SELATPANJANG - Jumlah pasien penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kepulauan Meranti meningkat drastis. Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat, hingga 1 Desember 2019, kasus DBD telah mencapai 105 orang.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Dinkes Kepulauan Meranti Muhammad Fahri saat ditemui di kantornya Senin (2/12/2019) mengatakan bahwa lokasi yang paling terdampak di Kepulauan Meranti berada di Selatpanjang dan Alah Air.
"Itu adalah daerah endemis, yang dengan kata lain paling terdampak terhadap DBD," ujar Fahri.
Secara umum dikatakan Fahri terjadi peningkatan signifikan terhadap jumlah DBD tahun ini dari tahun kemarin. "Pada tahun lalu itu 50 sekian kasus, dan saat ini memang terlihat itu meningkat drastis," ujar Fahri.
Walaupun demikian Fahri mengatakan, kendati jumlahnya meningkat drastis namun belum masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penderita DBD masih menyebar dan tidak meningkat secara signifikan di satu lokasi.
"Jumlah tersebut masih di bawah indeks rasio, kenapa tidak dijadikan KLB, karena tidak satu lokasi, jadi penyebarannya masih merata di Meranti," ujar Fahri.
Untuk menentukan KLB sendiri dikatakan Fahri bila terjadi peningkatan signifikan di satu lokasi. "Misalnya di satu dusun, ukurannya bila itu meningkat sekitar tiga sampai empat kali," ujar Fahri.
Fahri juga menjelaskan bahwa terjadinya peningkatan kasus dari tahun sebelumnya karena pengaruh cuaca.
"Kita saat ini masuk pada siklus tiga tahunan, dimana kemarau panjang terjadi dari April sampai September," ujar Fahri.
Dirinya mengatakan saat tidak ada air, telur nyamuk bisa bertahan hingga 6 bulan, dimana mulai bulan Oktober hingga seterusnya telur nyamuk itu mulai menetas karena mulai datang hujan.
"Pada bulan Oktober telur nyamuk kena air dan menetas," tutur Fahri.
Fahri mengatakan bahwa sepanjang tahun ini proses penyebaran bubuk abate dan fooging kerap dilakukan. Walaupun hal tersebut dikatakannya tidak bisa menjamin bahwa penyebaran nyamuk penyebar DBD bisa dituntaskan.
"Foging itu untuk membunuh nyamuk dewasa, itu juga tidak bisa kita pastikan apakah langsung mati," ujar Fahri.
Untuk pembagian bubuk abate pada tahun ini, pihaknya sudah membagikan sebanyak 2 ton sepanjang tahun 2019.
"Pembagiannya sudah 2 ton sejak Januari, jika dihitung kebutuhan seluruh Kepulauan Meranti itu ada 42 ton, untuk itu kita cuma memetakan daerah mana yang endemis," ujarnya lagi
Melalui hal ini Fahri mengimbau kepada masyarakat untuk membiasakan hidup bersih melalui pribadi dan lingkungannya. "Pastikan bahwa tempat kita bersih, lingkungan kita terbebas dari sampah dan selokan-selokan juga. Sekaligus upaya kita lakukan saya yakin ini bisa memutuskan rantai penyebaran nyamuk," pungkasnya.
Sementara itu, RSUD Kepulauan Meranti sudah menampung ratusan pasien DBD. Dari 27-30 November saja sudah 31 pasien yang dirujuk kesana.
Penulis : Ali Imron
Editor : Fauzia
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :