SELATPANJANG - Tidak maksimalnya pengerjaan proyek peningkatan Jalan Mekong menuju penyeberangan Desa Semukut menyebabkan kondisinya sangat parah, sama persis seperti kondisi sebelumnya.
Proyek pembangunan jalan tersebut dibangun melalui sumber dana DAK sebesar Rp 9.448.778.000,00 pada tahun 2016 lalu yang dilaksanakan oleh PT Lintas Khatulistiwa Indonesia.
Pekerjaan tersebut tidak terealisasi maksimal dan selesai sampai batas waktu yang ditentukan, sehingga diberi waktu lagi untuk menyelesaikannya dan pekerjaan tersebut tidak juga dapat diselesaikan.
Kini, kondisi jalan tersebut sama sekali tidak bisa dilalui kendaraan, hal ini diakibatkan naiknya air laut ke daratan atau yang lebih dikenal masyarakat setempat dengan pasang keling.
Air di sana merendam badan jalan hingga meluap dengan ketinggian hingga 1 meter dan sepanjang lebih kurang 200 meter.
Imbasnya masyarakat Pulau Merbau yang ingin berurusan di Ibukota kabupaten menjadi terhambat.
Untuk tetap ingin berpergian ke Ibukota Kabupaten, Kota Selat Panjang masyarakat harus terpaksa merogoh sakunya lebih dalam, pasalnya untuk sampai ke seberang, mereka harus menyeberang sebanyak dua kali. Selain itu mereka tidak punya pilihan karena jalan tersebut merupakan akses satu satunya.
Setelah menyeberang di sungai menggunakan Kempang dengan ongkos Rp10 ribu kini mereka harus menyeberang lagi menggunakan kempang dorong dengan ongkos yang sama.
Jasa kempang dorong yang digunakan adalah untuk menyeberangi orang dan sepeda motor guna menghindari air pasang laut yang naik ke darat dan menggenangi Jalan Mekong menuju penyeberangan Desa Semukut, Kecamatan Tebing Tinggi Barat.
Kondisi ini pun menimbulkan keluhan bagi masyarakat yang melewati jalan tersebut. Mereka yang akan menyeberang ke Semukut dan sebaliknya rela antri berjam jam untuk bisa menaikkan sepeda motor ke dalam kempang, karena mereka tidak mau mengambil resiko terkena air pasang laut.
Pasalnya, air laut dapat menyebabkan besi sepeda motor berkarat dalam waktu sekejap. Tak heran jika kempang dorong ini menjadi pilihan untuk melintasi banjir rob tersebut.
Tampak puluhan sepeda motor antri untuk menyeberang, karena kempang dorong yang di gunakan hanya satu unit.
Salah seorang yang memanfaatkan jasa kempang dorong asal desa Batang meranti Sofyan (35) mengaku memang untuk menghindari air pasang laut yang menggenangi jalan diri nya tidak punya pilihan untuk tidak menaiki kempang tersebut, karena akan merusak sepeda motor dan membuat karat nantinya.
“Saya tidak punya pilihan lain daripada melalui banjir akan membuat celana basah, sepatu basah dan sepeda motor berkarat lebih baik naik kempang ini walaupun harus dua kali menyeberang untuk sampai," katanya, Minggu (5/11/2017).
Kekecewaan juga diungkapkan warga Desa Centai yang diutarakan nya terhadap pemerintah daerah. Dirinya mengeluhkan tentang biaya transportasi yang harus dikeluarkan nya demi untuk bisa berurusan ke kota Selatpanjang.
"Sekiranya ada kota yang lebih dekat, buat apa kami ke Selatpanjang dengan jalan parah begini. Pemerintah kita buka mata lah, ini kebutuhan besar masyarakat dua pulau. Kalau soal biaya satu kali pulang pergi kami harus mengeluarkan biaya sebesar Rp40.000, karena saat musim pasang penuh, harus dua kali menaiki kempang. Disamping itu, ini sebenarnya bukan soal pengeluaran, namun permasalahan yang sangat penting untuk segera diantisipasi," kata Bobby.
Penulis: Ali Imroen
Editor: Budy
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :