Pelayanan Obgyn di RSUD Kepulauan Meranti Ditutup, Dokternya Pilih Buka Praktek dan Dilaporkan Soal Pelecehan
SELATPANJANG - Pelayanan Kebidanan dan Kandungan (Obgyn) di UPT RSUD Kabupaten Kepulauan Meranti ditutup mulai, Minggu (1/9/2023) sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Kondisi tersebut dikarenakan tidak tersedianya dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn atau SpOG).
Kebijakan penutupan layanan obstetri dan ginekologi (obgyn) disebabkan kosongnya dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Sp.OG). Tersiar kabar kalau dokter spesialis yang biasanya bertugas bernama dr Irfan Hamidi Sp.OG telah mengundurkan diri terhitung sejak Kamis (30/9/2023) kemarin.
Sementara itu, dr Irfan Hamidi Sp.OG saat dikonfirmasi mengakui dirinya tidak lagi bertugas di RSUD Kepulauan Meranti. Ia memilih hanya membuka praktek di salah satu apotek di Selatpanjang.
"Saya gak sanggup, saya sendiri, gak sanggup karena gak ada jadwal libur," terang Irfan Hamidi via pesan WhatsApp, Minggu (1/10/2023) malam.
Diduga, pengunduran diri dr Irfan terkait dengan pengaduan terhadap dirinya ke Majelis Kehormatan Etik Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kepulauan Meranti. Adalah dr Chairun Minda Lubis yang mengadukan Irfan pada 25 September lalu.
Hal tersebut diketahui dari kronologi yang dibuat oleh dr. Chairun Minda Lubis untuk dikirimkan ke Majelis Kode Etik Kedokteran, IDI Cabang Kepulauan Meranti.
Ikhwal adanya dugaan pelecehan profesi tersebut terungkap dalam surat Chairun Minda Lubis kepada Majelis Kode Etik Kedokteran IDI Cabang Kepulauan Meranti.
Dalam surat tertanggal 25 September 2023 itu, Chairun menyebut Irfan mengeluarkan kata-kata kasar dan terkesan arogan sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dan dampak psikologis dirinya dalam bekerja.
"Saya tidak terima profesi dokter umum saya direndahkan, dibentak dan wajah saya ditunjuk-tunjuk, disumpahin di depan teman sejawat. Maka dengan ini saya melaporkan dr Irfan Hamidi kepada IDI Cabang Meranti melalui Majelis Kehormatan Etik Kedokteran agar dapat diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku," tulis Chairun dalam suratnya tersebut.
Laporan terkait pelecehan yang dilakukan dokter Irfan juga terjadi sesama teman sejawad nya yang lain. Waktu itu kekerasan verbal dan fisik terjadi di area kamar operasi RSUD Kepulauan Meranti.
Waktu itu pada tanggal 22 September 2023, sekira pukul 7:30 pagi ada pasien yang direncanakan untuk dilakukan tindakan operasi Sectio Cessarian oleh dokter dr Irfan Hamidi.
Sebelumnya telah disiapkan didalam kamar operasi yang mana akan dilakukan tindakan pembiusan terlebih dahulu dengan menggunakan teknik regional anestesi Spinal.
Waktu itu dokter Anestesi dengan inisial dr B didampingi oleh Penata Anestesi bernama Jhon hendak melakukan tindakan pembiusan terhadap pasien yang sedang dalam posisi duduk di atas meja operasi, kemudian mendadak dr Irfan Hamidi muncul berdiri di depan pintu kamar operasi dan mengeluarkan kata kata kasar disertai nada bicara yang tinggi dan keras sambil menunjuk ke arah dr.B dengan berkata "Woiiii.. Kau jangan sempat ku maki yaaa..!!! Kurang ajar kau yaa..!!! Berani kau pulang duluan dari saya..!!! Saya ini dokter Obgyn, dokter operator disini, saya operator disini...!!!. Kau cuma dokter Anestesi, kau cuma dokter penunjangnya disini..!!! Kurang ajar kau ya..!!! Berani pula kau pulang duluan dari saya..!!! Dimana otak kau," ucapnya.
"Karena merasa takut dan khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Maka saya langsung menghentikan rencana pembiusan dimana jarum spinocain saat itu sudah saya pegang, dan langsung saya menyampaikan kepada Penata Anestesi bernama Jhon untuk nantinya pembiusan pasien tersebut dilanjutkan oleh dr. Devi, untuk menggantikan saya. Lalu saya meletakkan spinocain dan melepaskan sarung tangan steril. Dan berjalan meninggalkan area meja operasi menuju keluar pintu kamar operasi," kata dr B.
Namun saat berpapasan dengan dr Irfan Hamidi, tepat di pintu kamar operasi, baju dr B langsung ditarik oleh dr. Irfan Hamidi sambil berkata kau mau kemana.. !!! Lalu dr B menjawab "sudahlah bang, kalaupun saya ada salah, tidak sepantasnya abang membentak, menghina saya di depan pasien, penata anestesi dan perawat bedah yang sedang berada di kamar operasi," kata dr B.
Sebelumnya juga ada pasien yang mengisi formulir komplain dan saran RSUD Kepulauan Meranti. Dia adalah Budi Hartono, warga Desa Alah Air, Kecamatan Tebingtinggi. Di dalam formulir itu, dia menceritakan bahwa anaknya belum cukup bulan untuk dilahirkan, namun dokter Irfan Hamidi mengatakan sudah cukup sehingga Budi mengklaim bahwa dokter spesialis Obgyn itu terkesan buru-buru dan mengejar target dan asal kerja sehingga anaknya lahir dalam kondisi jantung dan paru-paru yang belum kuat.
"Kalau bisa dokternya diganti saja karena kerja asal-asalan saja sehingga anak saya jadi korban," ungkapnya.
Masalah internal di RSUD yang melibatkan dr Irfan Hamidi terkesan disembunyikan karena yang bersangkutan mempunyai hubungan akrab dengan Direktur RSUD, Prima Wulandari. Hal itu pun diketahui ada jatah kamar khusus di ruangan VIP untuk istirahat dokter Irfan disaat dokter lain tidak mendapatkan fasilitas tersebut dengan alasan untuk pemasukan BLUD.
Direktur RSUD, Prima Wulandari saat dikonfirmasi berhari-hari terkait masalah ini terkesan bungkam. Dia hanya menulis selarik pesan di Whatsapp bahwa hal tersebut hanya masalah biasa dan terjadi miskomunikasi.
"Miss komunikasi saja dan Alhamdulillah sudah gak masalah," tulisnya.
Saat ini Ketua IDI Cabang Kepulauan Meranti, dr Joko Nugroho juga belum bisa menjawab saat dihubungi, padahal nomor teleponnya dalam keadaan aktif.
Penulis : Ali Imroen
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :