SELATPANJANG - Keberhasilan Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti dalam mengembangkan sagu, membawa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua untuk melakukan study tour terhadap pengelolaan sagu di Propinsi bungsu di Propinsi Riau itu
Rombongan yang berjumlah 60 orang itu dipimpin oleh Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Papua, Ir. Omah Laduani Ladamay yang tiba di kota Sagu, Selat panjang, Selasa (10/4/2018) siang.
Adapun rombongan yang ikut serta diantaranya Kepala Dinas Penanaman Modal Propinsi Papua, Kepala BPS Propinsi Papua, Kepala Dinas Ketabahan Pangan,Kepala Dinas Koperasi, Kepala Dinas Perkebunan, Kepala Bank Papua, Rektor Universitas Cenderawasih, Bupati 4 Kabupaten yakni Jayapura, Timika, Mimika dan Kabupaten Mapi serta para petani sagu yang ada di Propinsi Papua.
Kepala Balitbang Propinsi Papua Ir. Omah Laduani Ladamay mengatakan kedatangan rombongan dari Pemprov Papua adalah untuk belajar cara pengolahan sagu dengan baik, karena Kepulauan Meranti dinilai telah sukses mengembangkan sagu dan memasok 69 persen kebutuhan sagu nasional.
"Kami belum punya arah kemana mau belajar tentang pengelolaan sagu, setelah dicari referensi dan melihat di TV, akhirnya kami ke Kepulauan Meranti yang berhasil mengembangkan sagunya. Kami juga lihat Bupati punya inovasi yang luar biasa sehingga sagu bisa terkenal sampai saat ini hingga ke tingkat nasional. Kami ingin menimba ilmu disini, setelah itu akan dikembangkan di tempat kami sepulang belajar dari Meranti ini," kata Kepala Balitbang Propinsi Papua itu.
Mantan Kepala Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua itu juga menjelaskan bahwa di Propinsi Papua terdapat lahan Sagu seluas 20 Juta hektar namun sampai saat ini belum terkelola secara maksimal. Hal ini disebabkan belum adanya industri hilir yang mampu mengolah Sagu menjadi berbagai produk.
"Disana kami punya lahan 20 juta hektar, kelemahan kita yakni industri hilirnya belum jelas. Kalau di Meranti sudah banyak jenis makanan dari sagu yang tercipta, kalau di Papua hanya Papeda yang terkenal," kata Omah.
Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Fakfak ini menginginkan Propinsi Papua sukses dalam hal pengembangan sagu seperti yang dilakukan oleh Kabupaten Kepulauan Meranti. Kedepan pihaknya berharap Pemkab Kepulauan Meranti bisa menjadi tenaga instruktur dan penyuluh bagi instansi terkait dan para petani sagunya.
"Regulasi dan sistem persaguan di Meranti sangat luar biasa, mulai dari pengolahan, pengembangan sampai dengan pemasaran. Untuk itu kami ingin belajar agar potensi yang ada bisa untuk dipasarkan. Dalam waktu dekat kami mengundang tim sagu dari Meranti untuk datang ke Papua dan memberikan arahan serta penyuluhan ke petani kita. Sehingga petani disana punya penghasilan seperti petani di Meranti. Sehingga kita bisa mengangkat daerah dengan potensi yang kita miliki.Tolong bantu kamiuntuk berkerja sama," kata Omah lagi.
Bupati Kepulauan Meranti Drs H Irwan Nasir mengatakan untuk melakukan pengembangan sagu perlu sinergitas antara perusahan, masyarakat dan pemerintah daerah.
"Industri hilir sagu bisa menggandeng pihak perusahan, namun masyarakat perlu dilibatkan," kata Bupati.
Diceritakannya, saat dirinya berupaya mengangkat sagu di tingkat nasional, ia mendapat tantangan dari berbagai pihak yang menilai sagu hanya bisa dijadikan pakan ternak namun berkat kegigihan orang nomor satu di Kepulauan Meranti itu, akhirnya sagu dapat diterima secara nasional bahkan saat ini sagu asal Meranti telah diekspor ke pasar Asia yakni Jepang dan Korea.
Dijelaskan Irwan, Kepulauan Meranti memiliki perkebunan sagu terbaik didunia. Dimana dari perkebunan iu dihasilkan sagu dengan kualitas premium. Luas perkebunan sagu di Kepulauan Meranti sebesar 189 ribu hektar, dimana pengelolaannya milik masyarakat dan juga oleh perusahaan. Penyebarannya pun tersebar luas di hampir seluruh Kecamatan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa sagu merupakan pangan alternatif pengganti beras. Secara kalkulasi dijelaskan jika kebutuhan karbohidrat 30 juta ton beras diperoleh dari 12 juta hektar sawah, maka juta ton sagu cukup diperoleh dari 1 juta hektar kebun sagu.
"Satu juta hektar kebun sagu dapat memenuhi kebutuhan pangan untuk 200 juta jiwa. Saat ini kita masih bersandar dengan beras, kedepannya jika kita bergeser ke sagu, ketergantungan akan beras akan berkurang. Dua puluh tahun kedepan jika negara ini berkembang lahan pertanian akan disulap jadi bangunan, sedangkan sagu bisa tumbuh dimana saja, sagu adalah tumbuhan, sumber pangan masa depan," kata Irwan.
Dalam mengembangkan sagu di Kepulauan Meranti, Pemkab tidak hanya fokus dalam pengolahan, namun juga menciptakan bibit unggul serta sumber daya manusia yang bisa diandalkan.
"Selain pengolahan, kita juga fokus terhadap pengembangan bibit unggul, selain itu setiap tahunnya kita juga fokus mempersiapkan SDM yang ahli dan melakukan kerjasama dengan BPPT, IPB dan ITB," kata Bupati.
Wakil Ketua APKASI Bidang Keuangan Daerah itu juga menginisator terbentuknya Forum Komunikasi Kabupaten Penghasil Sagu Indonesia (Fokus Kapassindo), dimana dirinya dinobatkan sebagai ketua.Dirinya berharap dengan terberuknua Fokus Kapassindo ini dapat mendorong memajukan persaguan nasional sebagai pendukung dan penyangga sumber pangan dan energi alternatif yang mampu memperkuat kedaulatan pangan dan energi nasional. Selain itu juga mendorong Sagu masuk kedalam program strategis prioritas Nasional.
"Untuk itu berkenan Propinsi Papua bergabung dalam forum ini, karena di Indonesia terdapat 70 kabupaten/ kota penghasil sagu, dengan adanya forum ini kita dapat melakukan sinergi untuk melakukan pengembangan sagu lebih baik kedepannya," kata Bupati lagi.
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)