JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan adanya penurunan produksi minyak sawit mentah (CPO) selama Oktober dibandingkan dengan produksi September. Curah hujan yang masih di bawah normal disinyalir menjadi penyebab penurunan ini.
Berdasarkan data yang dirilis, produksi selama Oktober berada di angka 4,219 juta ton, turun sekitar 373.000 ton atau 8,17% dibandingkan produksi September yang berada di angka 4,592 juta ton.
Kendati terjadi penurunan secara bulanan, Gapki mencatat adanya pertumbuhan produksi secara akumulatif pada Januari–Oktober 2019 sebesar 11% dibandingkan periode yang sama pada 2018. Produksi pada Januari–Oktober 2019 tercatat berjumlah 44,05 juta ton, sementara volume produksi pada Januari–Oktober 2018 adalah 39,6 juta ton.
"Produksi Januari sampi Mei 2019 masih 19% lebih tinggi dibandingkan produksi Januari sampai Mei 2018 dan terus turun hingga mencapai 11% untuk periode Januari sampai Oktober. Perubahan tersebut mengindikasikan adanya pengaruh iklim terhadap produktivitas tanaman," ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam keterangan tertulis, Senin (23/12/2019).
Menyitir laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG), curah hujan di sebagian besar wilayah perkebunan sawit diperkirakan bakal normal pada 2019/2020.
Kendati demikian, normalitas tersebut diperkirakan tak berlaku untuk sebagia kecil wilayah di Sumatera Utara bagian selatan dan Riau bagian Utara, Jambi bagian Timur dan sedikit di Kalimantan Timur. Namun, kekeringan pada 2019 berpotensi mempengaruhi produksi pada 2020.
"Upaya pemulihan kebun pada akhir 2019 atau awal 2020 merupakan waktu yang tepat karena menurut BMKG curah hujan 2019/2020 akan normal. Meskipun demikian, kegiatan pemulihan ini akan memerlukan waktu," sambung Mukti dikutip bisniscom.
Upaya pemulihan ini pun didukung dengan harga CPO yang terpantau meningkat pada Oktober yang mulanya berada di nilai US$520/ton pada awal bulan menjadi US$660/ton cif Rotterdam pada akhir Oktober 2019.
Kenaikan harga minyak sawit ini disebut Mukti sangat melegakan pengusaha dan pekebun setelah beberapa tahun menderita karena harga yang rendah.
"Harga yang baik ini memberikan kesempatan kepada pengusaha dan pekebun untuk memulihkan kondisi kebun dan pabrik agar kembali berproduksi normal," ungkapnya. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :