SELATPANJANG - Penantian masyarakat Desa Tanjungsamak, Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti untuk bisa mendapatkan air bersih, putih, segar, bahkan bisa langsung diminum akhirnya terwujud.
Hal itu setelah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungsamak yang menggunakan teknologi Nano Filter berhasil menyulap air gambut sebening air gunung yang akan didistribusikan ke masyarakat nantinya.
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Feni Utami, ST mengatakan Teknologi Nano Filter di SPAM Tanjungsamak baru dimulai tahun 2022. Program ini bersumber dari APBN sebesar Rp 3.944.300.000 melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Reguler.
"Saat ini hanya SPAM Tanjung Samak yang menggunakan Nano Filter, Ini menjadi pilot project dari kegiatan yang berlangsung pada 2022 lalu,
Dikatakan Feni, selama ini di Kecamatan Rangsang Khususnya Desa Tanjung Samak dan beberapa desa terdekat lainnya seperti
Desa Dwi Tunggal, Citra Damai, Wonosari dan Desa Tanjung Bakau, masih menggunakan SPAM dengan teknologi Konvensional, dengan hasil yang tidak memuaskan, hasilnya masih kemerah-merahan dan hanya bisa digunakan sebatas mencuci dan mandi.
Ditambahkan, sumber air yang digunakan untuk diolah adalah kanal yang terletak di Desa Wonosari dan Tasik Air Putih di Penyagun, air gambut (redang) yang tadinya kemerahan, setelah diolah menggunakan Nano Filter menjadi bening tanpa bau dan tanpa rasa, bahkan pernah di coba untuk diminum langsung tanpa dimasak.
Tasik Air Putih memiliki kapasitas sumber 575 Ha atau sekitar 3.737.500 m3 yang berjarak 12 km dari pusat Desa Tanjungsamak. Sedangkan sumber air baku dari kanal merupakan alternatif lain ketika sistim yang ke tasik air putih tidak berfungsi maksimal. Sistem Pengambilan yang digunakan pada sistem penyediaan air minum menggunakan sistem sumuran/intake kemudian ditransmisikan ke unit produksi secara pompa.
Kini, karakteristik air yang kemarin memiliki warna kemerah-merahan yang sangat pekat sudah hilang.
"Saya pernah mencoba meminum langsung (tanpa dimasak, red) dan tidak sakit perut, airnya bening tanpa rasa dan tanpa bau," ujar Feni.
Namun teknologi yang demikian canggih ini juga memiliki kelemahan, yaitu tingkat produksi yang hanya bisa mencapai 13,5 liter perdetik, dibandingkan dengan teknologi konvensional yang bisa mencapai 20 liter perdetik, ini menjadi PR Bidang Cipta Karya, untuk menambah Nano Filter agar bisa memproduksi 27 liter perdetik.
"Kita akan upayakan agar ada penambahan Nano Filter, Target kita di SPAM Rangsang ini bisa memproduksi air bersih 27 Liter perdetik" Ujar Feni menguatkan
Harapan Feni selaku Kepala Bidang Cipta Karya agar SPAM ini berkesinambungan dan maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah Tanggul penahan air pasang agar tidak mencemari tanggul, sebagai sumber air yang baku, dan terutama perbaikan jalan masuk menuju ke lokasi.
''Penggunaan teknologi nano filter ini sangat sensitif terhadap air laut. Karena dilengkapi sensor, sistem produksi akan berhenti beroperasi kalau air baku tercemar air laut. Kita khawatir bisa menyebabkan kerusakan, makanya, kita butuh sarana penunjang lainnya untuk pengendali banjir,'' tutur Feni
Feni mengungkapkan teknologi Nano Filter baru dimulai tahun ini (2022). Melalui dukungan APBN dan APBD Meranti tidak hanya Nano Filter. Tetapi juga terdapat sejumlah kegiatan pendukung lain seperti, jaringan perpipaan resepoar, pompa intek dan item lainnya.
"Kegiatan Nano Filter yang menelan anggaran Rp3.944.300.000 bersumber dari APBN melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Reguler. Sementara, kegiatan pendukung lainnya dibantu melalui APBD Meranti sebesar Rp1.376.685.500," rincinya
Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kepulauan Meranti, Fajar Triasmoko MT menambahkan, dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti berakibat pada semakin tingginya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terhadap air bersih atau air minum. Sementara bagi amsyarakat yang belum terhubung dengan jaringan penyaluran SPAM bergantung dari tampungan air hujan.
Makanya tak heran jika hampir seluruh masyarakat Meranti memiliki tempat penampungan air hujan. Bahkan hingga menyimpannya di dalam tanah.
“Kondisi daerah kita memiliki kontur tanah yang unik dan berbeda dengan banyak daerah lainnya di Riau dan bahkan di Indonesia. Bagi yang tinggal di tepian laut sulit mendapatkan air galian tanah akibat pasang surut laut. Sementara yang tinggal agak ke darat air galian tanahnya bewarna merah atau coklat. Sehingga ketergantungan terhadap air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih atau minum,” ujar Fajar.
Penulis : Ali Imroen
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :