JAKARTA - Legenda balap MotoGP asal Australia, Casey Stoner mengkritik keras format Sprint Race yang telah diterapkan di kejuaraan dunia MotoGP selama dua musim terakhir.
Menurutnya, balapan pendek tersebut seharusnya dihilangkan, karena justru mengurangi esensi dari balapan MotoGP yang sebenarnya.
"Keberadaan Sprint Race telah menghilangkan konsentrasi yang seharusnya dimiliki pebalap untuk balapan utama," ungkap Stoner dilansir detik.com, Kamis (1411/2024).
Ia menjelaskan, dengan adanya Sprint Race, waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk fokus pada persiapan balapan utama justru terbuang.
"Mereka mengadakan Sprint Race dengan menyita waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk konsentrasi pada balapan inti," lanjutnya.
Stoner, yang terkenal sebagai mantan pebalap Ducati dan juara dunia MotoGP, menegaskan bahwa balapan utama seharusnya menjadi ajang yang menguji ketahanan fisik dan mental para pebalap, bukan balapan pendek yang hanya berlangsung selama setengah jarak lap balapan normal.
Menurutnya, ajang balap MotoGP harusnya mengedepankan endurance, bukan balapan mini yang terburu-buru.
Lebih lanjut, Stoner menilai, hasil dari Sprint Race tidak mencerminkan kondisi sebenarnya dalam kejuaraan dunia MotoGP.
"Kejuaraan dunia seharusnya berlangsung dalam perlombaan jarak jauh. Anda (tidak boleh) mengumpulkan poin dari balapan sprint semacam ini karena poin seharusnya diperoleh pada hari Minggu ketika balapan utama," tambahnya.
Salah satu poin penting yang disoroti oleh Stoner adalah beban tambahan yang dihadapi oleh para pebalap dan tim mereka.
Dengan adanya Sprint Race, mereka dituntut untuk melakukan persiapan ekstra setiap pekan, termasuk pemilihan ban dan pengaturan strategi lainnya. Ini, menurut Stoner, memengaruhi fokus para pebalap saat balapan utama.
"Keberadaan Sprint Race juga membuat tanggung jawab pebalap dan kru bertambah. Mereka harus melakukan persiapan ekstra setiap pekan, termasuk pemilihan ban dan lain-lain. Kondisi ini tentu mempengaruhi fokus pebalap saat balapan inti," ujarnya.
Stoner mengungkapkan, dengan adanya Sprint Race, balapan utama yang biasanya digelar pada hari Minggu menjadi lebih monoton dan terkesan membosankan.
"Jadi, menurut saya, inilah alasan mengapa pada hari Minggu kita melihat ada jarak yang cukup jauh antara satu pebalap dan yang lain, karena tidak semua orang siap dengan kondisi tersebut," tambahnya.
Pada Sprint Race, panjang lap yang ditempuh hanya setengah dari balapan utama, sementara pemenang meraih 12 poin, disusul dengan sembilan poin untuk posisi kedua dan tujuh poin untuk posisi ketiga.
Peringkat keempat hingga kesembilan pun mendapatkan poin, masing-masing dari enam hingga satu angka. Namun, menurut Stoner, format ini seharusnya tidak menjadi acuan dalam pengumpulan poin di kejuaraan dunia yang sebenarnya.
Melihat permasalahan tersebut, Stoner berharap ada perubahan besar dalam format balapan MotoGP. Ia menyarankan agar Sprint Race dihapus dan kembali ke format balapan yang lebih menekankan pada ketahanan fisik dan mental, dengan lebih banyak putaran dan waktu persiapan yang cukup untuk pebalap.
"Dalam olahraga balap motor seperti MotoGP, kualitas dan ketahanan lebih penting daripada kecepatan sesaat yang ditawarkan oleh Sprint Race. Itu adalah esensi sejati dari kejuaraan dunia," tutup Stoner.(*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :