatu perusahaan pada masyarakat tempatan yang berada di ring satu perusahaan adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka pada masyarakat dan lingkungan sekitar. Namun dalam tataran yang lebih tinggi lagi, apa yang dilakukan Pertamina EP Field Lirik ini adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban pada bangsa dan negara.

Keberhasilan program budidaya cacing dengan tehnik vertikultur yang diberikan Pertamina EP Field Lirik pada Ramin dan KTBU-nya, menunjukkan pemberdayaan masyarakat yang merupakan sebuah investasi bagi Pertamina EP Field Lirik yang memang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di tahun 2015 lalu. Semoga!***

   


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Surat suara Pilkada telah tiba di gudang KPU Pekanbaru yang berlokasi di Jalan Kaharuddin Nasution (foto/dini)Surat Suara Pemilu Tiba di Gudang KPU Pekanbaru, Pengamanan Diperketat
Peserta Festival Vokasi Satu Hati 2025 yang diselenggarakan AHM.(foto: istimewa)Festival Vokasi Satu Hati 2025: AHM Pacu Kompetensi Puluhan Ribu Pelajar dan Guru di Bidang Otomotif Roda Dua
Ilustrasi harga emas di Pekanbaru melejit (foto/int)Melejit, Harga Emas Hari Ini Turun di Pekanbaru Rp1,521 Juta per Gram
The Price of Fresh Plasma Palm Fruit Bunches in Riau.(photo: int)The Price of Fresh Plasma Palm Fruit Bunches in Riau Today Reaches IDR 3,358/Kg
Kegiatan sarasehan Plt Bupati dan para pimpinan Ponpes dalam momen Hari Santri Nasional 2024.(foto: afrizal/halloriau.com)Peringati Hari Santri Nasional 2024, Plt Bupati Rohil Harap Tahun Depan Pecahkan Rekor MURI
  Apical Grup dan Polda Riau jalin kerjasama Pamobvitnas.(foto: istimewa)Apical-Polda Riau Teken MoU untuk Pengamanan Objek Vital Nasional
Truk CPO masuk ke Sungai Kampar di Kecamatan Langgam, Pelalawan.(foto: tribunpekanbaru.com)Truk Tangki Pengangkut CPO Terjun ke Sungai Kampar di Langgam Pelalawan
Seleksi PPPK Pemprov Riau.(ilustrasi/int)Berkas Ribuan Calon PPPK Pemprov Riau Dalam Verifikasi, Hasilnya Segera Diumumkan
Ramin memperlihatkan vermikompos hasil olahannya dari beternak cacing.(foto: andi/halloriau.com)Dihempas Badai Covid-19, Dibangkitkan Para Perwira Pertamina Field Lirik
Terapkan Restorative Justice, Kejari Dumai hentikan penuntutan terhadap 3 perkara.(foto: bambang/halloriau.com)Kejari Dumai Hentikan 3 Kasus dengan Restorative Justice
Komentar Anda :

 
 
 
Potret Lensa
Nomor Urut Pilgubri: Wahid-SF 1, Nasir-Wardan 2, Syamsuar-Mawardi 3
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved