Ratusan Kader Ansor dan Penyuluh Agama Islam se-Riau Berkumpul dalam Halaqoh Kebudayaan
PEKANBARU - Bertempat di Rumah Toleransi Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Riau, ratusan kader dan penyuluh agama Islam se-Riau yang turut serta dalam Halaqoh Kebudayaan. Kegiatan ini diselenggarakan pada Senin (1/4/2024).
Acara yang diprakarsai Ansor Riau ini tak hanya dihadiri seratusan kader Ansor Riau dan Pimpinan Cabang (PC) Ansor Kabupaten/Kota, tetapi juga dihadiri oleh sejumlah tokoh dan pengurus dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Riau serta berbagai badan otonom NU lainnya.
Bahkan, kegiatan ini diikuti secara virtual oleh lebih dari 200 peserta dari kader Ansor Riau dan penyuluh agama Islam dalam lingkungan kantor wilayah (kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Riau melalui platform zoom meeting.
Mengusung tema "Kearifan Melayu & Khazanah Nahdlatul Ulama: Sebuah Titik Temu", acara ini menjadi wadah diskusi yang menarik dengan menghadirkan para pakar dan tokoh terkemuka.
Diantaranya, Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau; Imam Hanafi, MA, Akademisi dari Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Suska Riau; dan Masdarudin, MAg, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bengkalis.
Diskusi tersebut dipandu oleh Dr Abdul Malik dari pengurus PW Ansor Riau, serta didukung oleh Khoirul Huda, SSos, MA, Ketua PC Ansor Indragiri Hilir sebagai moderator.
Dalam sambutannya, Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Riau, Purwaji menegaskan pentingnya kegiatan ini sebagai momen konsolidasi keluarga besar Ansor Riau. Sekaligus sebagai upaya untuk menguatkan identitas budaya Melayu sebagai bagian dari identitas nasional serta menemukan titik temu dengan khazanah Nahdlatul Ulama.
"Eksistensi Ansor adalah untuk menjaga Ulama, NU, dan NKRI," ucapnya dengan penuh semangat.
Sementara itu, Plt Kakanwil Kemenag Riau Dr H Muliardi MPd memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini, menyatakan harapannya akan adanya rangkaian kegiatan serupa yang mempertemukan kebudayaan dengan khazanah ke-NU-an.
"Adaptasi terhadap kebudayaan adalah indikator penting dalam nilai moderasi beragama," ungkapnya.
Datuk Seri H Taufik Ikram Jamil juga menyampaikan pandangannya tentang pentingnya menjaga tradisi lama yang baik sambil mengambil hal baru yang lebih baik, sebagai prinsip dalam pertemuan antara kebudayaan dan khazanah keagamaan.
Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin memperkuat pemahaman dan kesadaran akan kearifan lokal serta nilai-nilai ke-Nahdlatul Ulama-an, sebagai pondasi bagi pembangunan masyarakat yang beradab dan sejahtera. (Rls)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :