GAPKI Ramal Produksi Minyak Sawit RI Bakal Stagnan di 2024
Rabu, 28 Februari 2024 - 07:36:39 WIB
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memprediksi industri minyak sawit masih harus menghadapi berbagai tantangan di 2024. Ketua Umum GAPKI Eddy Martono bahkan mengungkapkan, produksi dan produktivitas industri sawit akan relatif stagnan dan cenderung turun pada tahun ini.
Namun demikian Eddy memproyeksi pada 2024, produksi minyak sawit masih berpeluang naik sekitar 5%. Diterangkan produksi minyak sawit Indonesia di 2023 tumbuh 7% dibandingkan tahun lalu yaitu 51,24 juta ton menjadi 54,84 juta ton.
"2024 memang kondisinya stagnan, tapi paling tidak kita masih bisa kalau 5% ya tumbuh, GAPKI masih yakin ada pertumbuhan sekitar 5% juga nanti 2024," jelasnya dalam konferensi pers Syukuran Ulang Tahun GAPKI ke-43 tahun, di Ayana Midplaza, Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Dikatakan Eddy, hal itu dipengaruhi oleh konsumsi dalam negeri yang terus meningkat (pangan, biodiesel, oleochemical), volume ekspor cenderung menurun hingga realisasi peremaan sawit rakyat (PSR) yang sangat rendah.
Diakui Eddy, tantangan yang dihadapi industri sawit pada 2024 salah satunya kampanye negatif yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri misalnya, kampanye negatif berupa adanya buku-buku pendidikan dan media sosial yang negatif terhadap sawit. Sementara dari luar negeri, yaitu diskriminasi sawit melalui EU Deforestasi.
"Kampanye negatif masih terus berlanjut, sawit merambah hutan, dari luar negeri EU juga terus berubah. Ini kita terus hadapai kita bersama Pemerintah kita tidak sendiri untuk menghadapi kampanye-kampanye ini," tegas Eddy.
Eddy menambahkan, tantangan kedua yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha, seperti banyaknya peraturan dan instansi yang tertib dalam industri kepala sawit.
"Gapki mencatat, lebih dari 31 Kementerian dan Lembaga yang mengatur dan terkait dengan industri kelapa sawit," imbuhnya.
Menurut Eddy, hal itulah yang kemudian menyebabkan tumpang tindih aturan soal industri kelapa sawit nasional. Selanjutnya kebijakan yang mudah berubah. Salah satu contohnya yaitu kasus minyak goreng yang terjadi pada awal 2022 lalu.
"Perkebunan kelapa sawit yang teridentifikasi dimasukan kawasan hutan seluas 3,4 juta Ha (sudah tertanam, punya perizinan dan HGU), hal ini dapat berdampak pada penurunan luas areal dan produksi sawit," ujar Eddy.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Gapki, Hadi Sugeng mengatakan, bahwa adanya El Nino pada pertengahan 2023 lalu tidak berpengaruh signifikan pada produksi sawit tahun ini. Namun demikian diakuinya, El Nino telah menyebabkan keterlambatan panen pada pertengahan 2023.
"El Nino tahun lalu itu kategori moderat dan tidak relatif mempengaruhi terhadap produksi di 2024. Kita masih yakin produksi masih bisa naik 5%," tutup Hadi, seperti yang dilansir dari sindonews. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :