PEKANBARU - Debu bertebaran saat Mardanis memacu sepeda motor, melintasi jalan tanah. Pria 58 tahun tersebut memandu saya menuju kebun nanas di lahan gambut miliknya. Sepanjang perjalanan, terlihat banyak nanas yang ditanam di pekarangan dan belakang rumah warga.
Setelah menempuh 1,5 kilometer, kami berhenti di salah satu lahan. Sejauh mata memandang tampak hamparan tanaman bernama latin ananas comosus. Mardanis kemudian berdiri di tepi lahan, sambil menunjuk batas kebun nanas miliknya.
“Lahan saya ada dua hektare. Kalau musim panen, bisa menghasilkan 100 sampai 200 buah nanas per minggu,” ujar Mardanis, Jumat (28/2/2025).
Nanas memang komoditi penting di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau. Selain dirinya, ada sekitar 100 petani lain yang menggantungkan hidupnya dari budidaya nanas.
Nanas dari Desa Kualu ini populer sebab memiliki rasa yang manis. Sehingga tak heran, nanas dari desa ini laris manis di pasaran lokal, hingga ke Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Untuk satu nanas dijual Rp5 ribu.
“Untuk harga ke pengepul Rp5 ribu per buah. Nanti nanas dari desa ini mereka jual di jalan lintas Pekanbaru-Bangkinang, bahkan ke Sumbar. Harganya sudah beda, Rp10 ribu per buah,” sebut Mardanis.
Mardanis sendiri merupakan Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sakinah. Selain menjual buah segar, Mardanis juga memproduksi keripik nanas sejak 2005. Itu dilakukan Mardanis untuk mengantisipasi buah yang berlimpah. Bahan bakunya diambil dari kebunnya sendiri dan anggota kelompok.
Mardanis kemudian membawa saya ke rumah pembuatan kripik nanas yang bertempat di samping rumahnya. Dalam ruangan tersebut, ada satu mesin vacum frying atau alat untuk menggoreng buah nanas.
“Biasanya sekitar 30 persen sampai 50 persen nanas dari kebun untuk bahan baku keripik. Tapi kalau sedang banyak permintaan, semua hasil panen dari kebun, saya pakai untuk bahan baku membuat kripik,” sebutnya.
Untuk produksi, Mardanis mengaku bisa 500 Kg hingga 1 ton per bulan. Hanya saja saat ini karena pasar sedang turun, produksinya juga tergantung permintaan pasar.
Saat ini keripik nanas dengan merek Sakinah Chips dijual Rp25 ribu untuk kemasan 150 gram. Dan sudah masuk ke toko oleh-oleh di Kota Pekanbaru.
“Alhamdulillah, produk kita sekarang pemasarannya sudah ada di swalayan besar dan gerai oleh-oleh khas Riau di Pekanbaru,” sebut Mardanis.
Mardanis mengatakan pencapaian saat ini tak terlepas dari bantuan berbagai pihak, termasuk dari BUMN salah satunya Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pasca-Covid-19, Mardanis dan petani kelompok Sakinah menjadi Sentra UMKM binaan BRI Regional Pekanbaru.
Sebagai Klaster Nenas Sakinah, pada tahun 2021, kelompoknya yang beranggotakan 16 orang mendapat bantuan peralatan pendukung pemanenan. BRI menyerahkan 30 keranjang kontainer plastik dan dua unit sepda motor roda tiga yang senilai Rp50 juta.
“Bantuan yang diberikan BRI sangat bermanfaat untuk Klaster Nenas Sakinah hingga saat ini. Biasanya kalau pakai sepeda motor biasa kami lansir nanas, paling banyak 100 buah. Dengan bantuan yang diberikan BRI, kami bisa lansir nanas hingga 200 buah. Jadi lebih efisien dan mempercepat laju produksi,” katanya.
Selain itu, Mardanis mengatakan beberapa anggota kelompok juga mendapat pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI untuk meningkatkan produksi nanas. Mulai dari Rp20 juta hingga Rp50 juta.
Selain itu BRI juga membantu pihaknya dengan ikut serta ke pameran-pameran UMKM, sehingga membantu pasar keripik nanas Sakinah Chips lebih luas. Bahkan untuk meningkatkan daya saing, BRI membantu menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Sehingga meningkatkan efisiensi transaksi dan mengurangi risiko penyimpanan uang tunai.
Mardanis berharap BRI tetap membantu petani ataau kelompok UMKM lainnya. Selain permodalan, ia juga berharap BRI bisa membantu memperluas pasar, agar kelompoknya bisa mmemproduksi lebih banyak lagi dan petani bisa sejahtera.
Komit Bantu UMKM Lokal Naik Kelas
Sementara itu Regional CEO BRI Pekanbaru, Reza Syahrizal Setiaputra mengatakan, pihaknya mendukung tumbuh kembang UMKM. Seperti akses pembiayaan atau permodalan, memberi fasilitas penunjang bagi UMKM, serta pemanfaatan layanan transaksi bisnisnya.
“Pemberian pembiayaan dan fasilitas penunjang serta pembinaan UMKM yang konsisten bentuk komitmen BRI untuk terus berkontribusi dalam kemajuan pelaku usaha agar bisa naik kelas,” katanya saat ditemui di Menara BRI Pekanbaru, Rabu (12/3/2025).
Apalagi secara bisnis, potofolio penyaluran kredit BRI di Riau terbesar ke UMKM. Untuk tahun 2025, BRI akan terus mempercepat penyaluran KUR agar semakin banyak UMKM menikmati akses permodalan, agar bisa naik kelas.
Ini sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yakni membangun dari desa dan dari bawah, guna mendorong pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.
Penulis: Riki
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :