www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
Berkah Ramadan, XL Axiata Beri Penawaran Menarik untuk Pelanggan Individu dan UKM
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Perjuangan Bidan Desa di Perbatasan Negara
Selamatkan Ibu Hamil, Bertahan dengan Segala Keterbatasan
Selasa, 18 April 2017 - 15:48:06 WIB

TAK banyak tenaga medis yang mau dan mampu memilih jalan seperti yang dilakoni dua bidan desa ini. Rata-rata kebanyakan tenaga kesehatan lebih memilih daerah perkotaan untuk memberikan pelayanan kesehatan.

Namun, tak begitu dengan bidan Zulia Deswanti Amd.keb dan Dian Febri Wulandari Amd.keb, mereka tetap mengabdi di daerah pinggiran, di perbatasan negara Indonesia - Malaysia, tepatnya di Pulau Rangsang, Desa Tanjung Kedabu Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Meskipun di daerah pengabdiannya minim penerangan listrik, signal telekomunikasi, infrastruktur  jalan yang rusak parah. Namun mereka tidak bergeming.

Tugas para bidan di daerah pelosok tidak semudah yang dibayangkan.Hanya semangat yang melekat yang membuat mereka bertahan. Seakan akan hujan deras yang mengguyur pun tak dapat memadamkan kobaran api perjuangan mereka dalam membantu persalinan ibu hamil di desa.

Selain minim fasilitas, mereka pun tidak mendapat gaji terhadap apa yang mereka kerjakan, karena saat ini status mereka hanya lah tenaga sukarela.

Di Desa Tanjung Kedabu ini, kebanyakan ibu hamil hanya mau melakukan persalinan di rumah, maka tugas bidan ini lah mendatangi rumah mereka. Tak jarang bidan ini pun harus merelakan kakinya bertempur melawan panasnya terik matahari, dan juga dalamnya tanah gambut yang harus dilaluinya dengan kaki telanjang. Sebab dengan cara begitulah, bidan ini bisa sampai ke salah satu dusun yakni Dusun 3 Kampung Api Api, yang jaraknya mencapai 3 KM dari tempat tinggalnya.

"Sekarang ada peraturan baru, bahwa persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan, nanti mereka cukup membawa jaminan kesehatan seperti BPJS dan Jamkesda dan biayanya nanti bisa kami klaim. Jika ada masyarakat yang ingin melahirkan dirumah maka akan ditarik biaya. Tapi sayangnya didesa kami Poskesdes dan Pustu yang ada tidak dibuka lagi karena tenaga kesehatan PNS nya tidak ada. Oleh karena itu saya yang tidak pegawai ini ingin membuka praktek mandiri, saat masih dalam pengurusan," ungkap bidan Zulia.

Pusat Kesehatan Terpadu (Pustu) di desa paling ujung di Kecamatan Rangsang Pesisir ini memang sudah lama tidak dibuka, pasalnya petugas kesehatan nya sudah 2 tahun yang lalu meninggalkan tempat tersebut dan pindah ke Kota Pekanbaru.

"PNS yang menjadi petugas kesehatan di sini sudah lama pindah (sejak tahun 2005), jadi untuk melayani persalinan disini hanya kami berdua, tak jarang juga kami dipanggil ke desa desa lain untuk membantu persalinan disana, karena petugasnya tidak berada ditempat dan sering libur ke kota," ungkapnya.

Tak kira siang maupun malam, mereka pun harus siaga dalam mengantisipasi adanya panggilan untuk ibu yang akan melahirkan.

"Kalau malam biasanya dijemput sama keluarga pasien tapi itu kalau pasiennya dikenal. Kalau tak kenal sama pasien nya, biasanya bapak yang antarkan ketempat persalinan," katanya lagi.

Bidan Zulia Deswanti Amd.keb merupakan warga asli desa tersebut, sedangkan bidan Dian Febri Wulandari Amd.keb berasal dari kabupaten tetangga, Tanjung Balai Karimun. Mereka berdua diibaratkan malaikat penolong bagi kaum ibu. Karena jika mereka tidak mengabdi disana, para ibu hamil harus ditandu dengan kondisi jalan rusak dan didorong menggunakan gerobak menuju Puskesmas terdekat uang berada di desa tetangga ataupun di ibukota kecamatan.

"Kalau keluarga pasien memanggil kami dengan cepat, insya allah bisa cepat terbantu, terkadang saat mau lahiran baru memanggil itu yang susah, belum lagi jarak yang jauh dan susah dilalui kendaraan," katanya.

Bidan Zulia menambahkan jika ada masalah diluar wewenang, maka pasien terpaksa dirujuk ke RSUD Kepulauan Meranti maupun di Tanjung Balai Karimun.

"Kalau misalnya ada masalah seperti Hipertensi dan Retensio plasenta atau masalah yang sudah diluar wewenang bidan segera kami rujuk ke RSUD Meranti ataupun RSUD Karimun. Susahnya kalau merujuk pasien ke RSUD Meranti karena jalan tanah yang hancur jika hari hujan dan aspalnya yang berlobang Jadi kami sering gunakan tandu atau gerobak, sedangkan kendala merujuk ke Karimun, melalui laut kami harus pastikan air pasang surut. Pernah waktu seketika kami merujuk ke Karimun dengan kasus Retensio plasenta. Karena memakan waktu 3 jam perjalanan plasenta nya lahir di dalam kapal pompong,"kata dia.

Selain masalah akses dan fasilitas, permasalahan lainnya adalah kuatnya tradisi lokal yang dipegang warga setempat. Padahal, tradisi itu bertentangan dengan kaidah kesehatan yakni sebagian dari masyarakat yang
mempercayakan proses melahirkan kepada dukun beranak seperti yang diketahui mengurut dan memijat perut ibu hamil untuk memperbaiki posisi janin melalui dukun beranak.

Penanganan yang dilakukan tersebut bertentangan dengan ilmu yang didapatnya saat mengambil pendidikan D3 kebidanan dan hal itu sangat fatal dilakukan karena bisa membahayakan kandungan. Untuk itu bidan ini pun melakukan sosialisasi lewat berbagai forum.

"Tradisi masyarakat disini masih seperti masyarakat desa lainnya. Mereka masih menggunakan dukun kampung. Dimana dukun kampung itu ditempah semenjak hamil. Jadi selama hamil si dukun mengurut dan mendorong dengan kuat perut ibu hamil dengan tujuan membetulkan posisi janin. Sementara di ilmu kebidanan kalau pasien hamil diurut semacam itu terus menerus akan membuat lepasnya plasenta dari tempat perlekatan.Dan itu sangat membahayakan bagi ibu hamil," kata Zulia.

Untuk itu dirinya berharap kepada Dinas Kesehatan untuk memberdayakan peran dukun beranak dan membina kemitraan dengan bidan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Terlebih dalam rangka memberikan jaminan kesehatan bagi ibu dan anak usai proses persalinan.

"Seringkali dukun beranak menakut nakuti pasien untuk tidak memanggil bidan dengan alasan yang tidak masuk akal. Itu dilakukan karena si dukun takut kalau pekerjaan nya diambil alih oleh bidan," ungkapnya.

Penulis: Ali Imroen
Editor : Yusni Fatimah

   


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Program Berkah Ramadan XL SATU dan XL SATU BIZ.(foto: istimewa)Berkah Ramadan, XL Axiata Beri Penawaran Menarik untuk Pelanggan Individu dan UKM
Sebaran titik panas dan titik api.(ilustrasi/int)119 Hotspot Tersebar di Sumatera Pagi ini, Riau Penyumbang Paling Banyak
Kepala OJK Riau, Endang NuryadinOJK Sebut Kepercayaan Masyarakat Riau Terhadap Sektor Jasa Keuangan Meningkat
ilustrasiKabar Baik, Sebelum Lebaran Pemko Pekanbaru akan Overlay Jalan Purwodadi dan Taman Karya
BNI Mobile BankingCara Mudah Bayar Pajak Bumi dan Bangunan via BNI Mobile Banking
  Jajaran manajemen BSP buka puasa bersama masyarakat Dayun.(foto: diana/halloriau.com)BSP Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama Mayarakat Dayun
Hujan.(ilustrasi/int)Cuaca di Riau Hari ini: Hujan Lebat dan Angin Kencang di Kampar dan Kuansing
Fuso Canter special edition Starategi Penjualan Mitsubishi Fuso di Ramadan 2024
Bidik Sektor Pariwisata, Ini Keunggulan Fuso Canter Bus TerbaruMitsubishi Fuso Pilih Fokus Garap Pasar Bus Kecil, Ini Alasannya
ilustrasiJadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Riau, 19 Maret 2024
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Sepanjang Jalan Rajawali Rusak Parah
 
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2024 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved