Gegara Mengganti SIMRS, Pelayanan di RSUD Kepulauan Meranti Kacau, Antrean Pasien Menumpuk
SELATPANJANG - Antrean pasien di RSUD Kepulauan Meranti membludak dan menumpuk, ratusan pasien tidak terlayani diduga akibat pergantian pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) setempat, Sabtu (13/5/2023).
Saat terjadi penumpukan antrian, tentu saja hal ini melelahkan bagi pasien dan keluarga yang menunggu. Mereka yang sudah berjam-jam menunggu memilih untuk pulang.
Melihat desakan antrian yang semakin ramai, petugas di bagian adminstrasi pun semakin kewalahan dan memilih pergi karena takut diamuk oleh keluarga pasien, sementara itu tidak ada penjelasan terkait hal tersebut dari manajemen RSUD.
Setelah beberapa lama kemudian situasi semakin tidak terkendali karena mendapatkan desakan dari pasien, akhirnya pihak RSUD melakukan pelayanan menggunakan cara manual.
Kepala Seksi Penunjang Non Medis RSUD,
Ramadhani Azri, S.ST saat dikonfirmasi mengatakan bahwa dirinya mendapatkan informasi dari Direktur RSUD, Dr Prima Wulandari bahwa mulai tanggal 13 Mei 2023, pihak RSUD Kepulauan Meranti sudah memutuskan kontrak dengan aplikasi SIMRS Lintas Arta.
Untuk itu sistem rekam medis dilaksanakan manual sampai dengan aplikasi SIMRS yang baru sedang dipersiapkan dan digunakan.
"Saya mendapatkan informasi via pesan Whatsapp group dari Direktur RSUD pada tengah malam tepatnya pukul 00:43 yang mengabarkan bahwa kerjasama dengan aplikasi SIMRS Lintas Arta sudah diputuskan kontrak dan untuk sistem rekam medis pasien dilakukan dengan cara manual," kata Ramadhani.
Dikatakan setelah adanya pengumuman tersebut, pihak manajemen tidak ada melakukan rapat koordinasi untuk perubahan sistem.
"Setelah adanya pengumuman tersebut, memang agak lambat mengambil keputusan untuk dijadikan sistem manual, selain itu juga tidak ada saling koordinasi. Bisa kami pastikan ini terjadi miskomunikasi," ujarnya.
Saat ini kata Ramadhani, pihak RSUD akan kembali menggunakan SIMRS Khanza yang dulunya telah diputuskan sepihak pemakaiannya.
"Kita sedang mempersiapkan sesuatu untuk kembali menggunakan SIMRS Khanza dan saat sedang butuh migrasi data," ujarnya lagi.
Hal yang sama juga disampaikan Kepala Sub Bagian Tata Usaha RSUD, Yanti. Menanggapi hal tersebut, dirinya mengatakan kesalahan tersebut terjadi memang tidak adanya koordinasi.
Sementara Direktur tidak berada di tempat dan berada di Pekanbaru untuk mengurus pemutusan kerjasama dengan penyedia SIMRS Lintas Arta.
"Memang ini terjadi dikarenakan pihak penyedia sudah memutuskan kontrak pemakaian SIMRS dan kita akan kembali menggunakan SIMRS namun masih dalam proses. Menanggapi hal yang terjadi hari ini adalah karena kesalahan kami yang tidak melakukan koordinasi antara kita di manajemen," tuturnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti, Muhammad Fachri yang datang langsung melihat situasi di RSUD mengatakan bahwa pihak manajemen RSUD harus secepatnya mengambil keputusan sehingga tidak terkesan merugikan masyarakat.
"Saya diperintahkan langsung oleh Sekda untuk melihat langsung situasi dan kondisi di RSUD yang katanya pelayanan menjadi terganggu akibat adanya trouble pada sistem. Kami sebagai pengawasan teknis mengharapkan dan menyarankan agar pihak RSUD segera mengambil kebijakan sehingga tidak ada masyarakat yang dirugikan dalam hal pelayanan," kata Fachri.
Diberitakan sebelumnya, manajemen RSUD Kepulauan Meranti dibawah kepemimpinan direktur dr Prima Wulandari diketahui telah mengganti aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dari yang gratisan menjadi berbayar.
Pergantian SIMRS diatensikan oleh Direktur RSUD yang bekerjasama dengan pihak Lintas Arta itu dikabarkan menjadi temuan BPK dan dikenakan sanksi administratif karena ada prosedur yang salah saat melakukan kerjasama.
Tidak diketahui apa tujuan direktur saat ini menggantikan SIMRS yang telah digagas oleh Plt Direktur RSUD Kepulauan Meranti, Fajar Triasmoko yakni SIMRS Khanza.
Padahal mereka ada pilihan untuk menggunakan aplikasi gratis atau tidak berbayar seperti aplikasi yang direkomendasi oleh Kementerian Kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Salah satu diantaranya adalah Aplikasi Khanza yang saat ini digunakan oleh ribuan Faskes di Indonesia, terakhir, alasan yang dibeberkan adalah masalah teknis.
"Jaringannya kadang gak konek, makanya dari BPJS itu sering tertumpuk antrian di depan. Sekarang antriannya sudah mulai berkurang. Jadi masalahnya di connecting masalah jaringan dan lebih terdeteksi semua (menggunakan aplikasi baru)," kata dr Prima Wulandari.
Direktur RSUD Kepulauan Meranti dr Prima Wulandari saat dikonfirmasi terkesan menutup rapat-rapat informasi tentang aplikasi SIMRS yang telah digantinya.
Informasi yang beredar, penggantian aplikasi itu digunakannya untuk proyek perubahan Diklat Kepemimpinan untuk penunjang pada jabatan Eselon III.
Prima menegaskan karena adanya kesalahan prosedur maka pihaknya pada tahun ini akan kembali menggunakan aplikasi Khanza. Namun kata dia, saat ini prosesnya masih dalam tahap migrasi data dari aplikasi sebelumnya.
"Saat ini sedang proses migrasi data ke Khanza," pungkasnya.
Sementara itu, pendiri Yayasan SIMRS Khanza Indonesia (YASKI) sekaligus Owner dan pengembang SIMRS Khanza, Windiarto Nugroho, S.Kom, Mars yang berhasil dikonfirmasi via pesan Whatsapp nya mengatakan pihaknya tidak mengetahui persis kenapa manajemen RSUD Kepulauan Meranti menggantikan sistem tanpa ada melakukan telaah sebelumnya.
"Kalau untuk awal mulanya saya gak tau, tiba-tiba saja ganti sistem tanpa ada telaah terlebih dahulu. Dapat infonya karena masalah lelet di jaringan, padahal konfirmasi dari direktur sebelumnya aman-aman saja jaringan di sana," kata Windiarto Nugroho.
Penulis : Ali Imroen
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :