Pungutan Ekspor Sawit Gratis Diperpanjang Sampai Akhir Tahun 2022, Begini Kata Petani
PEKANBARU - Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, Senin (31/10/2022) lalu mengumumkan kebijakan menggratiskan pungutan ekspor (PE) atau levy, diperpanjang hingga akhir Desember 2022 dengan tujuan mendongkrak harga TBS sawit.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Dr Gulat Medali Emas Manurung menuturkan, langkah itu keputusan positif, namun saja implementasinya yang tidak sampai ke petani.
"Kebijakan ini memang sangat diharapkan petani sawit dan cukup menarik. Dan berbeda pada rapat lanjutan levy kali ini, karena disinggung mengenai distribusi pendapatan atau nilai tambah, dampak di-nol kannya levy pada rantai industri sawit," kata Gulat, Kamis (3/11/2022).
Gulat mengatakan, nilai tambah itu merupakan hak bagi petani sawit. Namun, kenyataannya, skema tarif levy yang saat ini digratiskan tidak memberikan dampak signifikan kepada sektor hulu, yakni kenaikan harga TBS. Karena kenaikan yang terjadi saat ini tidak sesuai dengan besaran levy, yakni $200/ton.
"Cara menghitungnya sederhana, bandingkan harga TBS dan CPO sebelum kebijakan ini diterapkan dan harga sekarang. Seharusnya, harga TBS itu terdongkrak naik sebesar levy itu," ujarnya.
Dia mengakui, saat ini memang terjadi kenaikan harga TBS. Namun menurutnya, kenaikan harga ini bukan terjadi karena levy yang digratiskan, melainkan karena harga CPO dunia memang tengah naik.
"Harga CPO dunia saat ini memang tengah naik, di angka Rp12.500-12.850/kg CPO. Dimana sebelum tarif levy digratiskan, yakni sebelum 15 juli 2022, harga CPO hanya Rp10.200-11.200/kg CPO," bebernya.
Gulat menerangkan, per 1 November 2022 kemarin, menurut data posko harga TBS DPP APKASINDO, rata-rata harga TBS di 22 Provinsi APKASINDO untuk petani swadaya adalah Rp1.850-1.950/kg dan petani bermitra Rp2.200-2.600/kg.
"Harga TBS di petani bermitra ini memang sesuai dengan harga konversi 21 persen dari harga CPO per hari ini. Namun tidak demikian dengan harga petani swadaya," imbuhnya.
Alumnus program Doktoral Ilmu Lingkungan Universitas Riau (Unri) itu juga membeberkan betapa jauhnya keuntungan yang diperoleh petani dan perusahaan dari setiap TBS yang dijual.
Hasil perhitungan Apkasindo, kata dia, untuk setiap kg CPO, petani hanya mendapatkan margin Rp250 per kg CPO, sedangkan PKS mendapatkan Rp2.500 per kg CPO yang diolahnya.
"Oleh karena itu, perlu komitmen berbagi beban dan berbagi untung antara sektor hulu dan hilir. Menjaga keseimbangan margin sektor hulu dan hilir, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlanjutan sawit indonesia," sebutnya.
"Dan keseimbangan ini akan membantu indonesia terhindar menjauh dari resesi dunia yang sudah di depan mata. Tanpa berbagi tersebut, jangan harap tujuan dari levy nol dapat tercapai sebagaimana harapan Menko ekonomi," tutupnya.
Penulis: Bayu Derriansyah
Editor: Barkah
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :