Penjualan Mobil di Indonesia Anjlok di Semester Pertama 2024
Jumat, 12 Juli 2024 - 21:46:01 WIB
JAKARTA - Industri otomotif Indonesia mengalami penurunan signifikan pada semester pertama tahun 2024. Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penurunan penjualan mobil secara wholesales dan retail.
Selama periode Januari hingga Juni 2024, penjualan mobil wholesales (dari pabrik ke dealer) hanya mencapai 408.012 unit.
Angka ini turun 19,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan 506.427 unit. Penjualan mobil secara retail (dari dealer ke konsumen) juga mengalami penurunan.
Menurut data Gaikindo, retail sales mobil baru pada semester pertama tahun 2024 hanya mencapai 431.987 unit, turun 14 persen dibandingkan dengan penjualan pada Januari-Juni 2023 yang mencapai 502.533 unit.
Penurunan ini tidak hanya terjadi pada penjualan, tetapi juga pada produksi mobil di Indonesia.
Pada semester pertama 2024, produksi mobil hanya mencapai 561.772 unit, turun 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 702.144 unit.
Menurut Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), salah satu penyebab stagnasi pasar otomotif Indonesia adalah kenaikan harga mobil yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan inflasi.
"Kenaikan harga mobil periode 2013-2022, misalnya kita ambil MPV entry low per tahun sudah 7 persenan, lebih besar dari rata-rata inflasi kita. Jadi ini masalahnya," kata peneliti senior dari LPEM FEB UI, Riyanto dilansir detik.com, Jumat (12/7/2024).
Riyanto mencontohkan kenaikan harga model Low Multi Purpose Vehicles (MPV), salah satu model yang paling laris penjualannya di Indonesia.
"Pendapatan per kapita kelompok ini dulu gap-nya kecil, misalnya harga Rp 167 juta, pendapatan per kapitanya Rp155 juta. Kan kecil gap-nya, tapi sekarang pendapatan per kapitanya Rp 218 juta, harga mobilnya Rp 255 juta. Jadi makin lebar," tuturnya.
"Jadi ini memang menunjukkan ada masalah, dan harganya menunjukkan seperti ini, kenaikannya lebih besar dari harga kenaikan per kapita. Jadi konsisten penyebabnya adalah harga mobilnya tidak terjangkau oleh pendapatan per kapita," sambungnya.
Selain faktor harga mobil dan pendapatan per kapita, Riyanto juga menjelaskan bahwa faktor ekonomi makro lainnya seperti nilai tukar dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap penjualan mobil.(*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :