Provinsi Riau merupakan daerah penghasil kelapa sawit yang memberikan banyak peranan penting untuk perekonomian masyarakat. Banyak kepala keluarga yang menggantungkan hidupnya sebagai profesi petani sawit.
Luas perkebunan kelapa sawit di Riau mencapai sudah lebih dari 2 juta hektar, otomatis dengan luas perkebunan sebesar itu tentu saja dapat meningkatkan perekonomian serta pendapatan masyarakat di daerah Riau.
Tanaman kelapa sawit masih memiliki dampak ekonomi ganda (Multiplier effect) yang besar di Riau. Hampir semua garis kehidupan masyarakat di daerah ini diuntungkan dengan pengembangan komoditas sawit. Apakah ekonomi di Riau bisa tanpa sawit? jawabannya adalah tidak. Karena sawit telah memberikan dampak terhadap percepatan pembangunan ekonomi masyarakat dalam upaya mengetaskan kemiskinan. Salah satu indikatornya yaitu usaha tani kelapa sawit yang telah dapat mengurangi ketimpangan pendapatan.
Riau memang sebuah negeri yang kaya. Kekayaannya meliputi dibawah bumi minyak, diatas bumi pun ada minyak, namun minyak dibawah bumi yang diartikan sebagai minyak bumi suatu saat pasti akan habis karena potensinya yang terbatas, dan minyak diatas bumi yang diartikan sebagai sawit akan terus ada dan berkembang.
Secara ekonomi, pengembangan perkebunan sawit di bumi Lancang Kuning pada saat ini sangat menguntungkan bagi masyarakat dan menjadikan masyarakat yang tadinya dari golongan bawah, dengan adanya perkebunan kelapa sawit bisa menjadikan mereka menjadi golongan masyarakat menengah. Hal inilah yang terjadi di daerah Riau sebagai daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia, sehingga para petani kelapa sawit di Riau dapat meningkatnya pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan secara langsung kelapa sawit ini dapat mensejahterakan masyarakat di Riau.
Selain itu, pendapatan petani kelapa sawit tersebut bersifat berkelanjutan (sustainability income). Pendapatan petani kelapa sawit bukan hanya dari kegiatan pertanian musiman seperti petani tanaman pangan yang pendapatannya dapat befluktuasi setiap musim. Pendapatan petani kelapa sawit relatif stabil bahkan cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya umur kebun sawit
Pada saat ini kelapa sawit merupakan komoditas andalan dan menjadi primadona di Indonesia. Dalam satu abad, Indonesia telah berkembang menjadi penghasil minyak sawit Dunia. Permintaan dunia terhadap minyak sawit diperkirakan akan semakin meningkat dimasa depan. Sawit menawarkan prospek ekonomi yang paling menjanjikan di Indonesia. Produksi minyak sawit dunia diperkirakan meningkat 32% menjadi hampir 60 juta ton pada tahun 2020.
Perkebunan kelapa sawit memiliki peran penting dalam perekonomian nasional melalui kontribusi dalam pendapatan nasional dan penyediaan lapangan pekerjaan. Dalam hal ini kelapa sawit sangat berperan dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat salah satunya di Riau.
Banyak yang sukses dengan adanya mereka mengembangkan perkebunan sawit, mulai dari masyarakat paling bawah, sampai dengan konglomerat yang hidupnya mewah.
Dimana baru-baru ini Forbes merilis daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Hasilnya, ada nama-nama baru, salah satunya Cilliandra Fangiono.
.
Cilliandra Fangiono adalah pengusaha asal Riau yang juga putra dari pengusaha sawit kaya asal Riau, Martias yang tak lain adalah pemilik PT Surya Dumai.
Namanya memang tidak begitu akrab di telinga, namun pria ini tercatat memiliki harta sebesar US$1,37 miliar atau setara dengan Rp19,30 triliun.
Salah satu penyumbang kekayaannya diperkirakan dari lahan sawit yang dikelolanya, yang diperkirakan sekitar 200 ribu hektare.
Dengan kekayaan sebesar itu, dia tercatat sebagai orang terkaya termuda di Indonesia. Cilliandra Fangiono menempati posisinya sebagai orang terkaya ke-23 di Indonesia.
Sosok sukses dari kalangan bawah lainnya adalah Bikrizan.
Beberapa tahun silam, Bikrizan tidak yakin bagaimana cara menafkahi keluarganya.
Kini, berkat dari menanam sawit dan program kemitraan dan pelatihan dari perusahaan, ia pun sudah bisa menghidupi istri dan kedua anaknya dan hidup berkecukupan.
Saat ini, usaha perkebunan kelapa sawitnya di Pelalawan, Riau, sudah berkembang dua kali lipat, sehingga ia bisa memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anaknya.
“Berkat Sawit, kini saya punya tujuan hidup, saya tahu bagaimana cara untuk menghidupi keluarga dan saya yakin saya mampu memenuhi kebutuhan mereka," katanya.
Bikrizan merupakan warga asli dari Kampung Baru, Ukui, Pelalawan yang mendapatkan lahan dari warisan orang tua dan kakek-neneknya. Meskipun begitu, ia sadar jika ia tidak bisa menerima lahan tersebut begitu saja. Ia berusaha untuk mengolah lahan tersebut, sehingga bisa memiliki manfaat lebih baik keluarganya, maupun orang-orang di sekitarnya.
"Hanya karena keluarga saya telah tinggal dan memiliki lahan di sini selama beberapa generasi, bukan berarti kami akan sepenuhnya hidup nyaman. Masih banyak saudara-saudara saya yang terjerat dalam kemiskinan tanpa adanya pemasukan yang stabil," katanya.
Dahulu, Bikrizan mencari nafkah untuk keluarganya dengan cara membakar hutan. "Kami dulu membakar hutan untuk membuka lahan. Setelah ditanami dan dikelola selama beberapa saat, kami meninggalkannya dan kemudian membuka lahan baru, begitu terus," ia bercerita. Kemudian, ia sadar akan bahaya pembakaran hutan bagi lingkungan dan efek asap terhadap wilayah di sekitarnya.
Orang tua Bikrizan mulai menanam kelapa sawit pada awal tahun 1990. Meskipun lahan sawit memang sangat menguntungkan, namun pasokannya sangat sulit diandalkan. Bikrizan bercerita saat itu, ia sangat kesulitan mendapatkan hasil panen.
Di tahun 2012, Bikrizan memutuskan untuk mengikuti pelatihan yang dilakukan salah satu perusahan sawit terbesar di Riau.
Dalam pelatihan tersebut, ia mendapatkan pelatihan mengenai keuangan dan manajerial untuk perkebunannya. Ia juga mendapatkan benih dari sana sebagai modal. Produksinya pun saat ini menjadi lebih tinggi dan tidak tergantung lagi pada masalah hama atau cuaca.
"Produksi perkebunan saat ini menjadi lebih tinggi dua kali lipat dan pendapatan semakin naik. Dulu, saya hanya bisa memanen 1-2 ton per hektar, namun setelah mendapatkan pelatihan sekarang hasil perkebunan naik menjadi 4-5 ton per hektar. Penghasilan saya juga naik menjadi 2-4 juta rupiah per bulan," lanjutnya.
Untuk Bikrizan, hidup tidak pernah lebih baik sebelumnya. Sekarang semua telah berubah.
"Setiap hari saya pergi bekerja dengan hati yang gembira, saya tahu apa yang bisa saya dapatkan. Keluarga saya bahagia dan saya pun dapat merencanakan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak saya. Saya harap kami akan memiliki masa depan yang cerah, "katanya.
Kelapa sawit diprediksi akan terus tumbuh dan berkembang, bahkan pemerintah saat ini mulai menjadikan kelapa sawit sebagai salah satu komoditas strategis, lantaran memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia.
Selain itu, upaya pemerintah Provinsi Riau juga tampak dalam mengembangkan perkebunan sawit. Dimana pada tahun 2020, Provinsi Riau mendapatkan jatah luas perkebunan kelapa sawit yang akan direplanting sebanyak 24 ribu hektare. Sebanyak 24 ribu hektare tersebut dibagikan untuk 10 daerah di Riau, kecuali Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Plt Kepala Dinas Perkebunan Riau, Ahmad Syahharofie mengatakan, jatah bantuan replanting seluas 24 ribu hektare tersebut diberikan dalam bentuk uang langsung kepara petani. Di mana, satu hektare lahan diberikan bantuan dana sebesar Rp 25 juta. Maksimal satu kepala keluarga mendapatkan bantuan Rp100 juta atau empat hektare.
“Dari pemerintah pusat Riau diberi jatah 24.500 hektare, namun setelah dihitung hanya bisa direalisasikan sebanyak 24 ribu hektare,” katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk jatah bantuan replanting tersebut, hingga Februari saat ini yang sudah terealisasi sebanyak 1.500 hektare. Terdiri dari 400 hektare realisasi pada Januari, dan 1.100 hektare pada Februari.
“Untuk bulan Maret mendatang, targetnya sekitar 3.500 hektare realisasi replanting kebun kelapa sawit di Riau,” jelasnya
Dengan semakin meningkatnya produktivitas perkebunan kelapa sawit milik masyarakat, maka kebutuhan konsumsi minyak sawit bisa terpenuhi dengan baik, tanpa harus dilakukan dengan penambahan areal lahan.
Ahmad Syahharofie juga menyebutkan jika pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan
kemiskinan dan keterbelakangan khususnya di daerah pedesaan, di samping itu juga memperhatikan pemerataan perekonomian antar golongan dan antar wilayah.
Dikatakan pembangunan pertanian yang berbasis perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan dalam pola hidup masyarakat di sekitarnya.
"Kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat mengangkat perekonomian masyarakat khususnya mereka yang bermata pencaharian dari sektor pertanian," ujarnya.
Penulis : Ali Imron
Editor : Fauzia
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :