Santri Asal Pelalawan Jadi Korban Kecelakaan Maut Rombongan Ponpes Gontor di Sulteng
PELALAWAN - Duka mendalam menyelimuti wajah Sugeng Pranyoto (47), orangtua Mohammad Riski Pratama (18), salah satu santri Pondok Pesantren Gontor yang meninggal akibat Bus Rappan Marannu yang ditumpanginya terperosok ke jurang diduga karena rem blong, di KM 4 Kebun Kopi, Desa Toboli, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) Sulawesi Tengah, Rabu (3/5/2023) malam.
Ditemui di kediamannya di Perumahan Bumi Asri RT 4/4, Pangkalan Kerinci Barat, Kawasan Bhakti Praja, Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, ayah Riski tak mampu menyembunyikan raut duka yang tercipta di wajahnya.
Getar suara serak campur isak tangis yang tersisa, Sugeng menceritakan, saat-saat terakhir berjumpa dengan putra sulungnya itu saat lebaran Idul Fitri kemarin.
"Iya, riski pulang saat lebaran kemarin. Ada dua minggu dia di sini, dan baru pulang rabu lalu (26/4/2023). Kepulangan riski memang cepat karena dia sudah kelas akhir di pondok gontor, dan untuk persiapan magang ke ponpes gontor yang ada di indonesia," katanya, Kamis (4/5/2023).
Dia menuturkan, kepulangan Riski ke pondoknya, mereka yang mengantarkan ke bandara dari Pekanbaru menuju Ponorogo, Jawa Timur (Jatim). Tak disangka, rupanya itulah pertemuan terakhir sang putra sulung dengan kedua orangtuanya.
Lima hari di pondok, masih cerita Sugeng, Riski mengabarkan kalau dirinya tengah mengikuti pelatihan dari ustaz-ustaz senior untuk magang nanti.
Dan komunikasi Sugeng terakhir dengan anak sulungnya itu ketika Riski mengabarkan bahwa dia beserta kawan-kawannya satu rombongan anak ponpes Gontor baru tiba di Makassar dari Jakarta naik pesawat.
Dari bandara Makassar, perjalanan dilanjutkan dengan naik Bus Rappan Marannu ke Ponpes Gontor Torokondo, Sulawesi Tengah yang mengalami kecelakaan maut terperosok ke jurang di Desa Toboli, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) Sulawesi Tengah.
"Sempat terbetik kekhawatiran di benak saya saat riski mengabarkan akan magang di Ponpes gontor di Sulteng, saya pikir magangnya di Ponpes gontor yang ada di jawa saja," ungkapnya.
"Saat komunikasi terakhir saat tiba di palu, masih di tangga, dan hendak naik bus menuju lokasi magang di Ponpes gontor, torokonndo, arah ke posso. Komunikasi terakhir itu, saya sempat bilang ke anak saya untuk hati-hati dan jangan lupa berdoa," isaknya.
Sugeng pertama kali mendapat kabar Bus Rappan Marannu yang membawa rombongan anaknya mengalami kecelakaan dari sang istri. Kebetulan sang istri yang bertugas di sebagai PNS di Dinas Perikanan Pelalawan, Siti Suwartini (44) masuk grup Whatsapp orangtua Ponpes Gontor.
Informasi awal yang diterima istrinya, kecelakaan maut itu tidak ada yang meninggal, dan itu membuat Sugeng lega.
Selang satu jam kemudian, sang istri kembali menelpon sambil nangis-nangis saat mengabarkan putra sulung mereka yang busnya mengalami kecelakaan maut itu, menjadi salah satu dari tiga korban yang meninggal dalam kecelakaan itu.
"Terasa lolos semua tulang saya, bang, mendengar kabar itu. Macam bernapas hanya dengan satu paru-paru saja, bang. Segala kesedihan tumpah saat itu, sesak dada nih, bang," ujarnya.
Kenang Sugeng, Riski termasuk anak yang penurut. Saat di libur lebaran kemarin, tiap ditawari makan, Riski tak banyak mintanya, dia hanya mengatakan terserah saja.
Keinginannya ke pondok Ponpes Gontor di Ponorogo, Jatim, meski harus jauh dari orangtuanya, adalah murni keinginan Riski sendiri. Tak ada paksaan sama sekali dari mereka selalu orangtua.
"Libur lebaran kemarin saja, saat Ramadan, kalau ditanya mau buka pakai apa, selalu jawabannya terserah saja. Anaknya benar-benar tak merepotkan," kenang Sugeng.
Ditanya soal kenangan khusus atau semacam firasat yang dirasakan Sugeng saat Riski libur Idul Fitri kemarin, Sugeng tak merasakan apapun bahkan firasat sekecil apapun.
Hanya saja Sugeng sempat heran juga saat Riski belajar mobil, ternyata dia cepat sekali bisa. Bahkan saat lebaran mereka bertandang ke saudara di Taluk Kuantan, Riski yang menjadi supirnya.
"Obrolan lain yang saya kenang dengan anak saya, saat riski mengatakan sebenarnya dia ingin mengabdikan dirinya di gontor pusat, dia mohon doa restunya pada kami. Selaku orangtua, kami merestuinya seraya mengatakan, ayah dan ibu selalu mendoakan yang terbaik bagi, mas. Apa yang terbaik dari Allah, itulah yang terbaik bagi mas," ujar Sugeng mengenang kembali percakapan terakhir dengan sang anak.
Tak lama dari situ, Riski kembali mengabarkan kalau dirinya ditugaskan mengabdi di Ponpes Gontor di Posso, Sulteng. Kabar dari anaknya itu tak dipungkiri sempat menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Sugeng, sampai anaknya berangkat dan kemudian dinyatakan menjadi korban meninggal dunia dalam kecelakaan maut itu.
"Tapi saya pasrah dan tawakal pada Allah. Cita-citanya lepas dari Pondok dia ingin kuliah di jakarta, biar bisa kumpul dengan adiknya yang ada di bekasi," katanya.
Saat ini, dari informasi ustaz pendamping anaknya, jenazah Mohammad Riski Pratama akan tiba di Pangkalankerinci, Jumat (5/5/2023) besok sekitar pukul 08.00 WIB. Saat ini, sang istri yang tengah tugas di Kuala Kampar, tengah perjalanan menuju Kerinci.
Penulis: Andi Indrayanto
Editor: Barkah
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :