Film Petang Megang Ceritakan Pegawai Honorer Dirumahkan, Banyak yang Sedih, Ada Apa?
SELATPANJANG - Film yang berjudul 'Petang Megang' diputar dengan layar tancap dalam agenda nonton bareng (nobar), Rabu (30/3/2022) malam.
Film bergenre drama ini memang bisa menguras perasaan dan air mata ratusan penonton yang hadir memadati lapangan Futsal Dorak Selatpanjang.
Antusias masyarakat yang ingin menyaksikan film tersebut terbukti dengan ludesnya 200 karcis yang dijual seharga Rp 20.000 itu.
Penonton yang didominasi kaum perempuan ini seperti terbawa dan penasaran dengan alur cerita trailer yang ditulis M Syahren, S.Ip atau akrab sapa Bang Bero sekaligus yang menyutradarai.
Dalam sambutannya Bang Bero menyampaikan film yang diproduseri Melayu Lawak ini terinspirasi kisah nyata dari problematika yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti. Ceritanya seorang suami istri yang saat ini kehilangan pekerjaannya sebagai seorang pegawai honorer.
"Film Petang Megang ini adalah kondisi nyata yang kita hadapi saat ini. Saya dan istri dan kawan-kawan lainnya
yang bekerja sebagai pegawai honorer harus dirumahkan. Ditengah keadaan yang sulit apalagi menghadapi bulan Ramadan kita tidak tahu lagi harus mencari nafkah dimana. Ini bukan soal gaji namun kesempatan kerja yang pada hari ini kita ketahui daerah kita sangat minim lapangan pekerjaan," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Bang Bero juga mengatakan film ini juga bagian dari mengedukasi masyarakat, dimana hendaknya harus pintar dalam memilih pemimpin.
"Ini menjadi problem kita bersama, film yang dibuat ini juga bagian dari mengedukasi masyarakat pentingnya memilih pemimpin yang bisa berbuat terbaik bagi masyarakat bukan malah sebaliknya membuat susah masyarakat," ungkapnya.
Sebelum pemutaran film, penonton terlihat tertawa dan tersenyum sambil santai mengunyah cemilan. Namun lambat laun, film ini mampu mengubah suasana rileks menjadi serius, apalagi saat lampu dimatikan.
Belum separuh durasi yang diputar, film mulai mengaduk-aduk suasana hati warga yang hadir. Tidak hanya itu, film itu juga berhasil menggiring para penonton larut terenyuh membuat suasana mengharu biru tanpa pandang bulu, baik pria maupun wanita. Tidak sedikit diantara mereka yang bolak-balik menyeka air mata lantaran terharu dengan cerita yang ada di film tersebut.
Tak pelak, ketika film berakhir dan lampu kembali dihidupkan, terlihat banyak penonton berwajah sembab dengan mata yang memerah.
Secara singkat, sutradara M Syahren yang juga melakoni peran sebagai ayah yang bernama Usman tak kuasa menahan kesedihan tatkala kondisi rumah tangga mereka serba dalam keterbatasan saat menyambut bulan suci Ramadhan.
Ia pun tak ingin menampakkan kesedihannya, walaupun di dalam hati berat rasanya mengabulkan keinginan anaknya yang ingin makan daging rendang di malam pertama sahur.
Usman yang dulunya bekerja sebagai tenaga honorer tidak lagi bisa bekerja karena sudah dirumahkan, padahal itu merupakan sumber penghasilannya bersama istri, Zaenab.
Karena sudah tidak tahan dengan tekanan ekonomi, Usman pun meminta izin kepada istrinya pergi ke negeri Jiran Malaysia untuk bekerja sebagai TKI disana dengan memasuki lewat jalur gelap.
Mendengar hal itu, Zaenab pun berat untuk melepaskan kepergian suaminya. Namun Usman tidak punya pilihan, ia pun harus pergi mencari nafkah karena ada keluarga yang menjadi tanggungannya.
Ditengah perjalanan, kapal yang ditumpangi Usman dihantam badai dan gelombang hingga akhirnya tenggelam dan jasadnya pun tidak ditemukan. Sementara temannya yang selamat mengabarkan kepada istrinya. Mendengar kabar itu, Zaenab pun tidak kuasa menahan tangis terlebih lagi mengingat nasib anak kedua yang sedang dikandungnya.
Usai menonton, panitia juga membagikan door prize beras ukuran 5 kilogram kepada lima penonton yang beruntung dengan mengundi karcis yang disobek sebelum masuk.
Kepala Desa Banglas, Abdul Zaid yang hadir kala itu diminta langsung tanggapannya oleh panitia. Dia mengaku juga ikut terharu dan sempat berlinang air mata, ini pun mengaku sangat tersentuh mana kala melihat perjuangan sang ayah untuk membahagiakan keluarganya.
"Kesan yang saya dapatkan adalah pesan moral yang sangat berarti. Seorang ayah yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya ditengah kondisi seperti saat ini, bahkan rela sampai ia kehilangan nyawa, itu yang buat terenyuh," ungkap Abdul Zaid.
Penulis : Ali Imroen
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :