Sinergi PHR–Mitra Kerja Komitmen Tingkatkan Keselamatan dan Optimalkan Produksi WK Rokan
PEKANBARU - Dalam industri migas yang dinamis, dimana target produksi tentu menjadi prioritas utama, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) membuktikan bahwa keselamatan pekerja tetap nomor satu. Hal ini dibuktikan dengan diselenggarakannya Forum Komunikasi HSSE Kontraktor 2024 oleh PHR WK Rokan, di Pekanbaru, Rabu (13/11/2024).
Acara bertema “Sinergi dan Kolaborasi Berkelanjutan dalam Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindung Lingkungan (Zero LTI dan KPI Tercapai)” yang dihadiri oleh para pemimpin perusahaan mitra kerja ini menjadi ajang komunikasi dan konsolidasi komitmen bersama untuk terus meningkatkan standar keselamatan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan kerja (HSSE).
Sinergi yang baik antara PHR dan mitra kerja akan menumbuhkan lingkungan di mana keselamatan menjadi tanggung jawab bersama. Ketika semua anggota tim, mulai dari manajemen hingga pekerja lapangan terlibat dalam upaya keselamatan, maka akan tercipta budaya keselamatan yang lebih kuat.
“Budaya keselamatan adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Dengan budaya keselamatan yang kuat, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi semua pekerja di WK Rokan,” kata EVP Upstream Business PHR Andre Wijanarko.
Salah satu poin penting yang dibahas dalam forum ini adalah pentingnya saling bekerjasama dan komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang baik, diharapkan dapat terus menciptakan operasi yang andal dan selamat. Hal inilah yang mengantarkan PHR menjadi produsen migas terbesar di Indonesia.
“Keselamatan adalah hal prioritas, kami ingin memastikan setiap pekerja dapat berkontribusi dan pulang ke rumah dengan aman dan selamat. Untuk itu diperlukan sinergi dan kolaborasi yang terus terjalin antara PHR dan mitra kerja untuk komitmen tersebut, sehingga produksi PHR terus meningkat,” ungkapnya.
Andre menjelaskan, forum ini merupakan media koordinasi dan komunikasi antara PHR dengan perusahaan kontraktor untuk mencapai keselamatan operasi.
Ia mengungkapkan bahwa PHR saat ini memiliki banyak kontraktor penunjang operasi di Wilayah Kerja Rokan, yang mendalkan lebih dari 43,000 pelaksana kerja di lapangan. Untuk itu dibutuhkan pemahaman protokol keselamatan yang mencakup prosedur standar, best practice, dan inisiatif perbaikan yang berkelanjutan.
Iapun menyampaikan bahwa tahun depan tantangan akan lebih berat. Komitmen serta sinergi dari seluruh manajemen kontraktor sangat diharapkan agar dapat mencapai target tahun 2025 dengan zero incident. Para mitra kerja dapat memulai dengan mengembangkan strategi manajemen risiko yang lebih komprehensif. Hal ini termasuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai risiko, dan menerapkan langkah-langkah mitigasi yang efektif.
Pada acara tersebut, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Provinsi Riau H Boby Rachmat S.STP, M.Si mengapresiasi PHR dan mitra kerjanya yang sudah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam operasinya.
“Kami berterima kasih kepada PHR, yang sudah implementasikan SMK3 dalam lingkungan kerja. Kami berharap, penerapan aspek keselamatan tersebut dapat terus dilaksanakan di lingkungan kerja PHR dan mitra kerjanya,” katanya.
Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut, Rikky Rahmat Firdaus menyampaikan, bahwa aspek keselamatan kerja merupakan prioritas utama dalam operasi migas.
“Kegiatan hulu migas memiliki tantangan, untuk menjawab itu tentu diterapkan aspek K3 untuk operasi yang andal dan selamat. Tentu dengan pencapaian saat ini, kita ingin mendorong PHR, sebagai garda terdepan, sebagai lokomotif untuk terus mendorong mitra kerja beroperasi dengan selamat,” ujarnya.
Rikky juga mengapresiasi PHR atas pencapaian produksi yang luar biasa, sehingga mengantarkan sebagai posisi produsen migas terbesar di Indonesia.
“Hari ini PHR menjadi produsen migas nomor 1 di Indonesia. Saya sebagai saksinya, melihat aspek HSSE yang terus membaik di PHR. Ada puluhan ribu pejuang migas dari lini ujung operasi, dan itulah pejuang yang sesungguhnya,” ungkapnya.
Dalam konteks ini, Rikky menerangkan bahwa berdasarkan data statistik catatan recordable incident, kegiatan pemboran pengembangan, workover, dan well service memiliki kecenderungan tinggi terjadi kecelakaan kerja.
Lalu, Rikky berpesan untuk seluruh pekerja migas menerapkan 7 arahan HSSE stand down meeting, yaitu; memastikan penerapan seluruh elemen dalam sistem manajemen K3LL (Plan, Do, Check, Act), kemudian memastikan pelaksanaan kajian risiko dan penerapan mitigasinya dari pekerjaan yang akan dilakukan, memastikan tersedianya prosedur, kecukupan personel yang kompeten serta peralatan yang layak dan memadai berdasarkan hasil kajian risiko.
Selanjutnya memastikan penerapan life-saving rules untuk seluruh pekerjaan risiko tinggi, menerapkan budaya kerja selamat dimulai dari lini pimpinan kepada seluruh karyawan dan mitra kerja dalam menjalankan kegiatan operasi, memperhatikan dan menjaga kesehatan mental pekerja di lingkungan kerja, dan memastikan pemahaman prosedur dalam berkoordinasi jika terjadi insiden melalui Integrated Operation Center (IOC) SKK Migas (email: [email protected], No. Telp: 0811-1341-666). (rilis)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :