JAKARTA - Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengusulkan agar pemerintah RI menyematkan gelar pahlawan nasional kepada aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib.
Mengutip CNN Indonesia, Lukman mengatakan gelar itu menjadi penghormatan negara terhadap jasa-jasa Munir di bidang HAM. Gelar itu juga jadi pengingat bagi generasi masa depan bahwa pernah ada sosok yang begitu luar biasa dalam perjuangan HAM.
"Saya mencita-citakan Munir ini mestinya sebagai pahlawan nasional. Jadi, kita harus memperjuangkan dia sebagai pahlawan nasional," kata Lukman pada diskusi daring yang dihelat Public Virtue, Kamis (9/9/2021).
Lukman itu menilai Munir sangat berjasa dalam memperjuangkan orang-orang yang hilang saat Orde Baru. Munir juga dinilai berjasa membangun pondasi perlindungan HAM Indonesia.
Lukman bercerita ia sering bertemu dan berdiskusi dengan Munir saat duduk di DPR RI. Saat itu, parlemen sedang sibuk melakukan amendemen pascareformasi.
Menurutnya, Munir rajin berkeliling ke fraksi-fraksi untuk menyampaikan gagasan soal HAM. Upaya Munir itu berbuah manis, Indonesia menjamin HAM dalam tiga produk hukum.
Lukman menyebut Munir berjasa dalam perumusan Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan sepuluh pasal UUD 1945 terkait perlindungan HAM.
"Tidak hanya pahlawan kemanusiaan, di mata saya, almarhum sosok yang meletakkan dasar-dasar fundamental terkait HAM sebagai produk hukum bagi Tanah Air," ujar Putra dari menteri agama era Orde Lama yang juga Komandan Divisi Hizbullah saat era revolusi kemerdekaan, Saifuddin Zuhri.
Munir Said Thalib adalah seorang aktivis yang dikenal karena perjuangannya terhadap HAM. Sebagai informasi, Munir tewas dibunuh karena diracun pada 7 September 2004 dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandara Schiphol, Belanda.
Munir meninggal dunia, karena diracun. Minuman yang ia tenggak dalam perjalanan Singapura-Belanda mengandung zat arsenik.
Pengadilan telah menghukum sejumlah orang dalam kasus pembunuhan Munir, seperti mantan Deputi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dan pilot senior Garuda Pollycarpus. Namun, otak intelektual kasus itu belum terungkap hingga saat ini. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :