JAKARTA – Emiten sawit grup Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) ikut kena untung dari penguatan harga komoditas minyak kelapa sawit di masa pandemi.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan kuartal III/2021, emiten bersandi AALI ini mencatat pendapatan sebesar Rp7,2 triliun atau naik 23,9 persen dari kuartal sebelumnya, dan naik 69,3 persen year on year (yoy).
“Artinya total pendapatannya mencapai sebesar Rp18,0 triliun atau naik 35,2 persen yoy di pada tiga kuartal tahun ini, jumlah tersebut berada di atas perkiraan kami dan konsensus pada 81,7 persen dan 84,6 persen masing-masing,” jelas Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap dalam riset, dikutip Minggu (31/10/2021), seperti yang dilansir dari bisnis.
Pendapatan AALI sendiri selama sembilan bulan berjalan tahun ini didorong oleh harga penawaran rata-rata (ASP) yang lebih tinggi mengimbangi volume penjualan CPO yang lebih rendah sebesar 1,0 juta ton atau turun 6,2 persen yoy.
AALI juga membukukan laba bersih Rp820 miliar atau naik 71,8 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (qoq) atau naik 330,0 persen yoy, dan membawa laba bersih selama sembilan bulan menjadi Rp1,5 triliun atau naik 152,2 persen yoy.
“Jumlah ini juga di atas perkiraan kami dengan kenaikan di 111,6 persen dan konsensus di 86,0 persen. Kami mencatat bahwa kerugian AALI dari kontrak komoditas forward kemungkinan tidak lagi terjadi di kuartal III/2021,” tulisnya.
Di sisi operasional, produksi tandan buah segar (TBS) tercatat lebih rendah menjadi 3,4 juta ton atau turun 1,1 persen yoy pada sampai dengan September 2021. Seiring dengan penurunan produksi TBS, pembelian TBS dari pihak ketiga meningkat menjadi 2,5 juta ton atau naik 38,3 persen. Oleh karena itu, produksi CPO meningkat menjadi 1,1 juta ton atau naik 10,3 persen yoy pada tiga kuartal 2021.
Berbeda dengan angka produksi CPO, volume penjualan CPO tercatat lebih rendah pada tiga kuartal tahun ini, turun sebesar 6,2 persen YoY. Hal ini disebabkan alokasi CPO lebih banyak untuk produk olahan seperti stearin dan PFAD, karena pungutan dan pajak produk olahan masih rendah.
Selain itu, AALI juga mencatat penurunan aktivitas penanaman kembali sebesar 3.840 Ha atau turun 27,5 persen YoY pada 9M21.
“Kami merevisi asumsi harga CPO global kami di untuk setahun penuh 2021 dan 2022 menjadi 4.372 ringgit per ton untuk 2021 dari sebelumnya 3.700 ringgit per ton, dan 4.100 per ton untuk 2022 dari sebelumnya di 3.400 ringgit per ton,” tambahnya.
Oleh karena itu, Mirae Asset juga merevisi perkiraan laba bersih untuk setahun penuh 2021 dan 2022 AALI masing-masing sebesar 70,8 persen dan 39,5 persen, menjadi Rp2,3 triliun atau naik 170,1 persen yoy dan Rp1,7 triliun atau turun 25,6 persen yoy.
“Kami mempertahankan rekomendasi beli kami di AALI dengan target harga yang lebih tinggi 12.700 dari sebelumnya di 10.700,” imbuhnya.
Adapun, rekomendasi didorong oleh hasil TBS tertinggi, area tanam tertinggi, dan outlook positif harga CPO pada sepanjang 2021. Adapun, risiko yang membayangi ke depan antara lain harga CPO yang lebih rendah dari perkiraan dan adanya kemungkinan perubahan regulasi.
Di lantai bursa, saham AALI terakhir mencatatkan kenaikan 700 poin atau 6,98 persen ke 10.725. Sepanjang tahun ini, saham AALI turun 12,98 persen. Namun, jika dibandingkan dengan setahun lalu, saham AALI naik tipis 2,14 persen. *
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)