PEKANBARU - Sejumlah pengungsi Rohingnya di Pekanbaru mengalami luka-luka akibat lemparan batu warga. Aksi yang kerap dilakukan bocah SMA dan geng motor tersebut terjadi siang dan malam.
"Setiap hari. Siang malam. Anak muda-muda itu lempar batu. Ini kemarin kena," ujar Along, salah satu pengungsi yang bisa sedikit berbahasa, Sabtu (11/5/2024) sekitar pukul 14.00 WIB, di Jalan Wan Datuk Abdul Jamal, belakang Purna MTQ, Pekanbaru.
Saat wartawan berada di lokasi, segerombolan anak SMA pulang sekolah juga tampak meneriaki, memaki, hingga melempari batu camp darurat pengungsi.
Tak diketahui apa motif warga melempari para pengungsi. Namun, diduga akibat terpengaruh ujaran kebencian yang menyebar di media sosial.
Hingga saat ini, pengungsi Rohingya sudah 3 bulan lebih berada di camp darurat. Belum ada kejelasan seperti apa nasib mereka ke depan. Untuk bertahan hidup, para pengungsi hanya mengandalkan bantuan warga sekitar.
"Ada yang kasih beras, kadang kentang. Itu yang kita bagi. Kadang makan lebih dari imigrasi juga kita dapat bagi," ucap Along.
"Kami tunggu kabar dari IOM (Badan Migrasi PBB). Kami mau taruh di mana tempat saja tak masalah. Kami tak tahu sampai kapan di sini dan mau ke mana," tambahnya.
Diketahui, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pekanbaru memberi waktu kepada 151 orang pengungsi Rohingya agar pindah dari belakang kawasan Purna MTQ. Pasalnya, pengungsi Rohingya mendirikan gubuk sebagai tempat tinggal di sepanjang Jalan Wan Datuk Abdul Jamal.
"Saya sudah meninjau pengungsi Rohingya pada 8 Mei lalu. Keberadaan mereka sudah mengarah kepada gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat," kata Kepala Satpol PP Pekanbaru Zulfahmi Adrian, Jumat (10/5) dikutip Instagram resminya.
Satpol PP akan berkoordinasi dengan IOM, UNHCR, dan kepolisian. Diharapkan, pengungsi Rohingnya ini bisa bergeser ke lahan yang tidak mengganggu pengendara.
"Kami beri waktu 20 hari mencari lokasi bagi mereka," ujar Zulfahmi.
Saat ini, para pengungsi tengah membangun camp darurat di lahan kosong di belakang Nurseri Dinas PUPR Kota Pekanbaru. Di antara para pengungsi, tampak seorang bayi perempuan usia 6 hari yang lelap di ayunan sederhana di dalam tenda.
Seorang bocah yang sedikit bisa bahasa mendekati wartawan sambil menunjukkan sebuah video mutilasi di ponselnya sambil mengatakan bahwa itu adalah temannya.
"Ini teman. Kenal. Polisi potong-potong. Polisi jahat," ujarnya mengadu kejadian sadis yang menimpa temannya di negaranya.
Penulis: M Ihsan Yurin
Editor: Riki
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :