GELAP sedari tadi menjajah malam. Dua sampan besar bermuatan ratusan kotak suara membelah Sungai Kampar di Pulau Muda, Teluk Meranti, Pelalawan, pertengahan November lalu. Suara pecahan sungai yang terkenal dengan ombak Bono-nya itu, tertindih suara deru mesin yang membawa ratusan kotak suara Pilkada 2024.
Dua personil polisi yang menjaga di tiap kapal, dibantu TNI dan 2 penyelenggara Pemilu dari Kabupaten Pelalawan siap siaga menjaga puluhan kotak suara terbungkus terpal. Hitam semakin pekat dalam gelapnya malam. Dua sampan besar itu berjalan pelan beriringan, ikuti alur Sungai Kampar yang beriak deras.
Beberapa jam sebelumnya...
Lelah menggayut diguncang-guncang melintasi jalan berlubang bekas genangan banjir di Km 76-83 di Desa Kemang, Pangkalan Kuras, menuju Kecamatan Teluk Meranti dan Kuala Kampar dirasakan para personil TNI/Polri yang ikut pengawalan distribusi kotak suara ke dua kecamatan tersebut.
Meski banjir sudah lama hilang di ruas jalan di Desa Kemang tersebut namun konvoi kendaraan truk yang membawa logistik kotak suara harus tersendat jalannya. Pasalnya, jalan nasional yang semula mulus kini sudah terlihat berlobang-lobang, membuat mobil berjalan tertatih-tatih. Di sana-sini aspal terkelupas tak beraturan, membuat mobil-mobil yang antri harus melambatkan kendaraannya, dan itu makin menciptakan kemacetan bertambah panjang.
Di atas, langit kabupaten yang memiliki motto "Tuah Seiya Sekata" ini terang benderang. Sinarnya yang panas kembali menghangatkan kulit orang-orang, yang sudah lama dipeluk mendung. Konvoi kendaraan yang membawa 480 kotak suara untuk dua kecamatan terjauh di Kabupaten Pelalawan ini berbelok kanan, melibas tikungan-tikungan tajam di jalan ke arah Bunut, jalur jalan menuju Teluk Meranti dan Kuala Kampar.
Jelang sore, enam truk itu tiba di Teluk Meranti. Setelah istirahat sejenak, perjalanan menuju Kuala Kampar kembali dilanjutkan. Dari Kecamatan Teluk Meranti menuju Pelabuhan WKS milik PT. Arara Abadi, butuh waktu kurang-lebih 3 (tiga) jam.
"Jadi kalau ditotal perjalanan kami dari Gudang Logistik KPU di Pangkalankerinci sampai ke Penyalai itu 15 jam, Bang," kata Kanit Sabhara Kuala Kampar, Iptu. Hasoloan Samosir pada penulis, beberapa waktu lalu.
Tiba di dermaga WKS milik PT. Arara Abadi di penghujung senja, para personil TNI/Polri dibantu warga setempat mengangkut kotak suara menuju dua sampan yang ditambatkan di dermaga. Cahaya kuning keperakan matahari sore memantul berkilau dari permukaan Sungai Kampar, terasa menakjubkan lukisan alam Sang Esa, seolah menemani warga dan personil TNI/Polri bekerja mengangkut kotak suara menuju dua sampan besar.
Usai Isya, pekerjaan mengangkut semua kotak suara selesai. Waktu terus berjalan, persoalan lain kembali muncul. Ternyata, dua kapal pengangkut logistik kotak suara kandas karena air Sungai Kampar sedang surut.
"Kalau tak segera ambil tindakan, air akan makin surut sehingga kami bakal lebih susah untuk keluar dari dermaga. Akhirnya, kami meminta tolong alat berat perusahaan Arara Abadi yang ada di sekitar pelabuhan untuk mendorong kapal kami agar bisa segera berlayar. Jika tak didorong alat berat maka kami takkan bisa berlayar, paling hari besoknya lagi kami baru bisa berlayar, apalagi info dari penduduk setempat, malam nanti Bono akan datang. Jika masih disitu, maka habislah kami semua tersapu ombak Bono," terang Iptu Samosir dengan logat Batak-nya yang kental.
Ombak Bono merupakan fenomena alam unik yang ada di Kecamatan Teluk Meranti, dan ia menjadi tantangan tersendiri untuk pendistribusian kotak suara ke Kecamatan Teluk Meranti dan Kuala Kampar. Sapuan ombak Bono yang mencapai 40 Km/jam akan menyapu dan membabat habis semua yang berusaha menghadangnya, tak terkecuali dua sampan pengangkut logistik kotak suara.
Dari literatur yang ada, secara ilmiah ilmiah ombak Bono Sungai Kampar terjadi akibat pertemuan arus sungai yang mengalir menuju laut dengan arus laut yang memasuki sungai saat gelombang pasang. Kombinasi dari arus Sungai Kampar, Selat Melaka, dan Laut China Selatan memicu terjadinya ombak Bono yang dapat mencapai ketinggian 4-5 meter.
Sudah banyak cerita dan kisah mengenai fenomena langka ombak Bono ini, baik cerita yang menggoreskan prestasi pesurfer lokal dan luar negeri juga soal berbagai kisah menyedihkan gemuruh ombak Bono yang menelan korban jiwa.
Iptu Samosir yang pernah bertugas di Pulau Muda selama enam tahun, tahu persis fenomena ombak Bono ini dengan segala kedahsyatannya juga berbagai mitos yang melingkupi gulungan ombak yang kerap disebut Seven Ghost itu. Dan dia percaya dengan insting kearifan lokal yang dimiliki masyarakat setempat terkait hal ini.
Kata masyarakat, dua kapal pengangkut logistik kotak suara ini harus berangkat sebelum sungai benar-benar surut, dan itu harus diperhitungkan dengan tepat.
"Cepat keluar dari sini, nanti kalian tidak tahu alur. Itu saran dari masyarakat," kata Samosir menirukan kembali peringatan dari masyarakat setempat. "Kalau kandas dan kalian lama berlayar, datang ombak Bono, habis kalian semua!" sambung Samosir, menirukan kembali peringatan dari masyarakat yang diingatnya.
Dia melanjutkan, jadi sebelum benar-benar surut dan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, terpaksa dua kapal pengangkut logistik kotak suara itu didorong dengan alat berat agar keluar dari dermaga sungai yang sudah kandas.
"Saat kapal kami keluar dari sungai, kami masih menemukan alur sungai karena air masih tinggi. Tapi kapal tak bisa maksimal kecepatannya karena harus mencari alur agar jangan sampai kandas saat berlayar. Dari pengalaman yang sudah-sudah, biasanya jika kita tak cermat mencari alur Sungai Kampar maka kapal akan kandas. Jika kapal kandas dan Bono datang, selesai semuanya!" Suara Samosir terasa tegang saat berkata seperti itu.
Cerita Samosir berlanjut, dari dermaga WKS di Pulau Muda dua kapal pengangkut logistik kotak suara itu langsung ke Penyalai beriringan, melawan arus dan melawan gelombang hanya untuk menghindari agar tak berpapasan dengan ombak Bono. Tantangan rupanya tak berhenti sampai situ, karena tiba-tiba saja air dari langit yang turun tiba-tiba berubah menjadi deras. Penyelamatan mahkota suara pun secepatnya dilakukan.
Kotak suara atau mahkota Pilkada yang menjadi penentu suara seseorang duduk atau tidak dikursi yang diidam-idamkannya, harus benar-benar dijaga jangan sampai basah kena air. Bahkan tempias ombak pun harus dihindari agar jangan sampai terpercik mengenai kotak. Layaknya sebuah mahkota, ia harus dijaga, dikawal dan dilindungi meski nyawa sebagai taruhannya.
"Makanya, kapal kami jalannya sangat pelan, tak bisa maksimal. Kondisi alam yang kami hadapi benar-benar luar biasa, penuh tantangan dalam menjaga dan mengawal suara-suara rakyat ini. Alam tak bisa kita lawan hanya bisa disesuaikan saja, kita jalan pelan-pelan tapi pasti," kenangnya.
Diakui Samosir yang sudah bekerja selama dua tahun menjadi aparat kepolisian di Kuala Kampar dan mengenal karakter masyarakat, serta alam Kuala Kampar dengan fenomena ombak Bono-nya yang sampai ke daerah tersebut gelombangnya, pengalaman adalah guru yang terbaik dalam kehidupan.
"Karena itulah, sebagai perwira yang lama bertugas di daerah Kuala Kampar dan sekitarnya, saya diperintahkan Kapolres untuk mengawal distribusi logistik ini karena sedikit banyak mengenal alam Teluk Meranti dan Kuala Kampar beserta ombak Bono-nya," kata Samosir, tanpa bermaksud menyombongkan diri.
Pengawalan, pengamanan serta pendistribusian logistik di wilayah perairan seperti di Teluk Meranti dan Kuala Kampar, memang harus lebih ekstra keras. Para personil tak hanya berjibaku dengan medan yang menantang, juga kondisi alam yang tak bisa diprediksi menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.
Ini disampaikan Kapolsek Kuala Kampar, AKP. Rino Handoyo, S.H, pada penulis, akhir Oktober lalu. Dari mulai angkut di Gudang Logistik KPU di Kabupaten Pelalawan sampai di Kuala Kampar pendistribusian logistik dari PPK ke PPS ternyata harus menghadapi musim angin utara dan pasang keling.
"Sama dengan ombak Bono, musim angin utara itu juga ditakuti para nelayan karena harus menghadapi ombak besar. Butuh tantangan dan nyali juga, karena jika tidak ya sama terhempas juga kapal yang membawa kotak suara itu," kata Kapolsek kelahiran Dumai tahun 1979 ini.
Dia menjelaskan, ada enam desa terjauh di Kuala Kampar dimana tiga desa yakni Sungai Mas, Sokoi dan Serapung berada di pulau terluar yang harus menggunakan transportasi laut. Bayangkan saja, untuk menuju desa yang terjauh yakni Serapung, dibutuhkan waktu empat (4) baru sampai ke desa dari Pulau Mendul.
"Tantangan para personil saat distribusi logistik kotak suara benar-benar luar biasa. Mulai jalur yang ekstrim, musim angin utara, pasang keling untuk distribusi logistik ke desa terluar, hujan yang terus mengguyur saat distribusi hingga kotak suara diteduhkan ke rumah masyarakat agar jangan sampai rusak. Belum lagi distribusi di wilayah daratan, dimana di sejumlah TPS distribusi tak bisa bisa menggunakan sepeda motor karena jalur jalan yang licin sehingga dilangsir dengan diangkut petugas dari PPS ke TPS," katanya.
Meski begitu, bagai adagium yang mengatakan bahwa jerih payah kerja keras takkan pernah mengkhianati hasil akhir. Apa yang dilakukan para personil Polri bersinergi dengan TNI, Forkompincam dan penyelenggara pemilu tingkat kecamatan dan desa menghasilkan jumlah partisipasi pemilih yang tinggi di Kuala Kampar.
"Dengan segala kondisi yang ada serta cuca yang terjadi di saat hari H pencoblosan, partisipasi pemilih alhamdulillah tinggi. Dari DPT Kuala Kampar yang berjumlah 13.625, hitungan kita diprediksi ada 8000 sekian yang menggunakan hak suaranya, hampir 67 persen masyarakat yang memilih," kata mantan Kapolsek Tembilahan Hulu di Inhil ini.
Di sinilah point cooling system yang dinarasikan Polri jauh-jauh hari dilakukan oleh Kapolsek Kuala Kampar, AKP. Rino Handoyo, S.H, yang tak bosan-bosannya melakukan edukasi sekaligus himbauan ke masyarakat agar dapat menggunakan hak suaranya untuk Indonesia yang lebih baik lagi serta tidak golput.
"Dengan segala kondisi dan tantangan medan yang begitu ekstrim, kami tetap harus mengawal dan menjaga agar Pemilu yang dilaksanakan di Kuala Kampar ini berjalan dengan aman dan damai. Dan alhamdulillah, sampai saat ini semuanya berjalan dengan lancar dan terkendali," tukasnya.
Penulis: Andi Indrayanto
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :