Operasi SAR Pencarian Nelayan di Selat Malaka Telah Maksimal 7 Hari, Pencarian Dihentikan
SELATPANJANG - Sesuai dengan SOP Tim SAR Gabungan, pencarian terhadap korban yang hilang hanya berlangsung selama 7 hari. Namun, setelah seminggu pencarian terhadap seorang nelayan yang hilang saat menjaring ikan di perairan Selat Malaka belum membuahkan hasil, pencarian resmi dihentikan.
Kepala Unit Siaga SAR Kepulauan Meranti, Prima Herrie, menyampaikan bahwa pencarian intensif telah dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk nelayan setempat, aparat keamanan, dan relawan. Namun, hingga hari ketujuh, tidak ada tanda-tanda keberadaan korban yang ditemukan.
"Setelah menjalankan SOP dan melakukan pencarian selama 7 hari tanpa hasil, kami terpaksa menghentikan operasi pencarian. Keputusan ini diambil berdasarkan prosedur standar operasi dan evaluasi dari seluruh tim yang terlibat," kata Prima.
Disebutkan, dalam operasi SAR, sesuai ketentuan dalam Pasal 34 ayat 1 UU No 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan bahwa jangka waktu operasi SAR paling lama 7 hari.
"Sesuai aturan perundang-undangan, operasi SAR ditutup di hari ketujuh, namun apabila di kemudian hari ditemukan tanda-tanda keberadaan korban, maka operasi SAR dapat dibuka kembali," katanya.
Penghentian pencarian, menurutnya, juga sudah dikoordinasikan dengan pihak keluarga korban dan perangkat desa
Pencarian yang dilakukan mencakup penyisiran perairan, penggunaan peralatan sonar, dan memaksimalkan area pencarian. Meskipun demikian, faktor cuaca yang tidak menentu dan arus laut yang kuat menjadi kendala utama dalam proses pencarian.
Keluarga korban menyatakan kekecewaan mereka atas penghentian pencarian, tetapi memahami bahwa tim SAR telah bekerja maksimal sesuai prosedur yang ada. Mereka berharap jika ada tanda-tanda keberadaan korban, masyarakat sekitar dapat segera melaporkannya kepada pihak berwenang.
Sementara itu pihak perusahaan pelayaran kapal yang menabrak nelayan itu pun telah menemui pihak keluarga sembari memberikan santunan.
"Kami sangat berterima kasih kepada seluruh tim SAR, nelayan, dan relawan yang telah bekerja keras dalam mencari anggota keluarga kami. Kami berharap jika ada petunjuk baru, pencarian dapat dilanjutkan," ujar salah satu anggota keluarga korban.
Penghentian pencarian ini menjadi momen yang berat bagi keluarga korban dan tim pencari. Meskipun demikian, mereka tetap berharap ada keajaiban yang membawa korban ditemukan.
Sebelumnya, untuk memaksimalkan pencarian, Tim SAR gabungan, yang terdiri dari Basarnas, Polairud, dan Danposal, dibantu nelayan setempat, menggunakan 8 unit kapal dengan pola pencarian sejajar. Jarak antar kapal diatur sekitar 1,5 km menuju arah Malaka.
Upaya pencarian yang dilakukan oleh Tim SAR gabungan menunjukkan keseriusan dan komitmen mereka dalam menjalankan tugas. Meski belum ada hasil yang memuaskan, tim tetap optimis dan terus bekerja keras dalam kondisi cuaca yang sering berubah-ubah.
Masyarakat dan keluarga korban terus berharap agar nelayan yang hilang dapat segera ditemukan. Dukungan dan doa dari seluruh pihak sangat dibutuhkan dalam situasi seperti ini.
Sebelumnya, satu dari dua nelayan yang dilaporkan hilang saat menjaring ikan di perairan Selat Malaka pada Jumat, 21 Juni 2024, belum ditemukan. Korban tersebut bernama Wandi atau Ridwan (46), warga Kelapa Pati, Bengkalis, masih dalam pencarian.
Sementara iparnya, Bacok (42), warga Tanah Merah dinyatakan selamat setelah ditemukan oleh Kapal Tugbot TB Terus Jaya 19 yang sedang menunda Tongkang Marcopolo 182 dari Singapura menuju Siak.
Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Kurnia Setyawan SIk melalui Kasat Polairud Iptu Imbang Perdana SH MH mengatakan bahwa kapal nelayan ditemukan dalam keadaan rusak tanpa awak, terapung di perairan Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Pesisir. Kapal tersebut sebelumnya digunakan oleh Ridwan dan Bacok untuk mencari ikan.
Tim SAR gabungan segera melakukan pencarian di sekitar lokasi kejadian. Informasi mengenai Bacok ditemukan setelah komunikasi melalui radio marine dengan kapal yang melintas. Bacok ditemukan pada pukul 11:00 siang dan tertidur di Rolling Jangkar atas tongkang Marcopolo 182 oleh salah satu kru kapal Tugboat, Munandar, yang melaporkan kejadian tersebut ke Syahbandar.
Dikatakan Iptu Imbang, atas informasi tersebut Tim SAR Gabungan segera menuju ke arah Kapal Tugboat Terus Daya 19 yang terus berlayar dan tiba di perairan Bandul, Kecamatan Tasik Putripuyu. Selanjutnya tim menaiki Kapal dan menemui Bacok di atas Kapal.
Setelah dilakukan interogasi, Bacok menjelaskan jika dirinya dan Ridwan ditabrak tongkang yang ditunda oleh salah salah satu kapal tugboat saat berada di tengah laut untuk mencari ikan pada subuh hari sekira pukul 04.00 wib.
Bacok menjelaskan bahwa dirinya dan Ridwan ditabrak tongkang yang ditunda oleh salah satu kapal tugboat saat berada di tengah laut pada subuh hari sekitar pukul 04.00 WIB. Ridwan tidak berhasil naik ke atas tongkang dan hilang terseret arus, sementara Bacok berhasil menyelamatkan diri.
Penulisan : Ali Imroen
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :