PEKANBARU - Besarnya potensi budidaya perikanan Riau sebagai salahsatu sumber ketahanan pangan sektor Kelautan dan Perikanan memiliki kontribusi besar guna menggerakkan ekonomi daerah, sekaligus sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang dapat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melansir Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Riau, rasio produksi dibandingkan konsumsi terhadap total produksi perikanan budidaya air tawar berjumlah 112.487,18 ton dengan tingkat konsumsi 307.311,31 ton dan rasio 37 persen.  

Sejalan dengan hal di atas, kehadiran Program Ekonomi Budidaya Patin di Kawasan Wakaf Produktif Universal Wakaf Ponpes Aufia Global Islamic Boarding School (GIBS) Riau menjadi solusi ketahanan pangan. Maka, Selasa (25/2/2025), Universal Wakaf menebar sebanyak 25 ribu benih ikan Patin. Dengan jumlah 11 kolam bakal menampung ikan patin dari pembenihan hingga panen.

Koordinator Program Ekonomi Budidaya Patin Universal Wakaf Ray Hughes mengatakan, tujuan dari budidaya ikan patin ini sebagai upaya mengembangkan wakaf produktif dan sebagai solusi ketahanan pangan dalam ketersediaan produksi ikan air tawar, khususnya jenis patin di Pekanbaru dan sekitarnya.

“Alhamdulillah, ikan patin ini kami budidayakan guna mengembangkan wakaf produktif dan solusi ketahanan pangan sekaligus ketersediaan produksi patin. Budidayanya mudah dilakukan mulai dari pemilihan lokasi dengan jenis tanah lempung karena cocok digunakan sebagai kolam budidaya ikan. Kemudian lahan terbuka dan mendapat paparan sinar matahari cukup, kualitas air yang digunakan untuk mengisi kolam cukup bersih, tidak keruh atau tercemar limbah berbahaya. Lalu, suhu air yang ideal untuk budidaya ikan patin berkisar antara 26-28 derajat celcius, dengan pH air  ideal 6,5-7 (pH standar)," paparnya.

Lebih jauh, Ray menuturkan meskipun budidaya ikan patin terbilang cepat, tetap diperlukan pemeliharaan yang tepat agar bisa dipanen pada waktu tepat dengan ukuran dan kualitas terbaik.

"Terdapat tiga hal penting dalam memelihara ikan patin agar tumbuh  baik dan optimal. Pertama, kesehatan ikan patin sangat tergantung pada kondisi kolam budidaya. Kedua, sebelum menambahkan bibit ikan lakukan pemupukan terlebih dahulu untuk merangsang pertumbuhan pakan alami yang dibutuhkan ikan. Ketiga, pemberian pakan perlu dilakukan bertahap pada pagi dan sore," urainya.

Disebutkan juga, dalam rentang waktu 5-6 bulan usai penyebaran benih, ikan patin bisa dipanen. Namun tidak dilakukan langsung dengan menangkap ikan tersebut. Sebelumnya, air kolam harus dibuang hingga tersisa sekitar sepertiga bagian. Setelah itu, ikan patin dipanen dengan cara dijaring dengan hati-hati agar tak melukai tubuh ikan.

“Universal Wakaf berharap, budidaya ikan patin ini menjadi solusi ketahanan pangan sekaligus mampu menjawab ketersediaan produksi ikan air tawar serta sarana dakwah pengembangan Wakaf Produktif Pesantren  Aufia. Mari bergabung dalam Program Wakaf Produktif Universal Wakaf  dan menjadi agen perubahan untuk kesejahteraan umat," imbaunya.

Usaha budidaya ikan patin sangat layak dikembangkan baik ditinjau  dari aspek keuntungan, kelayakan usaha dan keberlanjutan. Prospek pengembangan usaha ini sangat baik ditinjau dari aspek input, proses produksi dan permintaan pasar. Selain itu masih tersedianya lahan untuk usaha budidaya ikan patin, sehingga memungkinkan perluasan usaha.

Turut hadir pada kegiatan ini Pimpinan Ponpes Aufia KH. Misran Agusmar, Lc beserta pengurus, Pimpinan Yayasan Pesantren Indonesia Mulya DR. Muhammad Ikhsan, ST, M.Sc, Pimpinan Universal Wakaf H. Budi Suhari, S.Pt, MM, CWC, Koordinator Program  Ekonomi Universal Wakaf H. Ray Hughes, SH, MH, Ketua Program Wakaf Produktif Universal Wakaf H. Natra Nadril, SE, MM dan Ketua Kopsyah Babada Erwin Pasaribu beserta pembina. (Rls)