India Barter Sawit RI dengan Beras dan Gula, Minta Ditambah Sesui Kebutuhan
Senin, 11 November 2019 - 14:14:58 WIB
JAKARTA - Indonesia dan India sepakat memperkuat hubungan kerjasama ekonomi. India siap memberikan treatment yang fair terhadap sawit Indonesia. Namun, di sisi lain, India mengharapkan Indonesia membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar milik mereka.
“Memang saat sekarang tarif kelapa sawit, baik itu untuk CPO maupun RBD sudah sama. Semula ada perbedaan 5%, namun sesuai dengan permintaan Bapak Presiden, Perdana Menteri Narendra Modi menerima itu sehingga tarif CPO itu sama, Refined Bio Blended itu sama, RBD itu sama,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto seperti dilansir setkab, Jakarta.
Tercatat bahwa sekarang 40% CPO, 50% RBO akan segera dikirimkan per akhir bulan Desember menjadi 37,5% dan 45%, dan ini berlaku untuk Indonesia dan Malaysia, sehingga terjadi pemerataan antara Indonesia dan Malaysia.
Berikut beberapa fakta menariknya seperti dirangkum Okezone, Jakarta, Senin (11/11/2019).
1. PM India Janji Beri Treatment yang Fair untuk Sawit Indonesia
Presiden Jokowi dan PM India Narendra Modi menyampaikan mengenai upaya kerja sama ekonomi karena kerja sama politik kedua negara bagus, maka ini harus direfleksikan dalam kerja sama ekonomi.
“Presiden membahas mengenai masalah sawit. Intinya adalah PM Modi siap memberikan treatment yang fair terhadap sawit Indonesia,” terang Menlu.
2. Setuju soal Sawit, Indonesia Diminta Beli Beras dan Gula India
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui jika India mengharapkan Indonesia bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar dari India. Menurut Airlangga, pemerintah sudah mengatakan diambil secara bertahap.
“Nanti bisa ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan ke depan dan memang per hari ini trade kita dengan India positif. Kita positif USD8 miliar, tertinggi di 2017 sebesar USD10 miliar dan komoditas utamanya adalah batu bara dan kelapa sawit,” terang Airlangga.
3. India Adalah Partner yang Penting
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, bahwa India itu penting terkait dengan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), sebagaimana pemerintah RRT juga menyatakan pentingnya India bagi finalisasi RCEP.
“Memang kalau kita lihat, RCEP adalah blok terbesar melebihi Uni Eropa (EU). EU itu PDB-nya kira-kira Rp18 triliun, kalau PDB RCEP itu USD27 triliun, sedangkan TPP itu USD11 triliun. Kalau kita lihat trade-nya RCEP itu US$11,5 triliun, EU USD12,5 dan TPP USD5,8 triliun. Kalau kita bicara penduduk, RCEP ini 3,6 miliar jadi tentu jauh lebih besar daripada EU dan PBB. Oleh karena itu, tadi hampir seluruh pemimpin itu mendorong agar perundingan ini bisa difinalisasi,” kata Airlangga.
4. Target Perdagangan
Duta Besar India Pradeep Kumar Rawat menyatakan, melalui penguatan kerjasama ini, maka target untuk mencapai perdagangan antara Indonesia-India sebesar USD50 miliar di 2025 akan tercapai. Target itu ditetapkan Presiden Joko Widodo saat melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada Juni 2019.
"Sehingga perlu juga mendesak perusahaan-perusahaan dari kedua negara untuk mengeksplorasi cara-cara diversifikasi perdagangan melalui barang-barang terfokus seperti daging kerbau, gula, dan beras," ujarnya. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :