www.halloriau.com


Ekonomi
BREAKING NEWS :
Cegah Kecelakaan di Libur Nataru, Polres Pelalawan Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Pos PAM Km 55
 
Anggap Wajar, Zulhas Ungkap Biang Kerok Petani Jual Sawit ke Malaysia
Selasa, 05 Juli 2022 - 07:33:08 WIB

JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengungkap penyebab petani Indonesia banyak yang menjual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ke Malaysia. Menurutnya, karena harga TBS di dalam negeri tengah anjlok.

"Wajar dong (petani jual ke Malaysia) di sana harganya mahal Rp 4.500 per kilogram. Kita cuma Rp 1.000 sampai Rp 1.200/kg. Tentu itu karena ada kebijakan kemarin berdampak ke sana," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Senin (4/7/2022).

Kemudian, penyebab anjloknya harga TBS disebut karena pasokan di pabrik kelapa sawit (PKS) sudah terlalu banyak. Karena itu pengusaha sawit tidak bisa membeli TBS petani.

"Bagaimana harga TBS naik? Maka pertama langkah kita PKS-PKS membeli Rp 1.600/kg itu perintah Mendag paling murah. Nah sekarang masih terjadi problem tangki masih penuh, sehingga pabriknya gak bisa beli. Tangki penuh karena nggak bisa ekspor. Ini sudah terealisasi setengah (ekspor). Jadi perlu penyesuaian konsumen perlu waktu. Pabrik belum operasi, tangki penuh, korban petani sawit TBS Rp 1.000 sampai Rp 1.200," jelasnya.

Oleh sebab itu, Zulhas lebih lanjut mengatakan pihaknya tengah mempercepat ekspor untuk pengusaha sawit. Percepatan itu dengan cara menaikkan jatah ekspor pengusaha yang tadinya 1:5 menjadi 1:7.

"Kita lakukan percepatan agar lancar lagi. Mudah-mudahan ini beberapa waktu ini lancar untuk mempercepat itu DMO 1:7. Jadi saya kira sudah semua kebijakan-kebijakan itu," tutupnya, seperti yang dilansir dari detik.

Untuk hitungannya, misalnya digambarkan bahwa produsen sawit memenuhi kebutuhan dalam negeri 1.000 ton CPO. Dengan aturan lama, jika sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri itu (DMO) maka perusahaan bisa ekspor 5.000 ton.

Kemudian, jika jatah ekspor ditambah jadi 1:7, maka perusahaan bisa ekspor lebih tinggi. Misalnya sudah memenuhi kebutuhan 1.000 ton maka, bisa ekspor CPO 7.000 ton. Perbandingan 1 banding 5 atau banding 7 merupakan pengalinya.

Dengan mempercepat dan menambah jatah ekspor, harapannya tangki CPO akan berkurang dan bisa menampung lagi sawit dari petani. Jika tangki pabrik kelapa sawit sudah kosong, Zulhas bilang otomatis harga TBS akan naik.

"Diharapkan kalau tangki kosong pabrik beli lagi (TBS)," tuturnya.

Petani Ramai-ramai Jual Sawit ke Malaysia
Viral di media sosial Instagram, video petani ramai-ramai menjual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ke Malaysia. Dalam video itu, petani mengirim menggunakan sampan atau perahu kayu dan truk.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan, hal itu dilakukan oleh petani sawit di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara.

"Itu bukan hoax, itu benar terjadi. Petani menjual TBS ke Malaysia menggunakan alat transportasi seadanya bertaruh nyawa. Ini masalah perut, mereka juga harus berpikir untuk keluarga," tuturnya, Senin (4/7/2022).

Meski begitu, Gulat mengakui bahwa tindakan yang dilakukan oleh petani sawit tidak diizinkan oleh peraturan negara.

"Sekalipun itu tidak diizinkan secara peraturan negara. Tetapi ini masalah perut," lanjutnya.

Alasan petani menjual TBS ke Malaysia, karena banyak pabrik kelapa sawit (PKS) yang sudah tidak menerima TBS dari petani. PKS sendiri tidak menerima TBS karena pasokan sudah penuh dan tidak mampu lagi menampung.

"Banyak pabrik di sana menolak TBS dan sebagian besar pabriknya sudah tidak lagi beroperasi. Karena itu tangki CPO belum turun. Ekspor belum sama sekali (lancar)," lanjutnya.

Selain alasan pabrik TBS di Indonesia penuh, harga juga menjadi pertimbangan. Harga TBS di Malaysia itu sekitar Rp 4.800/kg, sedangkan di Indonesia khususnya di Kalimantan hanya Rp 800 sampai Rp 1.100/kg.

Sementara ini, menurut Gulat tidak ada perusahaan yang membeli TBS petani seharga Rp 1.600/kg, seperti yang diimbau Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

"Mereka kan juga berhitung, kalau dibeli Rp 1.600/kg harga CPO harus Rp 9.000, sementara CPO kita Rp 7.000, tumpur mereka dong. Mana ada perusahaan mau rugi," jelasnya.

"Imbauan itu (Rp 1.600) kami berterima kasih, tetapi itu bukan solusi untuk saat ini, solusinya bagaimana memperlancar ekspor supaya berputar," tutupnya.*



Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Pemeriksaan kesehatan secara gratis dilakukan di Pos PAM Km 55 Kota Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan (foto/Andy)Cegah Kecelakaan di Libur Nataru, Polres Pelalawan Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Pos PAM Km 55
Komisi III DPRD temukan banyak kejanggalan di RSD Madani Pekanbaru (foto/detiksumut)RSD Madani Ditemukan Penuh Kejanggalan, DPRD Pekanbaru: THL 600, Pasien 50 Orang
Tempat hiburan malam dilarang beroperasi lewat pukul 00.00 WIB.(foto: int)Pemko Pekanbaru Larang Operasional Tempat Hiburan Malam di Atas Jam 00.00 saat Malam Tahun Baru 2025
  Ilustrasi hotspot masih terdeteksi di Riau (foto/int)Masih Sering Diguyur Hujan, Hotspot Riau Terdeteksi Cuma 2 Titik
Kenaikan volume kendaran di Tol Pekanbaru-XIII Koto Kampar selama libur Nataru (foto/int)Lonjakan Kendaraan Saat Libur Nataru: Tol Pekanbaru-XIII Koto Kampar Catat Kenaikan Tertinggi
Wamn ESDM saat meninjau SPBU di Jalan SM Amin Pekanbaru.(foto: tribunpekanbaru.com)Wamen ESDM Tinjau Distribusi BBM di Riau, Pastikan Stok Aman saat Libur Nataru 2024-2025
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
DPMPTSP Riau-PT BSP Permudah Perizinan Pelaku Usaha UMKM
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved