oleh : Amroni *
PEKANBARU – Berbicara tentang penyakit mematikan yang sering melanda anak balita hingga kaum dewasa, pasti masyarakat di Pekanbaru langsung tertuju dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD adalah penyakit yang disebab kan oleh virus dengue dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus.
Nah untuk penyakit DBD ini, negara Indonesia merupakan wilaya endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Gejala penyakit DBD yang rawan menyebabkan kematian ini akan muncul ditandai dengan mendadak seperti sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi pendarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita. Pada umumnya penderita DBD akan mengalami fase demam selama 2-7 hari.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yang telah dirangkum dalam kurun waktu empat tahun, untuk jumlah kasus DBD dari tahun ketahun terhitung tahun 2014 yakni 272 kasus (meninggal 5 orang), tahun 2015, 516 kasus (meninggal 5 orang), tahun 2016, 873 kasus (meninggal 10 orang) dantahun 2017, 598 kasus (meninggal 3 orang).
Jika berdasarkan fase, 1-3 hari penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi sampai 40 derajat celcius. Fase 4-5 hari, penderita akan mengalami fase kritis dan merasakan demam hingga 37 derajat celcius dan penderita tidak dapat melakukan aktifitas kembali. Jika tidak segera mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi penurunan trombosit secara drastis dan bisa berakibat pemecahan pembuluh darah.
Fase yang berikutnya yakni, 6-7 hari, penderita akan kembali merasakan demam yang dinamakan fase pemulihan. Disinilah trombosit akan perlahan naik dan normal kembali.
Jika sebuah panyakit memiliki beragam penularan, untuk penyakit DBD memiliki cara penularan yang sangat simple. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya.
Dalam kurun waktu satu minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk aegypti yang telah menghisap virus dengue ini akan menjadi penular (in efektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi setiap nyamuk menusuk (menggigit), sebelum menghisap darah, nyamuk dan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probocis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD diantara Pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak ada control vector nyamuk yang efektif di daerah endemis dan peningkatan sarana transportasi. Sementara ciri-ciri DBD menurut medis standar WHO diantaranya; Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3 (normal : 150 – 450/mm3), adanya pembesaran organ hati dan limfa, dan terjadinya pengentalan darah, nilai hematokrit atau Htmeningkat 20 persen.
Upaya untuk menekan kasus DBD ditengah masyarakat yang harus dilakukan diantaranya dengan mengupayakan pembudayaan PSN 3M Plus secara berkelanjutan sepanjang tahun dan mewujudkan terlaksananya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Mengupayakan terbentuknya Pokjanal DBD di setiap tingkat administrasi dan melakukan revitalisasi Pokjanal DBD yang sudah ada dengan dukungan APBD. Upaya promosi kesehatan dilakukan disemua sector termasuk pembentukan jumantik anak sekolah dan pramuka. Penemuan dini kasus DBD dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) yang merupakan bagian dari tatalaksana kasus difasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan lanjutan (Puskesmas dan RumahSakit).
Selain itu, Pelatihan tatalaksana kasus untuk dokter dan tenaga kesehatan, Penyediaan logistic tatalaksana kasus DBD, rapid diagnostic test (RDT), dan reagen untuk dignosis serotype virus DBD, Pelaksanaan surveylans kasus DBD untuk memantau dinamika kejadian penyakit DBD di Indonesia sehingga kemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa DBD dapat diantisipasi dan dicegah. Pelaksanaan surveilans vector Aedesspp untuk memantau dinamika vektor. Dengan demikian peningkatan populasi aedes dapat diantisipasi dan dicegah.
Dengan banyaknya jumlah kasus DBD, Kementrian Kesehatan mengeluarkan program pencegahan DBD diantaranya; Pengendalian DBD didasari pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan DBD yang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah (local area specific), pengendalian DBD dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan dan jejaring kerjasama multi disiplin dan lintas sektor, pengendalian DBD dikelola secara profesional, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat serta didukung oleh sumber daya yang memadai.
Tidak hanya itu saja, upaya yang bias dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah penyakit DBD di lingkungan diantaranya; Menguras (mengganti air), bak mandi, vas bunga, tempat minum binatang piaraan, menutup rapat tempat penampungan air, bagi tempat penampungan air yang tidak mungkin di kuras atau ditutup, berikan larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, menghindari gigitan nyamuk, pemakaian kelambu dan menanam pohon pengusir nyamuk. (*)
*) Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Hangtuah Pekanbaru
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :