www.halloriau.com  


Ekonomi
BREAKING NEWS :
Pemko Pekanbaru Fokus Perbaikan Jalan Rusak, Overlay Jadi Prioritas 2025
 
Produksi Meningkat
Terbantu Pembiayaan BRK Syariah, Cik Manan Punya 2 Kilang dan Usaha Pengolahan Mi Sagu
Senin, 17 Juli 2023 - 15:32:26 WIB
Abdul Manan atau Cik Manan pelaku UMKM yang merasa terbantu dengan pembiayaan BRK Syariah (foto/int)
Abdul Manan atau Cik Manan pelaku UMKM yang merasa terbantu dengan pembiayaan BRK Syariah (foto/int)

Baca juga:

 

PEKANBARU - Provinsi Riau, khususnya di Kabupaten Kepulauan Meranti, sangat terkenal dengan potensi sagu. Produk olahan sagu ini juga menjadi satu di antara produk UMKM di pintu gerbang internasional yang menghubungkan Riau dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura melalui jalur laut.

Selain Papua dan Maluku, Kepulauan Meranti masuk Kawasan Pengembangan Ketahanan Pangan Nasional. Sebab menjadi penghasil sagu terbesar di Indonesia.

Perkebunan sagu sudah menjadi sumber penghasilan utama hampir 30 persen masyarakat Meranti. Bahkan sagu dari Kepulauan Meranti, telah banyak diolah untuk bahan pembuatan kuliner dan diekspor ke luar negeri.

Atas dasar itulah, Abdul Manan, warga Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, rela berhenti bekerja sebagai buruh perusahaan di Kota Tembilahan. Abdul Manan memilih kembali ke tempat kelahirannya di Desa Sungai Tohor untuk mengembangkan budidaya sagu.

Dia membuka kilang pengolahan sagu sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga dan masyarakat di lingkungannya.

“Tahun 2008 itu saya berhenti jadi buruh Perusahaan Sambu Grup di Tembilahan, lalu kembali ke Kampung (Sungai Tohor) dan membuka usaha pengolahan sagu basah yang kami beri nama UMKM Keluarga Arifin Selamat. Usaha ini saya buka dari dana bersama saudara-saudara dan keluarga,” sebut pria yang akrab dipanggil Cik Manan.

Walau sebelumnya orangtua dan saudaranya punya kilang pengolahan sagu basah, Cik Manan optimis kilang baru yang dibukanya bakal berkembang dengan baik.

Selain rasanya yang khas, dalam berbagai kajian penelitian sagu merupakan salah satu sumber bahan pangan yang memiliki nilai gizi dan kandungan kolesterol yang rendah. Serta pengembangan industri pengolahan pangan sagu juga terbuka luas.

"Kilang pengolahan sagu ayah kami dulu masih tradisional pengerjaannya, dengan cara diparut pakai tangan sagunya. Sementara di kilang baru ini, karena saya sudah memiliki pengalaman di perusahaan sebelumnya, saya buat sagunya diparut dengan mesin. Kilang yang kita buka tahun 2008 ini diresmikan langsung oleh Gubernur Riau saat itu Bapak Rusli Zainal," ucapnya.

Seiring waktu berjalan selang 2 tahun kilangnya beroperasi pria kelahiran Mei 1973 itu baru mengenal program pembiayaan di Bank Riau Kepri Syariah (saat itu masih Bank Riau Kepri). Selanjutnya di tahun 2010 itu juga Cik Manan langsung mengajukan pembiayaan di BRK.

"Alhamdulillah permohonan saya langsung direspon cepat oleh pihak Bank hingga dapat fokus mengembangkan usaha. Jadi saya sangat bersukur sekali mengenal program pembiayaan di Bank Riau Kepri Syariah," sebut Manan.

Selain bantuan dari keluarga tambah Cik Manan saat itu memang terbantu dengan pembiayaan dari Bank Riau Kepri, prosesnya di bank juga tak sulit. Melihat permintaan pasar terus meningkat akan sagu basah ini.

"Pada pembiayaan kedua di BRK Syariah kami ajukan Rp 500 juta. Lalu saya tambah buka satu kilang lagi dan meningkatkan jumlah produksi mencapai 200 tual (potongan) perhari,” ujar Cik Manan.

Diceritakan Cik Manan, dengan meningkatnya jumlah produksi sagu basah setiap harinya, ia mulai bekerjasama dengan petani sagu yang merupakan masyarakat tempatan.

Kerja sama ini juga ada beberapa sistem, mulai dari sewa lahan dengan bagi hasil kepada petani hingga membeli sagu petani yang baru ditanam. Bahkan ada petani yang mendapat hingga Rp60 juta per tahunnya dari kerja sama ini.

“Sagu yang kita beli sekarang dengan petani itu, panennya bisa jadi sembilan bulan atau satu tahun ke depan. Satu batang sagu itu kita beli dengan harga empat ratus ribu rupiah yang nantinya menjadi 9 tual (potongan). Ini juga sebagai modal kita untuk stok bahan baku. Karena kita sudah memiliki dua kilang pengolahan sagu basah ini,” kata suami dari Lili Andrianti itu.

Pada tahun pertama, produksi olahan sagu basah UMKM Keluarga Arifin Selamat ini mencapai 30 ton setiap bulannya. Namun dengan bertambahnya kilang baru, produksi meningkat menjadi 70 ton setiap bulannya.

Hasil produksi sagu basah ini kemudian dijual ke Centra Sagu Terpadu milik Pemda Kepulauan Meranti untuk diolah menjadi tepung sagu.

"Sebenarnya jumlah produksi dari kedua kilang saya ini tidak mencukupi kebutuhan Centra Sagu. Namun karena di Sungai Tohor ini juga ada kilang lainnya, kebutuhan centra sagu dapat terpenuhi. Jika ditotalkan ada sekitar 700 ton sagu basah yang keluar dari Sungai Tohor ini setiap bulannya, ada sebagian dijual ke Centra Sagu ada juga yang langsung dijual kepada tengkulak untuk diekspor ke Malaysia," kata Cik Manan.

Target Cik Manan di tahun 2024 nanti, produksi dari kedua kilangnya itu meningkat hingga 400 tual per hari dengan menambah tong produksi dan tentunya menambah tenaga kerjanya yang saat ini 8 orang pekerja tetap.

Sementara pekerja harian lepas jumlahnya tidak terbatas dan disesuaikan dengan jumlah tual sagu yang akan dikupas.

"Saat ini saya sudah membuat biaya produksi menjadi lebih murah dengan mengganti mesin pemarut sagu menggunakan daya listrik. Sebelumnya masih menggunakan bahan bakar solar yang nilainya mencapai 7 juta rupiah perbulan, sedangkan dengan listrik hanya 1,5 juta rupiah perbulannya. Dengan menggunakan listrik ini saya jauh diuntungkan dalam proses pengolahan sagu kini sudah menjadi bahan pangan masyarakat dunia," sebutnya.

Selain memiliki dua kilang pengolahan sagu basah, Cik Manan juga membuka usaha sagu turunan yaitu pengolahan mi sagu yang diproduksi langsung oleh istrinya.

Setiap bulan, usaha mi sagu Cik Manan ini memproduksi 2 ton tepung sagu dengan hasil menjadi mi sagu sebanyak 3,2 ton atau penjualan Rp32 juta.

Membuka usaha mi sagu ini juga terbantu dengan modal pembiayaan yang diperoleh dari BRK Syariah. Di mana BRK Syariah sangat mendukung pelaku UMKM di Desa Tohor ini untuk meningkatkan ekonomi melalui usahanya

"Mi sagu olahan kita itu kualitasnya juga terbaik dan sangat bersih, karena kita menggunakan tepung sagu dari Centra Sagu ini. Bahkan mie sagu produksi kami itu dijual ke Kepri hingga Jakarta mencapai 400 kilogram per minggunya. Sisanya kita jual untuk di wilayah Riau, karena mi sagu olahan kita bisa tahan satu bulan tanpa harus disimpan dalam lemari es. Kalau disimpan dalam lemari es bisa lebih tahan lama lagi," kata Cik Manan.

Dirinya kini juga sering diundang sebagai narasumber dalam tema pengolahan sagu yang ditaja oleh berbagai instansi hingga di tingkat kementerian. Tak hanya itu saja, Cik Manan juga dipercaya untuk mengelola Centra Sagu Terpadu Meranti oleh Pemda setempat.

Ia ditunjuk sebagai Ketua Koperasi Produsen Sentra Sagu Terpadu. Centra Sagu Terpadu ini menampung dan mengolah sagu basah dari 18 kilang masyarakat sekitar dan menghasilkan rata-rata 8,5 ton tepung kering per hari. Produksi tersebut untuk pemenuhan pasar domestik, bahkan ekspor ke Malaysia.

"Tepung sagu meranti memang primadona. Beberapa daerah menggunakan tepung sagu kita ini untuk membuat bakso dan mpek-mpek, karena hasil olahannya memang lebih enak menggunakan tepung sagu dari Centra Sagu Terpadu ini. Permintaan sampai 200 ton perbulannya untuk daerah Jawa. Saya juga punya mimpi ingin membuka pabrik tepung sagu ini, karena melihat kebutuhan pasar yang terus meningkat. Saat ini yang kita kelola punya pemerintah, sementara kita sudah memiliki jaringan yang sangat banyak," sebutnya lagi.

Menurut Cik Manan, keberadaan pabrik sentra sagu terpadu ini juga telah memberikan dampak positif ke masyarakat. Dimana harga jual sagu basah dari petani terus membaik, bahkan cenderung stabil mencapai Rp 3.500 per kilogram.

Sedangkan harga tual yang semula Rp30 ribu kini mencapai Rp65 ribu/tual ukuran 43 Inci dengan hasil rata-rata sagu basah pertual 35-40 kg.

"Tetapi masih banyak juga petani yang menjual sagu basahnya langsung ke tengkulak. Tidak hanya ingin membuka pabrik tepung sagu saja, saya juga punya harapan di sini ada wadah yang mengolah limbah sagu ini. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk dan pakan ternak," sebutnya.

"Semoga apa yang menjadi harapan saya ini juga nantinya akan disupport oleh BRK Syariah seperti awal dulu saya mengembangkan usaha pengolahan sagu basah hingga punya dua kilang dan membuat produksi mi sagu," sambung pria yang pernah dibawa ke Paris oleh Presiden Jokowi dalam acara konferensi iklim dunia. (rilis)



Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Kepala Dinas PUPR Kota Pekanbaru, Edward Riansyah (foto/int)Pemko Pekanbaru Fokus Perbaikan Jalan Rusak, Overlay Jadi Prioritas 2025
Ratusan pengungsi Rohingya yang tinggal di tenda akan dipindahkan (foto/int)Pemko Pekanbaru Siapkan Pemindahan 277 Pengungsi Rohingya ke Lokasi Lebih Layak
Pj Gubernur Riau, Rahman Hadi (foto/int)Jelang Masa Tenang Pilkada, Pj Gubri Ajak Masyarakat Jaga Kondusivitas
  Ditreskrimum Polda Riau berhasil mengungkap 16 kasus (foto/ist)Polisi Ungkap 16 Kasus TPPO di Riau, Selamatkan 41 Korban
Kondisi PLTA Koto Panjang usai hujan lebat di Kampar (foto/tribunpku)Curah Hujan Tinggi Tak Signifikan Tingkatkan Debit Waduk PLTA Koto Panjang
Pj Walikota Pekanbaru, Risnandar Mahiwa (foto/dini)Pj Wako Pekanbaru Harap Zero PSU di Pilkada Serentak 2024
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Honda CDN Riau Kunjungi www.halloriau.com
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved