PEKANBARU – Eva Susanti dengan cekatan memasukkan rengginang setengah matang ke wajan panas. Menggunakan serokan, wanita 48 tahun itu kemudian menekan adonan ketan itu sebentar. Dalam hitungan detik rengginang mengembang, saat mulai menguning langsung diangkat dan tiriskan.
Itulah keseharian Eva Susanti, karyawan di Bunda Reog Pekanbaru. Bunda Reog memproduksi rengginang khas Ponorogo di Jalan Mahang Nomor 11, Kelurahan Pematang Kapau, Kecamatan Kulim, Pekanbaru. Uniknya produksi rengginang di tempat ini masih manual, menggunakan kayu api.
Eva sudah bergabung sejak tahun 2023. Ia bekerja di situ untuk membantu perekonomian keluarga, karena suaminya hanya kerja serabutan.
Eva tak sendiri, masih ada beberapa ibu lain yang bertugas mencetak, menjemur, dan mengemas rengginang yang siap santap. Para ibu ini berasal dari daerah sekitar rumah produksi Bunda Reog.
Bunda Reog didirikan oleh Titik Insuwarti pada 2009. Dari usaha rumahan sederhana, kini produk Bunda Reog sudah masuk ke 350 toko yang tersebar di berbagai kabupaten/kota di Riau.
Dalam sehari Titik menghabiskan 25 Kg sampai 30 Kg beras ketan, untuk dijadikan 112 bungkus rengginang. Untuk harga rengginang Bunda Reog dijual Rp15 ribu per bungkus.
Setiap mendekati momen Lebaran Idulfitri permintaan produknya meningkat. Sehingga membuat Titik menambah tenaga dari ibu-ibu sekitar.
“Alhamdulillah, kalau dekat Lebaran gini permintaan bisa naik hingga 50 persen. Jadi harus tambah tenaga kerja lagi,” sebut Titik kepada halloriau, Senin (17/3/2025).
Wanita 50 tahun ini tidak pernah menyangka usaha rengginangnya suskes seperti sekarang. Dari usaha rumahan yang semua dikerjakan sendiri, kini Titik bisa membuka lapangan kerja dan memberdayakan masyarakat sekitar.
Baginya pencapaiannya saat ini tak terlepas dari tekad dan semangat pantang menyerah. Itulah nasehat orang tuanya yang masih dipegang Titik hingga saat ini.
“Setiap mendapat hambatan atau kendala, saya selalu ingat pesan orang tua agar jangan gampang menyerah. Kegagalan bukan harus kita takuti, tapi proses untuk menjadi kuat. Jangan takut apa pun. Kalau tak laku, anggap saja buang sial,” kenang Titik.
Ia juga mengalami saat awal berjualan, rengginang buatannya sempat ditolak toko atau tak laku. Kesulitan mencari toko-toko bersedia dititip rengginang buatannya.
Namun Titik masih tetap optimis. Sikap pantang menyerah itu pun berbuah manis. Terbukti kini rengginangnya dengan varian rasa bawang, gurih manis, rasa ebi, dan terasi sudah tersebar di 10 kabupaten/kota yang ada di Riau. Dengan omzet Rp30 juta hingga Rp40 juta per bulan.
Tentu saja, rasa rengginang buatannya yang khas, membuatnya masih bisa bersaing di pasaran. Meski rengginang bukan makanan khas Riau, namun peminatnya cukup banyak. Kata Titik, bahkan konsumennya di Kabupaten Bengkalis banyak merupakan orang Tionghoa.
Titik menjelaskan, salah satu keunggulan produknya terletak pada keunikan rasa yang memiliki banyak variasi pilihan. Selain itu, rengginang yang diproduksi di rumahnya terasa lebih gurih dan merata hingga ke tengahnya. Apalagi pembuatan rengginang ini memang memakai resep keluarga.
Titik berpesan tidak ada usaha yang dimulai langsung besar. Semua harus melawati proses, ada senang dan duka. Namun itu semua harus dijalani, sebab kesuksesan hanya datang kepad mereka yang pantang menyerah.
“Tidak ada yang mudah. Tapi alhamdulillah saya selalu ingat pesan orang tua, dalam usaha jangan takut tidak laku. Terpenting tidak mudah menyerah, kalau jatuh, bangkit lagi. Seperti sekarang saya bersyukur bisa berwirausaha. Bisa buka lapangan kerja dan membantu daerah, alhamdulillah,” ujar Titik.
BRI Bantu Rengginang Bunda Reog Tetap Eksis
Titik mengatakan pencapaiannya saat ini juga berkat bantuan pihak lainnya, khususnya Bank BRI. Awal 2020, Titik mendapat tawaran dari BRI untuk menambah modal usaha. Titik lalu meminjam KUR BRI senila Rp 50 juta. Karena usahanya terus berkembang, Titik kembali meminjam KUR ke BRI Unit Bukit Barisan sebesar Rp 150 juta pada Juni 2024.
"Mudah-mudahan dengan bantuan KUR dari BRI, usaha kami dapat lebih sukses lagi. Semoga BRI juga membantu lebih banyak lagi UMKM agar bisa berkembang," katanya.
Sementara itu Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Regional Office Pekanbaru, Reza Syahrizal Setiaputra turut bangga dengan UMKM Rengginang Bunda Reog yang semakin berkembang. BRI selalu terdepan untuk memajukan sektor UMKM lokal agar naik kelas. Karena UMKM yang berkembang menjadi kunci penting untuk pertumbuhan ekonomi.
“Target kita tahun ini, BRI semakin banyak UMKM yang disalurkan KUR (Kredit Usaha Rakyat) termasuk juga pembinaan. Dengan harapan realisasi KUR yang maksimal bisa membuat UMKM naik kelas,” ujarnya, Rabu (12/3/2025).
Apalagi secara bisnis, portofolio penyaluran kredit BRI di Riau terbesar ke UMKM. Untuk tahun 2025, BRI terus berkomitmen memajukan UMKM, sebab berdampak positif dengan terbukanya lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi rumah tangga.
Penulis: Riki
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :