PEKANBARU - Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit periode 26 Agustus- 01 September mengalami kenaikan pada setiap kelompok umur. Jumlah kenaikan terbesar terjadi pada kelompok umur 10-20 tahun sebesar Rp10,01/Kg dari harga minggu lalu. Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu kedepan naik menjadi Rp2.012,58/Kg.
Kepala Dinas Perkebunan Riau Zulfadli melalui Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Defris Hatmaja mengatakan, kenaikan harga TBS ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Untuk faktor internal, naiknya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga jual CPO dan kernel dari seluruh perusahaan yang menjadi sumber data.
"Untuk harga jual CPO, PTPN V mengalami kenaikan harga sebesar Rp22,57/kg, Sinar Mas Group mengalami kenaikan harga sebesar Rp79,00/Kg, PT Astra Agro mengalami penurunan harga sebesar Rp70,00/kg, PT. Asian Agri Group mengalami kenaikan harga sebesar Rp9,97/Kg dari harga minggu lalu," katanya dikutip dari riaupos.
Sedangkan untuk harga jual kernel, PT Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp96,00/Kg, dan PT Citra Riau Sarana mengalami kenaikan harga sebesar Rp24.34/Kg dari harga minggu lalu.
Sementara dari faktor eksternal, kenaikan harga TBS minggu ini karena output CPO Malaysia pada Juli 2020 turun 4 persen dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 1,8 juta ton, meskipun negara itu memasuki puncak musim produksi.
"Persediaan minyak sawit Malaysia juga turun hampir 11 persen secara bulanan menjadi 1,69 juta ton pada akhir Juli 2020. Adapun, rilis data produksi dan ekspor itu mencuat bersamaan dengan prospek pemulihan permintaan di beberapa negara konsumen utama CPO, seperti China dan India, yang kembali meningkat," ujarnya.
Selain India, lanjut Defris, India dikabarkan akan segera mengangkat kebijakan lockdown-nya sehingga mencerahkan prospek permintaan yang selama ini tidak begitu baik. Sedangkan di China yang terus memberikan sinyal pertumbuhan ekonominya semakin membaik juga diyakini siap memborong CPO untuk memenuhi kebutuhan yang tertunda selama lockdown pada kuartal I/2020.
"Belum lagi, indeks dolar AS yang mulai kembali menguat sehingga melemahkan ringgit dan membuat CPO menjadi lebih murah bagi investor dengan denominasi mata uang asing lain. Adapun, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama berada di level 93,138," jelasnya. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :