www.halloriau.com  


Ekonomi
BREAKING NEWS :
Disdukcapil Pekanbaru Tetap Buka Layanan Rekam e-KTP Besok dan Hari Pencoblosan
 
Menlu Turki: Palestina Merdeka atau Perang Dunia
Kamis, 26 Oktober 2023 - 05:29:56 WIB

DOHA – Para pemimpin dunia dalam beberapa hari belakangan mengomentari krisis di Gaza Palestina dalam berbagai forum. Salah satu peringatan paling keras disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan yang memperkirakan terjadinya perang dunia bila perdamaian tak tercapai di Palestina.

“Kita berada pada titik balik dalam sejarah. Entah kita akan mencapai perdamaian abadi atau perang dunia akan pecah,” kata Fidan selepas pertemuan dengan timpalannya, Menteri Luar Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di Doha, Qatar, kemarin.

Dilansir Aljazirah, ia menyerukan kepada semua pihak, pemangku kepentingan regional dan internasional, untuk mendengarkan akal sehat mereka. “Dan mereka yang mendorong Israel untuk melanjutkan kejahatannya juga harus bertanggung jawab. Jika kita tidak bertindak cepat, kita akan menghadapi hari-hari yang lebih kelam di masa depan.

Fidan menekankan, perdamaian yang bisa mencegah perang dunia hanya bisa dicapai jika Palestina diberi hak mereka untuk merdeka. Menurutnya, Israel harus menyadari bahwa mereka tidak bisa mencapai perdamaian dan keamanan dengan kekerasan.

“Kemenangan hari ini mungkin akan menyebabkan kekalahan di masa depan. Satu-satunya solusi adalah mendirikan negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata Fidan.

Krisis teranyar di Palestina sedianya sudah mulai mendidih sejak tahun lalu, saat Israel melakukan penyerangan-penyerangan di Tepi Barat dengan dalih memberangus milisi-milisi perlawanan Palestina. Ratusan orang Palestina gugur akibat penggerebekan di Nablus, Jenin, Hebron, dan wilayah lainnya di Tepi Barat.

Sementara, para pemukim ilegal Yahudi terus melebarkan wilayah mereka, difasilitasi pembangunan pemukiman di wilayah yang diakui dunia merupakan milik Palestina. Serangan para pemukim ini mengusir warga Palestina dari tanah mereka, juga mengakibatkan kehancuran hebat di desa-desa Tepi Barat seperti Huwara, awal tahun ini.

Berulang kali, pasukan Israel dan kelompok Yahudi fanatik merangsek masuk ke Masjid al-Aqsa yang sedianya merupakan hak eksklusif Muslim menurut status quo. Berbagai pihak telah mengingatkan bahwa gelombang kekerasan yang dipicu pasukan Israel dan pemukim ilegal itu bakal meledak tak terkendali jika tak dihentikan.

Peringatan itu jadi kenyataan saat kelompok Hamas menggelar Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 November lalu. Seribuan pejuang Hamas memasuki wilayah Israel dengan tujuan menyerang militer dan merebut sandera untuk dijadikan alat tawar. Pasukan Israel yang sempat tak terlihat di lokasi operasi pasukan Hamas kemudian tiba dan terlibat dalam baku tembak. Pihak Israel melaporkan sedikitnya 1.400 orang meninggal dan 222 diculik dalam serangan itu.

Israel juga langsung membalas secara brutal ke Gaza dalam operasi yang disebut banyak pihak sebagai genosida. Mereka mengebom tanpa pilih lokasi, menyebabkan kematian lebih dari 6.000 orang, lebih dari 2.000 adalah anak-anak. Israel juga memutus listrik, air bersih, dan bahan bakar ke Gaza, menambah sengsara wilayah yang sudah 16 tahun diblokade Israel itu.

Israel juga menyatakan tengah menyiapkan serangan darat dan telah menempatkan sekitar 300 ribu pasukan di perbatasan beserta alat tempur.

Operasi darat itu, merujuk the New York Times, akan menyebabkan pertempuran jalanan paling sengit sejak Perang Dunia II. Operasi di daerah kantong itu bisa memakan waktu "beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun".

Selain itu, New York Times juga memprediksi bahwa konflik akan dibarengi dengan serangan ke AS di Irak. Hal itu memaksa keterlibatan AS, dan lonjakan permintaan senjata, serta menambah gejolak situasi global. "Ini akan menjadi sangat buruk. Kota-kota jadi area pertempuran - mereka membuat segalanya jauh lebih sulit," kata ahli strategi militer AS Letnan Kolonel Thomas Arnold.

Menurut surat kabar itu, operasi di daerah kantong, Gaza itu menyeret penyebaran konflik ke Lebanon dan Iran. Peperangan memungkinkan terjadi di daerah-daerah yang padat penduduknya serta dapat mengakibatkan jatuhnya banyak korban sipil.

Sebelumnya, jurnalis Amerika peraih Hadiah Pulitzer, Seymour Hersh, mengatakan bahwa Israel berniat mengubah Kota Gaza menjadi Hiroshima, dengan perbedaan bahwa senjata nuklir tidak akan digunakan. Ia menjelaskan bahwa pasukan Israel dapat menggunakan bom-bom berpemandu buatan Amerika, yang dapat menembus hingga kedalaman 30-50 meter sebelum meledak.

"Bom canggih ini akan menghancurkan fasilitas-fasilitas bawah tanah Hamas yang digunakan untuk produksi senjata," kata Hersh.

Saat menghadiri debat terbuka Dewan Keamanan PBB (DK PBB) tentang Situasi Timur Tengah, termasuk Palestina, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres  melayangkan kritik tajam terhadap Israel atas aksi militernya di Jalur Gaza. Dia menilai, tindakan Israel yang melimpahkan hukuman kolektif terhadap masyarakat Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas tidak dapat dibenarkan.

Guterres mengatakan, selama 56 tahun Palestina menghadapi penjajahan yang mencekik dan menindas mereka. “Namun keluhan rakyat Palestina tidak bisa membenarkan serangan mengerikan yang dilakukan Hamas. Dan serangan mengerikan itu tidak bisa membenarkan hukuman kolektif (Israel) terhadap rakyat Palestina,” ujar Guterres.

Dalam sebuah pernyataan yang menohok Israel, ia menyatakan bahwa serangan Hamas tidak terjadi begitu saja tanpa sebab. “Penting juga untuk menyadari bahwa serangan Hamas tidak terjadi dari ruang kosong,” katanya.

Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen meradang terkait komentar itu. Cohen menunjuk-nunjuk Guterres dan meninggikan suaranya saat keduanya sama-sama hadir dalam Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB tentang Situasi Timur Tengah, termasuk Palestina, Selasa (24/10/2023).

“Bapak Sekretaris Jenderal, Anda tinggal di dunia apa?” ujar Cohen setelah Guterres menyampaikan pernyataannya dalam debat.

Lewat akun X-nya, Cohen kemudian mengumumkan bahwa dia membatalkan pertemuannya dengan Antonio Guterres. “Saya tidak akan bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB. Setelah pembantaian tanggal 7 Oktober, tidak ada tempat untuk pendekatan yang seimbang. Hamas harus dilenyapkan dari muka bumi,” tulis Cohen.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat, seperti yang dilansir dari republika. (*)



Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Proses perekaman data e-KTP.(ilustrasi/int)Disdukcapil Pekanbaru Tetap Buka Layanan Rekam e-KTP Besok dan Hari Pencoblosan
Direktur Eksekutif Indopol Survey Ratno Sulistiyanto.Survei Elektabilitas Nasir-Wardan Unggul di Kampar, Wahid-Haryanto Moncer di Pekanbaru
Tengku Azwendi, Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru (foto/int)Fraksi Demokrat DPRD Pekanbaru Perjuangkan Kenaikan Gaji THL
  Gedung Bawaslu RI.Bawaslu Ingatkan Pukul 00.00 Malam Ini Alat Peraga Kampanye Mulai Ditertibkan
Suzuki menawarkan promo menarik kepada konsumen di GJAW (foto/ist)Meriahkan GJAW 2024, Suzuki Indonesia Hadirkan Promo Menarik
Bawaslu Kabupaten Kepulauan Meranti melaksanakan Rakor pembersihan APKJelang Masa Tenang Pilkada 2024, Bawaslu Kepulauan Meranti Matangkan Persiapan Pembersihan APK
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Honda CDN Riau Kunjungi www.halloriau.com
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved