Oleh: Andy Indrayanto
"Dalam sebagian besar babak sejarah, manusia terkadang harus melawan alam untuk bertahan hidup. Tapi di abad ini, manusia mulai menyadari bahwa untuk bertahan hidup, dia justru harus melindungi alam." Jacques-Yves Cousteau
Hermansyah (34) menarik kuat tambang dari dasar Sungai Serkap di Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan. Permukaan air sungai ciptakan riak membentuk lingkaran air yang makin lama makin membesar. Nelayan Desa Teluk Meranti itu makin kuat menarik tambang nilon warna biru dari dasar sungai. Perahu kepompong yang dinaikinya bergoyang kuat seiring hentakan tambang dari dasar sungai berwarna hitam akibat ekosistim rawa gambut.
Dari sungai, muncul perangkap ikan persegi panjang. Pengile, warga setempat menyebutnya. Seekor ikan berat 5 kg menggelepar dalam perangkap. Ikan yang besar, Hermansyah bersorak kegirangan.
Sebuah pompong berisi dua orang laki-laki gagah berseragam krem menghampirinya. Dua orang itu ternyata jagawana dari Restorasi Ekosistem Riau (RER). Mereka sudah saling kenal. Sebagai sekretaris di kelompok nelayan Serkap Jaya Lestari (SJL), Hermansyah memang familiar dengan jagawana di lokasi RER.
"Tiap hari mereka berkeliling, bertemu dan menghampiri kami yang menangkap ikan di sungai. Tak bosan mereka memberikan sosialisasi akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati yang ada di Sungai Serkap ini dan tak melakukan pembakaran di sungai," terangnya.
Bagi para nelayan di sepanjang Sungai Serkap, kehadiran para penjaga hutan dari RER bagai menyembuhkan “luka lama”. Jauh sebelum RER yang diinisiasi APRIL-RAPP melindungi rawa gambut di Semenanjung Kampar termasuk Sungai Serkap di dalamnya, sungai yang menjadi mata pencaharian Hermansyah dan nelayan lainnya itu merupakan jalur "surga" bagi penebang illegal logging.
" Dari sini pohon-pohon yang sudah ditebang dihanyutkan ke Sungai Kampar," katanya.
Tapi saat musim illegal logging, jalur sungai itu menjadi bersih meski tak disadari ekosistim lingkungan menjadi rusak. Vegetasi alam sepanjang Sungai Serkap pun kerap terjadi kebakaran. Tak ada yang coba padamkan jika terjadi kebakaran.
Personil RER susuri sungai, menjaga dan melindungi konservasi di Semenanjung Kampar.
Sepanjang ingatannya, belum pernah ada pemadaman jika terjadi kebakaran di Sungai Serkap. Saat itu, minim sekali sosialisasi soal karhutla. Jalur sungai yang sempit dan rapat, membuat solusi membersihkan sungai ya dengan membakar rasau-rasau di pinggir sungai.
“Api padam dengan sendiri saja, Bang,” ujarnya.
Usai masa Ilog dan RER belum ada, para nelayan dari luar menangkap ikan dengan menyetrum. Belum lagi pemburu satwa berkeliaran di hutan Sungai Serkap yang masuk wilayah Semenanjung Kampar, turut andil memusnahkan flora dan fauna terlengkap, yang masih tersisa di dunia.
Kehadiran RER di tahun 2013 membawa perubahan signifikan. Para nelayan diajarkan pola penangkapan ikan berkelanjutan yang tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi biota air di sungai tersebut. Pola membakar vegetasi/tanaman di pinggir sungai yang buat hutan dan pondok milik nelayan rusak, perlahan dihilangkan.
Semenanjung Kampar yang kaya keanekaragaman hayatinya yang dijaga dan dilindungi RER. (ist)
"Sosialisasi intens RER, membuat kesadaran kami menjaga lingkungan di Semenanjung Kampar, khususnya Sungai Serkap semakin tumbuh," tandasnya.
Semenanjung Kampar merupakan salah satu ekosistem gambut terbesar di Asia Tenggara. Hutan tropisnya kaya akan keanekaragaman hayati, sekaligus menjadi rumah bagi 55 spesies terancam punah seperti harimau Sumatera, macan dahan, dan beruang madu. Sisi lain, Semenanjung Kampar merupakan area sensitif yang ekosistemnya terancam. Ini disebabkan penebangan dan pembakaran ilegal yang - sebelum RER beroperasi - dilakukan pendatang yang ingin membuka lahan baru, pengeringan rawa gambut untuk pertanian komersial, serta perburuan hewan.
Kemitraan dengan masyarakat di Sungai Serkap menjadi hal penting yang harus dilakukan RER agar tercapai tujuan yang sama. (ist)
Di sinilah RER memiliki peranan penting. Bagi para nelayan, kelompok nelayan bernama Serkap Jaya Lestari (SJL) yang diketuai Bachtiar, jadi bukti kerjasama RER dengan mereka. Kerjasama ini memastikan tersedianya akses penangkapan ikan dan mendorong praktik penangkapan ikan tradisional yang mengusung keberlanjutan. Tujuannya membantu anggota kelompok agar dapat mandiri dan meningkatkan penghidupan mereka seiring upaya restorasi hutan rawa gambut. Tiap hari petugas RER keluar masuk hutan, menyusuri sungai, menjumpai para nelayan dan menjelaskan betapa pentingnya menjaga keanekaragaman hayati yang ada di sungai.
"Pos-pos jaga didirikan RER. Seiring pembatasan penangkapan ikan menggunakan setrum, di beberapa bagian sungai dipasang papan peringatan larangan membakar hutan berikut sanksinya, serta perburuan satwa. Konsistensi RER melindungi Sungai Serkap membuat sungai ini berangsur pulih dan ikan kembali banyak," tutur laki-laki kelahiran tahun 1988 ini.
Sungai menjadi mata pencaharian bagi nelayan yang harus dijaga dengan pola keberlanjutan ekosistim jangka panjang.
Kemitraan dengan masyarakat tempatan menjadi satu tugas pokok RER dalam menjaga restorasi di Semenanjung Kampar. Sungai Serkap jadi salah satu prioritas RER, agar keanekaragaman hayati di sungai itu terjaga. Kurang-lebih ada 40 ribu orang yang tinggal di dalam dan di sekeliling Kawasan RER, baik di Pulau Padang dan di Semenanjung Kampar. Dengan jumlah sebanyak itu, personil RER harus menyisihkan waktu dan tenaga agar bisa bekerja sama dengan masyarakat tempatan.
Kerjasama menjadi hal yang penting karena RER harus pastikan kegiatan tradisional, seperti menangkap ikan dan mengumpulkan madu, tetap terlindungi sehingga usaha kecil mereka mendapat dukungan. Selain itu, masyarakat harus mendapatkan informasi tentang pentingnya pelestarian lingkungan flora dan fauna.
"Pondok-pondok yang dulu rusak diperbaiki. Penerangan yang dulu pakai lampu minyak sudah tenaga surya. Alat-alat penangkap ikan dan ilmu-ilmu diajarkan pada kami dengan mendatangkan orang-orang dari Dinas Perikanan Provinsi dan juga Kabupaten. Mereka ajarkan budidaya ikan kerambah yang diolah menjadi abon atau lainnya," beber Hermasnyah.
Keterlibatan masyarakat dalam perlindungan, perencanaan, dan pengelolaan kawasan konservasi menjadi hal urgent. Ini memastikan bahwa kegiatan tradisional, seperti menangkap ikan dan mengumpulkan madu, tetap terjaga di saat sama turut menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha kecil yang menjadi bagian penting dalam model keberlanjutan jangka panjang.
Simbiosis mutualisme terjadi antara RER dan masyarakat setempat. Pendekatan lanskap terhadap konservasi memang harus melibatkan masyarakat. Karena jika tidak, kesamaan visi, misi dan tujuan jelas tak sama. Dan kehadiran RER yang dicetuskan APRIL menjadi penting bagi masyarakat yang selama ini membabi buta menangkap ikan, tanpa mengindahkan keberlanjutan ekosistim jangka panjang.
Sembilan tahun sejak dimulai tahun 2013, RER menunjukkan berbagai kemajuan dalam upaya mendukung restorasi hutan nasional, melindungi lahan gambut yang menjadi habitat flora dan fauna dilindungi, di hutan seluas seluas 150.693 ha di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Riau.
Peningkatan Inventarisasi Flora dan Fauna
Di penghujung 2021, RER berhasil mengidentifikasi 838 spesies, menandai bertambahnya 12 jenis flora dan fauna dalam kawasan restorasi, dibanding tahun sebelumnya. Rinciannya; 78 spesies mamalia, 311 spesies burung, 106 spesies amfibi dan reptil, 196 spesies pohon, 89 spesies ikan dan 58 spesies Serangga (Odonata) ditemukan di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.
Dari angka itu, 69 spesies terdaftar di Daftar Merah IUCN tergolong rentan (39), hampir punah (18) atau terancam punah (12). Ada pula 117 spesies yang masuk daftar CITES dan 99 spesies dicatat Pemerintah Indonesia dengan status dilindungi. RER juga mencatat kemajuan dalam upaya pemulihan hutan dengan merestorasi hutan seluas hampir 12.000 hektare melalui berbagai metode, seperti penanaman, pemeliharaan (maintenance), regenerasi dengan bantuan manusia, dan regenerasi alami. RER mengembangkan 38.000 bibit di tujuh persemaian anakan alam yang tersebar di kawasan RER. Restorasi hidrologis pun terus dijalankan dan sejauh ini terbangun 87 bendungan penutup 31 sistem kanal sepanjang 176,3 kilometer di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.
“Kegiatan perlindungan dan pemulihan terpadu yang dilakukan RER menjadi komitmen kami mendukung upaya restorasi hutan nasional serta mendorong terealisasinya carbon net sink dari sektor Forest and Other Land Uses (FoLU) di tahun 2030 yang jadi prioritas pemerintah,” kata External Affairs Director Restorasi Ekosistem Riau, Nyoman Iswarayoga.
Tidak adanya karhutla di area RER berkat komitmen kuat upaya restorasi, perlindungan hutan serta pelibatan langsung masyarakat di dalamnya. Berjalannya RER dengan segala pencapaiannya adalah sumbangsih nyata APRIL di sektor kehutanan.
Target pemerintah Indonesia sendiri yang dituangkan dalam FOLU Net Sink 2030 adalah mendorong tercapainya tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e di tahun 2030 dan dilaksanakan melalui pendekatan yang terstruktur dan sistematis.
"Ada empat strategi mencapai FOLU Net Sink2030 yakni menghindari deforestasi; konservasi dan pengelolaan hutan lestari; perlindungan dan restorasi lahan gambut; serta peningkatan serapan karbon (sink),” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya di Panel Tingkat Tinggi tentang Keterkaitan Pertanian dan Kehutanan di Roma, Italia, awal Oktober tahun lalu, disitir situs menlhk.go.id.
Setakat dengan itu, APRIL-RAPP dan APR berkomitmen penuh mendukung target pemerintah melalui komitmen transformatifnya yang disebut APRIL2030. Ia merupakan komitmen berkelanjutan transformatif yang berisi rangkaian aksi nyata yang berkontribusi positif terhadap iklim, alam dan pengembangan masyarakat sepuluh (10) tahun ke depan, sekaligus mendorong tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals/SDGs di Indonesia.
Direktur RGE Anderson Tanoto saat peluncuran APRIL2030, November 2019 lalu mengatakan, situasi yang dihadapi sekarang memang berat dan penuh tantangan tapi masih ada peluang yang bisa dimanfaatkan untuk bertransformasi mewujudkan Indonesia dan dunia lebih baik lagi. Semoga!***
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :