Mengapa Google Eror Menampilkan Kurs Dolar-Rupiah yang Gemparkan Publik Indonesia?
PEKANBARU - Pada hari kemarin seorang rekan jurnalis mengirimkan screenshot Google yang menampilkan informasi kurs dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah (IDR) yang mengejutkan. Kurs yang sangat menggiurkan untuk segera diterkam. Kapan lagi USD bisa ditebus "cuma" Rp 8.170,65 per 1 dollar?
Kurs paling rendah sejak krisis moneter pada 1998. Dan feeling menyatakan ada yang salah dengan informasi yang ditampilkan Google ini.
Informasi kurs yang tidak akurat, memicu kehebohan di kalangan masyarakat Indonesia. Kesalahan ini langsung menjadi perbincangan luas di media sosial dan platform berita, mengingat sensitivitas nilai tukar rupiah dalam perekonomian nasional. Lantas, apa yang menyebabkan platform sekelas Google bisa melakukan kesalahan semacam ini, dan bagaimana implikasinya?
Faktor Teknis: Kerumitan Aggregasi Data Finansial
Google dalam proses algoritma mengambil data kurs mata uang dari berbagai sumber, termasuk lembaga keuangan, bursa global, dan penyedia data pasar real-time. Proses agregasi ini umumnya otomatis, mengandalkan algoritma yang menyaring dan memperbarui informasi secara berkala. Namun, sistem ini rentan terhadap gangguan teknis, seperti:
1. Kesalahan Pembaruan Data: Server atau API (antarmuka pemrograman aplikasi) penyedia data mungkin mengalami gangguan, menyebabkan Google menampilkan nilai yang tertunda (delay) atau tidak sesuai.
2. Bug dalam Algoritma: Kesalahan pemrograman bisa membuat sistem salah menginterpretasi data, terutama jika terjadi volatilitas tinggi di pasar valuta asing.
3. Cache yang Tidak Terupdate: Terkadang, sistem menampilkan data yang tersimpan di cache lama akibat kegagalan pembaruan real-time.
Meski jarang terjadi, kesalahan seperti ini bisa berdampak besar di Indonesia, dimana masyarakat kerap memantau nilai tukar untuk kepentingan bisnis, investasi, atau pengiriman uang.
Pun secara pribadi saya hampir kalap.
Konteks Ekonomi: Sensitivitas Rupiah dan Kepercayaan Publik
Rupiah termasuk mata uang emerging market yang rentan terhadap fluktuasi, terutama dipengaruhi faktor eksternal seperti harga komoditas, suku bunga AS, dan ketegangan geopolitik. Pada 2024, Bank Indonesia (BI) aktif menjaga stabilitas rupiah di kisaran Rp15.000–Rp16.000 per USD. Ketika Google menampilkan angka yang jauh di luar rentang ini, misalnya melonjak ke Rp17.000 atau turun drastis masyarakat langsung bereaksi karena khawatir terjadi krisis.
Kesalahan informasi ini berpotensi memicu kepanikan, seperti:
- Nasabah berbondong-bondong menukar rupiah ke dolar.
- Pelaku UMKM menunda impor bahan baku.
- Investor asing menjual aset rupiah secara gegabah.
Respons Cepat dari Bank Indonesia dan Google
Begitu error terjadi, BI segera mengklarifikasi melalui siaran pers dan media sosial bahwa kurs resmi tetap stabil. BI juga mengimbau masyarakat memverifikasi data langsung di situs resmi BI atau sumber terpercaya lainnya. Di sisi lain, Google memperbaiki kesalahan dalam hitungan jam dan kemungkinan melakukan investigasi internal untuk mencegah terulangnya masalah serupa.
Pelajaran Penting: Verifikasi Sumber dan Literasi Finansial
Insiden ini mengingatkan publik bahwa:
1. Sumber Otomatis Bukan Jaminan Akurasi: Meski praktis, platform seperti Google tidak menggantikan otoritas resmi seperti BI atau Bloomberg.
2. Pentingnya Literasi Finansial: Masyarakat perlu memahami bahwa pergerakan kurs dipengaruhi banyak faktor, dan fluktuasi ekstrem jarang terjadi tiba-tiba tanpa penyebab fundamental.
3. Peran Media dalam Mitigasi Kepanikan: Media arus utama harus cepat memberitakan koreksi untuk mencegah disinformasi meluas.
Kesalahan tampilan kurs USD-IDR oleh Google mencerminkan kompleksitas sistem teknologi dalam menangani data finansial real-time. Meski telah diperbaiki, insiden ini menjadi pengingat bagi semua pihak: otoritas harus mengedukasi publik, platform digital perlu meningkatkan akurasi algoritma, dan masyarakat wajib kritis dalam mengonsumsi informasi ekonomi. Di era digital, kehati-hatian dan verifikasi multid sumber adalah kunci menghadapi dinamika pasar yang tak terduga. (*)
Penulis: Irvan Nasir, pengamat sosial
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :