HIRUK pikuk Kota Dumai, dengan aktivitas industri yang tidak pernah berhenti, asap-asap hitam mengebul di udara, menjadikan daerah yang berjuluk "Kota Idaman'" seakan sudah tak bersahabat lagi dengan manusia.
Di mana perubahan iklim global, seperti kenaikan suhu global dan intensitas cuaca ekstrem, telah menjadi ancaman serius bagi banyak kota di seluruh dunia, termasuk Dumai
Banjir, gelombang panas, dan kenaikan permukaan laut adalah beberapa dampak yang dapat merusak infrastruktur perkotaan dan mengancam kesejahteraan penduduk.
Sementara itu, masalah polusi di perkotaan seperti Dumai juga tidak bisa diabaikan. Polusi udara dari kendaraan bermotor dan industri dapat mengakibatkan kualitas udara yang buruk, memengaruhi kesehatan masyarakat, dan merusak lingkungan.
Dalam hal ini, perlu adanya solusi yang dapat mengurangi emisi karbon dan investasi dalam infrastruktur hijau di perkotaan.
Kondisi tersebut menjadi menjadi keresahan hati bagi pria bernama Darwis M Saleh (57) yang sangat mencintai Kota Dumai.
Dengan ide dan kecintaannya terhadap lingkungan Darwis memiliki ide untuk menanam dan melestarikan ekosistem mangrove, bekerjasama dengan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan Kelompok Tani Hutan (KTH) Bandar Bakau dan Rimba Satwa Foundation (RSF), bagaimana cita-citanya membangun dan melestarikan hutan mangrove yang bernama " Bandar Bakau" dapat menjadi harapan baru bagi masyakat Dumai.
Di mana mangrove memiliki berbagai keunggulan dan kemampuan untuk melindungi pesisir dan membantu menyaring polusi udara dan air yang menjadi permasalah kota Dumai yang rentan terhadap perubahan iklim global dan masalah polusi perkotaan yang semakin mendesak.
Darwis yang merupakan pahlawan lingkungan penanaman dan penjaga hutan mangrove di kawasan pesisir kota Dumai Untuk mempertahankan dan menjaga hutan mangrove yang telah puluhan tahun dirawatnya, ia sempat dianggap sebagai orang gila karena menghabiskan waktunya mengurusi hutan mangrove.
Disela waktunya mengurusi hutan mangrove yang kini telah disulap jadi
Ecoediwisata itu, ia menceritakan perjuangannya gerakan penyelamatan mangrove dan mencari cara agar bisa menjaga keberlangsungan tumbuhan penyumbang oksigen terbesar di dunia itu.
Tidak mudah bagi seorang seniman ini, untuk merawat dan mengembangkan Hutan Bandar Bakau, karena banyak hambatan dan rintangan yang dialaminya, termasuk juga keterbatasan materi untuk dapat menjadikan tempat ini indah seperti saat sekarang.
"Cita-cita saya satu saya ingin Bandar Bakau ini mendunia dan dikenal Bahkan menjadi percontohan untuk daerah-daerah lainnya," harap pria separuh baya ini.
Dengan cita dan kecintaannya terhadap alam dan lingkungan, ia terus berupaya bagaimana agar Ecoediwisata yang telah dirawat dapat di lestarikan, terus berbenah dengan memperbaiki fasilitas yang ada.
Dengan program yang dilakukan PHR, cita-cita "Tuk Wis" begitu sebut bagi pria setengah baya ini, kawasan Ecoeduwisata Manggrove Bandar Bakau, sedikit demi sedikit, menjadi sebuah kenyataan, dimana saat ini berbagai fasilitas, mulai dari jembatan susur, Cafe, panggung, hingga homestay sudah ada disini.
Tuk Wis juga tengah merajut mimpi besar menjadikan Bandar Bakau sebagai ekowisata mangrove yang berkelanjutan dan mandiri.
"Saya mempunyai mimpi agar Bandar Bakau punya laboratorium mangrove seperti di Bali. Agar nanti orang-orang berdatangan untuk belajar dan meneliti disini. Selain itu kita dapat membuat produk-produk sendiri dari tanaman mangrove," harapan Darwis mengutarakan impiannya kepada PT PHR sebagai mitra.
Git Fernando, GIS dan Pemetaan tim Rimba Satwa Foundation (RSF) yang juga ikut mendukung Tuk Wis dalam mengembangkan Hutan Bandar Bakau, mengatakan bahwa, keberhasilan Bandar Bakau tak lepas dari semangat kolaborasi yang kuat antara KTH Bandar Bakau Dumai, RSF dan PHR.
PHR memberikan dukungan dalam pengembangan manajemen sementara RSF mendampingi KTH dalam meningkatkan kapasitas pengelolaan.
KTH sendiri, dengan semangat dan keahliannya menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian mangrove dan mengembangkan potensi ekowisata Bandar Bakau.
"Sejak menjadi binaan PHR, Bandar Bakau Dumai ini, peningkatannya cukup signifikan, yaitu dari sisi meningkatnya kunjungan masyarakat, kepuasan dan kenyamanan pengunjung. Kepuasan dan kenyamanan adalah yang utama," tuturnya.
Ia juga menuturkan bahwa, terus berupaya melakukan pengembangan dalam pengembangan mangrove. Dimana untuk memperkaya wawasan dan meningkatkan kapasitas pengelolaan.
"Sebagai salah satu bentuk cara kita, untuk bertukar pikiran bagaimana cara melestarikan mangrove dan memadukan keindahan alam dengan sentuhan modernitas, menciptakan destinasi wisata yang menarik sekaligus edukatif," sambungnya sambil mengungkapkan kekagumannya pada semangat KTH Bandar Bakau.
Dikatakan pria berambut gondrong ini, bahwa kegiatan studi banding yang ia lakukan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan kawasan mangrove yang berkelanjutan dengan fokus pada eduwisata, restorasi dan perlindungan satwa.
"Kita belajar bagaimana mengelola kawasan mangrove secara profesional sekaligus tetap menjaga kelestarian alam dan memberdayakan masyarakat setempat dalam merawat Mangrove agar tidak punah," ungkapnya.
Sementara itu Analyst Social Performance PHR WK Rokan, Priawansyah mengatakan, program konservasi hutan bakau ini sudah dimulai sejak akhir tahun 2022.
Ia menyampaikan bahwa PHR terus berikhtiar dalam menjaga alam dan ekosistem lingkungan yang terjaga demi generasi penerus bangsa. Program ini diimplementasikan lewat pembinaan kelompok masyarakat tempatan yang berfokus untuk menjaga lingkungan di pesisir Riau tersebut.
"Hal juga merupakan komitmen PHR untuk berperan aktif dalam pelestarian kawasan mangrove di Indonesia. Lewat program TJSL di bidang lingkungan ini, PHR konsisten untuk terus menghadirkan alam yang lestari," ujarnya.
Program konservasi mangrove dan ecoeduwisata bandar bakau merupakan implementasi dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR.
PHR berkomitmen menjadi perusahaan terdepan dalam upaya pelestarian hutan dan kawasan mangrove di Indonesia.
Sejauh ini, PHR telah melaksanakan program Konservasi Hutan Mangrove dan memanfaatkannya sebagai kawasan Eco Edu Wisata Bandar Bakau di Dumai, Provinsi Riau.
"Program ini mendukung kegiatan konservasi ekosistem mangrove dengan memberdayakan masyarakat tempatan," ungkapnya.
Menurutnya, Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif untuk menyerap karbon dibanding populasi tumbuhan lainnya.
Tipologi perakarannya menjadikan vegetasi mangrove mampu menjadi benteng pertahanan dari ancaman abrasi pantai dan interusi air laut, sehingga berperan penting untuk keberlanjutan kehidupan di ekosistem darat.
"Kita berharap Dumai dengan bandar Bakaunya bisa menjadi Icon Mangrove di Provinsi Riau, dan bisa terus memunculkan kelompok masyarakat yang peduli terhadap mangrove ini," pungkasnya.
Keindahan Bandar Bakau Surganya Kota Dumai
Hamparan hutan Mangrove, dengan luas 26 hektare yang menjadi tempat wisata yang menawarkan keindahan alam sekaligus edukasi, hutan Mangrove ini berada di Jalan Nelayan Laut, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai.
Saat memasuki kawasan wisata ini, kita akan menikmati pemandangan hutan bakau yang sangat teduh, berisi sekitar 24 jenis mangrove yang tumbuh.
Namun ada satu jenis mangrove yang paling spesial yakni, mangrove Rhizophora mucronata yaitu jenis bakau yang paling dipercaya ada kaitannya dengan legenda kisah putri tujuh.
Dengan menyusuri, jembatan kayu dan rimbunnya hutan mangrove, menawarkan pemandangan menakjubkan dari pohon-pohon mangrove yang hijau dan segar.
Suara kicauan burung lokal menambah suasana asri, menciptakan pengalaman yang benar-benar menyegarkan.
Kicauan burung berpadu dengan desir angin yang membelai dedaunan, menciptakan yang menenangkan pikiran.
Sementara burung-burung bermigrasi mencari tempat berteduh, sehingga tiga jam lebih perjalanan yang dilalui oleh para wartawan Riau dari berbagai media untuk mengikuti liputan PENA 2024, seakan terbalaskan.
Di sisi lain, satwa-satwa seperti Kera Ekor Panjang, Burung Punai, Bangau dan Kucing Bakau juga menghuni kawasan ini, menambah daya tarik bagi para pecinta alam.
Jika beruntung, pengunjung dapat menyaksikan sekelompok Kera Ekor Panjang bergelantungan di pepohonan.
Sistem akar melengkung yang terbuka menjorok keluar dari batang seperti panggung atau memanjang dalam formasi seperti papan yang lebar dan melengkung. Akar berfungsi untuk menstabilkan sistem akar dangkal semak atau pohon bakau di dalam tanah.
Selain itu ada sejumlah aktivitas Bandar Bakau Dumai yang dapat dinikmati oleh pengunjung, seperti menikmati kawasan hutan bakau atau mengelilingi ekowisata Bandar Bakau Dumai menggunakan sampan sambil memancing. Pengunjung juga dapat melihat macan dahan yang menghuni ekowisata Bandar Bakau Dumai.
Bandar Bakau Dumai yang pernah menjadi pusat peringatan hari Mangrove Sedunia juga merupakan spot foto yang menarik, baik untuk swafoto maupun hunting fotografi.
Banyak hal menarik di Bandar Bakau yang hampir terancam punah, akibat dampak krisis iklim, menyimpan cerita perjuangan seseorang seni budayawan dan pencinta lingkungan yang punya tujuan luhur dan mengedukasi dalam menjaga alam mangrove yang dimilikinya agar tidak hilang ditelan ombak.
Penulis : Diana Sari
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :