PEKANBARU - Puluhan warga RT 1/RW 7 Kelurahan Rumbai Bukit, Kecamatan Rumbai Barat, Pekanbaru, menggelar aksi protes menolak keberadaan Transdepo atau tempat transit sampah ilegal di Jalan Siak 2.
Keberadaan tempat penampungan sampah sementara ini dinilai meresahkan karena menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengganggu kenyamanan warga sekitar.
Aksi demo yang diwarnai orasi dan pembentangan spanduk serta poster berisi tuntutan penutupan Transdepo tersebut sempat diwarnai ketegangan antara warga dan pemilik lahan, namun berhasil diredam oleh petugas kepolisian.
"Tutup! Kami tolak pembuangan sampah disini!" sorak warga.
"Kami sudah lelah menghirup debu, jangan ditambah dengan aroma sampah!," teriak warga.
"Kami sebagai warga menolak pembuangan sampah disini, jangan cemari lingkungan!" seru warga.
Aksi demo tersebut sempat diwarnai ketegangan antara warga dan sang pemilik lahan. Namun, ketegangan dapat diredam oleh petugas kepolisian. Namun, ketegangan dapat diredam oleh petugas kepolisian.
Masdi, seorang tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan bahwa aksi ini dilatarbelakangi oleh keresahan warga akibat bau busuk menyengat dan banyaknya lalat yang berasal dari tumpukan sampah di Transdepo ilegal tersebut.
"Yang kami pertama rasakan itu jelas bau busuk (polusi). Kedua, lalat dan itu menimbulkan penyakit bisa diare dibuat. Kami mau makan nasi dipiring kita itu sekarang sudah dihinggapi dengan lalat, jadi kami sering kipasin dulu kalau mau makan. Bahkan, lalat itu sampai masuk ke tempat ibadah," ujarnya.
Pada saat aksi, warga pun menyampaikan tiga poin tuntutan kepada pemilik lahan, yaitu Pertama, memberhentikan aktivitas pembuangan sampah di lokasi Transdepo.
Kedua, tumpukan sampah yang menggunung di dalam Transdepo harus dibersihkan, dikosongkan dan segera dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dan ketiga, menuntut Transdepo ditutup alias tidak boleh lagi dijadikan tempat untuk menampung sampah.
Warga sepakat memberi tenggat waktu selama satu minggu untuk mengosongkan aktivitas mobil-mobil pengangkut sampah.
"Mulai hari ini tidak boleh ada aktivitas lagi. Kalau tidak, kami akan datang lebih banyak lagi," tegas Masdi.
Warga juga menyegel dengan cara memportal akses masuk Transdepo Jalan Siak 2 tersebut agar tak ada lagi aktivitas pengantaran sampah oleh mobil-mobil pengangkut sampah. Gunungan sampah yang berada di Transdepo Jalan Siak 2 ini sudah hampir selama tiga minggu.
"Lebih kurang tiga minggu. Terus terang, sudah 5 hari operasional pemilik tanahnya baru melapor dan itu saya tolak. Alangkah lebihnya dilaporkan awal, nah ini tidak setelah 5 hari jalan baru dia melapor," ungkap Masdi.
Sementara itu, Pemilik lahan, Napitupulu, membela diri dengan menyatakan bahwa ia hanya mencari keuntungan di atas tanah miliknya sendiri dan menyebut keberadaan Transdepo sebagai solusi sementara untuk menanggulangi sampah di kota.
"Pekanbaru ini penuh dengan sampah, jadi ini tempat sementara, tiga bulan sementara untuk menanggulangi sampah di kota," cetus Napitupulu.
Napitupulu juga enggan berkomentar panjang terkait penolakan keberadaan trandepo diatas tanahnya yang disampaikan warga setempat. "Itu urusan warga. Saya yang punya lahan, saya mau dapat duit loh. Izin warga? Ini tanah saya," ucapnya.
Penulis: Mimi Purwanti
Editor: M Iqbal
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :