Kisah Pilu Pria di Selatpanjang yang Merawat Bayinya, Istri Meninggal Dunia Saat Ia Dipecat Sebagai Honorer
SELATPANJANG - Beredar kisah seorang pria di Selatpanjang, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti harus menerima kenyataan pahit, sang istri tercinta meninggal dunia setelah melahirkan anak pertama mereka.
Kehidupannya semakin terpuruk, selain kehilangan istri tercinta untuk selamanya, ia pun kehilangan pekerjaannya sebagai pegawai honorer di Unit Layanan Pengadaan, Sekretariat Daerah Kepulauan Meranti.
Kehilangan istri ditambah dengan kondisi ekonomi yang sulit membuat ia harus berjuang keras mengasuh anaknya. Ia menjadi bapak sekaligus ibu bagi anak semata wayangnya itu.
Kisah sedih tersebut dibagikan oleh salah satu netizen di media sosial Facebook.
Sontak saja postingan tersebut langsung banjir perhatian, bahkan bantuan mengalir dari beberapa lembaga sosial yang dipercayakan untuk mengumpulkan donasi.
Dalam kunjungan pengurus organisasi Pemuda Pancasila (PP) Kabupaten Kepulauan Meranti, Jum'at (15/7/2022) pagi, wartawan pun berkesempatan untuk mengunjungi rumahnya yang terletak di Jalan Dorak Gang Haji Don Kelurahan Selatpanjang Timur itu.
Pengurus PP yang diwakili Sugianto alias Mas Tato dan didampingi pengurus lainnya memberikan bantuan Sembako dan sejumlah uang kepada pria tersebut yang diketahui bernama Nizam.
"Kedatangan kami kesini adalah dalam rangka bersilaturahmi, selain itu kami juga menyampaikan amanah dari beberapa kawan-kawan untuk berbagi kebaikan. Jangan pernah dinilai dari berapa besarnya bantuan ini, namun pandanglah dari rasa kekeluargaannya," tutur Mas Tato.
Saat bercerita, Nizam mengungkapkan segala rasa dan isi hatinya. Dia mengaku tidak mengetahui bahwa nasibnya terviralkan dengan luas di media sosial. Namun dibalik itu dirinya merasa sangat bersyukur atas perhatian masyarakat yang diberikan kepadanya.
Nizam positif menjadi pengangguran saat Pemkab Kepulauan Meranti tidak lagi memperpanjang kontrak pegawai honorer per tanggal 31 Desember 2021.
Namun saat dilakukan evaluasi melalui ujian tertulis, ia pun tidak kunjung mendapatkan panggilan kerja. Alasannya, tidak linier dengan latar belakangnya yang memiliki ijazah Sarjana Pendidikan dan tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya.
Ia pun harus mengalah dan pasrah dengan keadaan, walaupun diketahui Nizam sudah bekerja selama 8 tahun lamanya disana. Kini dia tidak lagi bisa memberikan nafkah yang notabene ia menjadi tulang punggung satu-satunya bagi keluarganya.
Sementara untuk bergantung dengan saudaranya yang lain, kondisinya hampir sama, mereka terdiri dari keluarga yang kurang mampu.
"Saya sangat kecewa dengan keputusan yang dibuat. 8 tahun bekerja disana harus diberhentikan hanya gara-gara ijazah tidak sesuai dengan pekerjaan," ucapnya.
"Selama bekerja, saya menjadi tulang punggung bagi keluarga. Tidak hanya bagi istri saat masih hidup, namun juga bagi adik-adik saya yang masih bersekolah, karena orang tua kami memutuskan untuk berpisah," tuturnya.
Nizam semakin terpukul, tatkala harus berpisah dengan istri tercinta untuk selamanya, padahal usia pernikahannya kala itu baru genap setahun.
Pria itu berusaha tegar saat melihat bayi kecilnya dalam ayunan yang tak tahu apa-apa. Bayi berusia 2 bulan yang bernama Ningsih Nia itu belum paham kalau ibunya sudah tiada dan tak bisa menemaninya hidup di dunia kedepannya.
"Istri saya meninggal dunia beberapa bulan lalu saat bulan Ramadhan," ungkapnya dengan nada lirih.
Saat ini memenuhi kebutuhan hidup dan asupan gizi bagi si buah hatinya, Nizam harus kerja banting tulang. Tak hanya dari satu pekerjaan saja, melainkan juga bidang lainnya.
"Setelah tidak lagi bekerja sebagai honorer saya bekerja serabutan saja, tidak tahu apa yang mau dikerjakan, disini susah mendapatkan pekerjaan, rencana mau bekerja di Malaysia saja," ungkapnya lagi.
Diungkapkannya lagi, walaupun untuk makan susah, namun ia lebih mementingkan untuk membelikan susu formula sebagai asupan gizi bagi anaknya.
"Kondisi saya sedang sulit, kebutuhan anak juga sering terlambat, namun itu yang harus saya usahakan terlebih dulu. Untuk makan, kami seadanya saja dan memetik sayur-sayuran di laman rumah," ucapnya lagi.
Terkait keinginan untuk bekerja di negeri Jiran Malaysia, Mas Tato meminta Nizam untuk sejenak mengurung niatnya itu. Selain masih kecil, anaknya butuh kasih sayang orang tua.
"Sebaiknya dipikirkan dulu, kasihan anak yang masih kecil harus ditinggal orang tuanya. Walaupun ada yang jaga, namun kasih sayang orang tua tiada bandingannya. Dia baru saja ditinggalkan ibu, masa ayah juga mau meninggalkan. Kerjakan saja apa yang bisa dikerjakan," tutur Mas Tato.
Penulis : Ali Imroen
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :