Setelah 2 Tahun
Kematian Massal 25 Ton Ikan di Danau Maninjau, Kerugian Ratusan Juta Rupiah
Sabtu, 18 Januari 2025 - 23:34:56 WIB
|
Fenomena kematian massal ikan kembali melanda Danau Maninjau, Agam, Sumbar (foto/tribunpadang) |
Baca juga:
|
AGAM - Setelah sempat reda selama dua tahun, fenomena kematian massal ikan kembali melanda Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumbar. Sebanyak 25 ton ikan yang dibudidayakan di Keramba Jaring Apung (KJA) ditemukan mengapung sejak Rabu (15/1/2025) hingga Jumat (17/1/2025), dengan total kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira, menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi akibat perubahan cuaca ekstrem dan badai yang melanda kawasan Danau Maninjau dalam sepekan terakhir. "Badai dan perubahan cuaca menyebabkan sulfur, sisa pakan ikan, serta feses di dasar danau naik ke permukaan. Akibatnya, kadar oksigen di air menurun drastis, sehingga ikan tidak dapat bertahan hidup," ungkap Rosva pada Sabtu (18/1/2025).
Fenomena ini mencatat kerugian besar bagi 13 pembudidaya ikan yang mengelola 35 petak KJA di Nagari Bayua. Hingga Sabtu, pihaknya bersama Penyuluh Perikanan Lapangan (PPL) terus melakukan pendataan di lapangan untuk memastikan jumlah kerugian tidak bertambah.
Rosva mengungkapkan bahwa kematian massal ikan dalam skala besar terakhir kali terjadi pada tahun 2022, saat ratusan ton ikan juga ditemukan mengapung di permukaan danau. "Sejak kejadian tersebut, para pembudidaya lebih berhati-hati dalam menebar benih ikan. Mereka cenderung menunggu kondisi perairan lebih stabil agar risiko kerugian dapat diminimalkan," jelasnya.
Namun, kondisi cuaca yang tidak menentu membuat pembudidaya kembali menghadapi situasi sulit. Permukaan air Danau Maninjau sering kali berubah warna menjadi hijau atau putih, menandakan adanya gangguan keseimbangan ekosistem.
Pemerintah daerah, melalui Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan, telah mengimbau para pembudidaya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan cuaca. "Kami terus memberikan edukasi dan pendampingan agar para pembudidaya tidak menebar benih ikan secara sembarangan, terutama saat cuaca tidak bersahabat," tambah Rosva dikutip dari tribunpadang.
Kematian 25 ton ikan ini diperkirakan menyebabkan kerugian finansial yang cukup besar bagi para pembudidaya. Setiap ton ikan memiliki nilai ekonomi yang signifikan, dan peristiwa ini menjadi pukulan berat bagi mereka yang menggantungkan hidup dari sektor perikanan Danau Maninjau.
Pemerintah daerah kini tengah mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk mengurangi risiko berulangnya fenomena serupa, termasuk dengan pemantauan kualitas air dan pemberian peringatan dini kepada pembudidaya. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :